Pages

Jumat, 19 Maret 2021

Novel Riakan Awan Iblis Pedang Bab 7

 

Bab VII - Putera Ketiga Li Yuan, Li Xuanba

Li Yuan memimpin mereka berlima untuk masuk ke dalam kemah. Sebuah kemah yang cukup luas. Di tengah, kiri kanan sudah disediakan banyak tempat duduk. Li Yuan duduk di tengah, sedangkan puteranya duduk di sebelah kiri bawah dan kedua putrinya duduk di sebelah kanan. Baik Yunfei , Wei Zheng dan Wei Shu duduk di daerah tengah menghadap ke tengah kemah. Daharan, arak dan makanan disediakan oleh Li Yuan.

Wei Zheng dan Wei Shu memberi hormat kepada Jenderal Li, diikuti oleh Yunfei.

"Saudara Yunfei, sungguh berterima kasih atas kerja keras anda sehingga kedua puteri ku yang kecil ini pulang tanpa kekurangan sesuatu apapun."
Yunfei menghormat dalam kepada Li Yuan, pemuda ini berkata.
"Paman terlalu menyanjung... Wanbei (Saya yang junior) hanya menjalankan yang semestinya saja.."
"Mari kuperkenalkan diri, Diri ini harusnya saudara Yunfei sudah kenal, Li Yuan. Seorang jenderal kecil di dinasti yang besar ini. Di samping kiri dan kanan adalah putera-puteriku." Tutur Li Yuan sambil tertawa.

"Li Jiancheng, putera pertama dari ayahanda." Li Jiancheng memberi hormat sambil mengangkat cangkir dan meneguk. Yunfei memberi salam sambil memberi hormat. Yunfei melihat ke putera pertama Li Yuan, pembawaannya terkesan tidak begitu senang, dirinya hanya menjalankan adat sebagaimana mestinya.

"Li Shihmin, putera kedua dari ayahanda. Terima kasih kepada saudara Yunfei sebesar-besarnya atas pengawalan dan pertemanan terhadap kedua adikku." Li kedua mengangkat cangkir dan meminum seteguk. Sikap Li Shihmin lebih formal dan bersahabat daripada kakak pertamanya. Wajahnya terlihat tersenyum dan kesan agung terlihat. Yunfei membalas menghormat dan berkata.

"Wanbei hanya berusaha sebaik-baiknya..."

Lantas yang ketiga, adalah puteri yang merupakan nona besar. Sambil tersenyum kepada Yunfei, dia juga mengangkat cangkir.

"Perempuan kecil (Xiao nu), bernama Xiaoping, marga Li."

Yunfei terkejut mendengar bahwa nama nona besar adalah Xiaoping (kedamaian kecil), dia hampir lupa mengangkat cangkir untuk meneguk arak. Lantas dengan tertawa, Nona ini berkata kembali.
"Nama Yueyin adalah nama yang diberikan guru. Sekarang adalah nama keluargaku. Sungguh membuat malu sahaja."

Yunfei tersenyum dan mengangkat cangkir lalu meneguknya.

"Li Yuanji, putera terakhir keluarga Li." Tutur pemuda sambil tersenyum meneguk arak. Sifatnya rada pemalu, Yunfei juga meneguk sekali sambil memberi salam.

"Xiao Xiao Nu.. Puteri terkecil dari ayahanda. Bernama Yanping, marga Li." Tutur nona kecil dengan tertawa, lantas si nona meneguk arak sekali.

Yunfei tertawa melihat gaya nona kecil ini. Sebab, jarang sekali ada anak umur sekitaran 8-9 tahun tetapi minum arak dengan gaya orang dewasa. Dia ikut mengangkat cangkir dan meneguk habis arak.

"Sekarang kita berkumpul, hanya anakku yang nomor 3 tidak ikut.Jika ada, saudara Yunfei tentu sangat senang bisa berdiskusi silat dengannya."

Yunfei menyalami dalam ke arah Li Yuan.
"Jika ada tuan muda ketiga disini, tentu sangat baik sekali... Wanbei hendak belajar banyak kepada tuan muda ketiga."

Yunfei pernah mendengar nona kecil mengatakan bahwa kakak ketiganya adalah seorang ahli silat dan menguasai semua tingkatan Nanji Shengong. Yunfei sendiri tentu sangat ingin berjumpa pesilat yang demikian tangguh.

Li Yuan tertawa mendengar penuturan Yunfei lantas dia mengangkat cangkir kembali untuk menawari minum kepada Yunfei. Lantas memuji ke nona besar, Li Yuan mengatakan sejauh mereka berpetualang. Pasukan pesilat dari selatan menambah kekuatan pasukan Li sebanyak 5.000 orang, semuanya adalah pesilat dan pemuda yang berani. Pesilat berbeda dengan pasukan biasa sebab pesilat yang memiliki dasar ilmu silat minimal memiliki kekuatan orang biasa sebanyak 3 orang. Dengan mengajak kekuatan 5.000 tentara otomatis kekuatan pasukan Li Yuan sebenarnya sudah naik 3 kali lipat daripada rekrutan tentara biasa.

Li Yuan bersifat sederhana dan sangat terbuka. Sifatnya Li Yuan turun ke puterinya, keduanya terilhami dari pahlawan masa lalu. Oleh karena ini, pesilat yang datang semua bergembira. Li Yuan tidak pernah memandang tinggi rendah derajat seseorang, asalkan memang berniat yang sama dan tujuan yang sama, Li Yuan sudah sangat menghargai para pesilat dan tentara yang dimilikinya.

Wei Zheng sudah kenal dengan Jenderal Li dan semua putera-puterinya. Lantas dia mengenalkan Wei Shu, adik kandungnya kepada semua orang. Semuanya bersikap ramah terhadap mereka berdua. Wei Zheng adalah seorang cendikiawan yang pintar. Diskusi disini kebanyakan adalah perubahan dunia sekarang. Yunfei tidak begitu mengerti akan tatanan dan susunan politik bangsa. Dia hanya mendengar saja namun dari pertanyaan Li Yuan kepada Wei Zheng. Dia belajar banyak hal tentang diskusi dan politik.

Semua suasana terasa sangat cair. Lebih sering terdengar tawa mereka semua.

Giliran nona kecil bercerita tentang pengalaman mereka. Cerita nona kecil tentang pengalaman mereka dari awal di gunung hingga sampai ke gunung Sanqing satu persatu diceritakan dari dirinya kena racun burung phoenix sampai menemui keajaiban ilmu langkah dan sepasang belati, sampai-sampai dirinya dan kakak hampir saja kesurupan ketika membaca teori ilmu silat. Hanya pengalaman Yunfei menolong nona besar di desa Wang tidak diceritakan sebagaimana yang terjadi.

Nona besar diam saja dan merasa rada malu ketika mendengar cerita terutama mengenai krisis yang terjadi di desa Wang. Pesta pertemuan dilangsungkan selama 6 jam dan semua orang bergembira.

Li Yuan dan puteranya juga beberapa kali menanyai Yunfei mengenai keajaiban gunung Sanqing dan pengalaman pemuda ini. Pemuda ini menjawab dengan jelas, hanya siapa nama gurunya, pemuda tidak menyebutkan dan kesemua orang juga tidak menanyainya.

Setelah pertemuan pesta yang berlangsung selama 6 jam itu selesai, Yunfei berjalan keluar kemah, sambil melamun dia melihat sungai Huiji yang terletak di belakang kemah tersebut. Di belakang kemah besar terdapat beberapa belasan kapal besar dan puluhan kapal kecil untuk menyeberang ke utara melalui sungai Huiji. Matahari sepertinya sudah turun ke ufuk barat. Siraman cahaya matahari ke sungai membuat sungai terlihat indah berwarna keemasan.

Tidak lama kemudian, nona besar mendatanginya.
"Ada apa saudara Yunfei? Mengapa melamun?"

Yunfei melirik ke nona besar, dia berkata.
"Perjumpaan selalu berakhir dengan perpisahan. Kehidupan manusia memang begitu silih dan berganti."

"Tidak ada pesta yang tidak bubar... Tadinya sudah kutanya ke ayah, bahwa adik seperguruanmu memang tidak bersama pasukan kami." tutur nona besar.

Yunfei menghela nafas. Lantas dia berkata.
"Mungkin mereka berada di pasukan Li Mi."

"Jika mereka berada di tempat Li Mi tentu sangat baik daripada mereka menghamba ke dinasti Sui." Tutur Nona besar.

"Benar sekali..." tutur Yunfei sambil mendongakkan kepala sambil tersenyum.

"Apa rencana saudara Yunfei?" Tanya nona besar kepadanya.

Yunfei memandang nona besar, dia berkata.
"Mungkin aku akan ikut kedua Wei ke perkemahan pasukan Li Mi untuk mencari kedua adikku dan kakak seperguanku."

Nona besar menganggukkan kepalanya dengan berat. Disini terlihat dia ingin pemuda ini tinggal bersama pasukan ayahnya. Hanya saja, dia sulit mengatakannya. Biasanya nona besar sangat lihai ketika mengajak orang-orang, sangat lihai ketika mengajak orang-orang untuk membantu usaha ayahnya. Kali ini, mengajak 1 Yunfei dia tidak sanggup berbicara. Dia tidak tahu bahwa terhadap si pemuda, dia telah jatuh hati sehingga sukar mengungkapkan perasaan hatinya di depan pemuda ini. Lantas mengingat sesuatu, dia berkata.
"Chai Shao adalah pengawal dari kerajaan Sui. Yang kutakutkan adalah kedua adikmu menjadi pengawal kerajaan Dinasti Sui."

Yunfei terkejut mendengar penuturan Nona besar.
"Jika demikian, ini sangat gawat. Dinasti Sui sekarang seperti bagaimana, kita tahu. Kekejaman Yang Guang seperti bagaimana, kita juga sangat tahu. Ada baiknya memang aku akan memeriksa perkemahan Li Mi dahulu, untuk kejelasan apakah kedua adik seperguruanku disana atau tidak. Jika tidak, maka mungkin aku akan ke Chang An (ibukota)."

Nona besar terkejut mendengar rencana Yunfei.
"Jangan... Saudara Yunfei jangan sesekali ke Chang An."

"Mengapa?"

"Disana, terdapat pesilat yang sangat lihai. 15 Kasim dan seorang pemimpin. Kasim Chen seorang saja berbahaya, padahal dia di peringkat ke 4 dari 15 kasim."

Yunfei terkejut mendengar perkataan nona besar. Lantas nona besar menyambung.
"Bai, Wu, Liu, Chen adalah 4 kasim utama di istana. Kemampuan Bai yang terbaik di silat, Chen yang terakhir di antara 4 kasim utama. Sedangkan sisanya 11 orang lagi bermarga: Hou, Zheng, Gan, Lin, Zhong, Ho, Tian, Yan, Lei, Xia, Yuwen.
Ilmu silat Bai dan Wu sepertinya di atas saudara Yunfei, mengenai Liu mungkin seimbang atau dia lebih kuat sedikit, Kasim Chen mungkin masih setingkat di bawah saudara." Jelas Nona besar.

Yunfei menghela nafas, dia berpikir di dunia ini tidak sedikit pesilat kelas 1, tetapi kenapa banyak yang bertindak jahat.

"Bagaimana dengan pemimpin mereka?" Tanya Yunfei.
Nona besar hendak menjawab, tetapi terlihat di bagian selatan terjadi sesuatu kekacauan. Seruan terompet yang keras kemudian terdengar dimana-mana.

Wei Zheng dan Wei Shu disusul nona kecil keluar dari kemah. Mereka memandang ke selatan, sepertinya pasukan mereka diserang oleh pasukan lain tetapi tidak begitu jelas pasukan siapa yang datang.

Li Yuan dan ketiga puteranya berlari kecil ke arah terjadi kekacauan.
Terlihat dengan jelas ada 3 orang berpakaian merah dan bersikap agung. Ketiganya menyelipkan sebilah pedang di pinggang. Sedangkan pertempuran terjadi karena ketiganya membawa pasukan sebanyak ribuan orang.

Li Yuan dan ketiga puteranya sudah berada di garis terdepan pertempuran. Disusul Wei berdua, Yunfei dan kedua nona.

"Itu kasim Chen bersama Kasim Lin dan Kasim Zhong.." tutur Wei Zheng.

Li Yuan di tengah berteriak ke arah Kasim.
"Kasim bertiga ada keperluan apa kemari?"

Kasim Chen berkuda ke depan. Dan berteriak.
"Li Yuan... Apa maksudmu membawa banyak pasukan? Ingin memberontak?"

Li Yuan maju ke depan. Sesaat pertempuran sudah berhenti. Dari masing-masing pihak ada puluhan korban tergeletak.

"Aku disini hanya memapak puteriku. Apa maksud Kasim bertiga membawa pasukan menyerang pasukanku?"

Kasim Chen berteriak.
"Kau memberontak. Itu 2 anak gadismu akan kami bawa ke istana."

Li Yuan menjawab.
"Puteriku meski sudah dewasa tetapi dia sudah dijodohkan dengan pengawal kerajaan, Chai Shao. Sedangkan puteriku yang terkecil hanya berumur 8 tahun. Jika hendak memintanya masuk ke istana setidaknya tunggu 5 tahun lagi."

Mendengar perkataan Li Yuan, Kasim Chen tidak bisa bersuara.

Lantas Li Jiancheng menunjuk si kasim.
"Anda tanpa bertanya langsung menyerang. Sikapmu akan kami laporkan kepada kerajaan."

Kasim Chen tertawa besar mendengar perkataan Jiancheng.
"Kalian pikir kami tidak tahu suatu saat kalian akan memberontak? Kalian sudah mengumpulkan banyak kaum persilatan. Suatu saat kalian akan menyerang ibukota."

Li Shihmin menjawab perkataan kasim Chen.
"Tanpa ada niat ataupun bukti memberontak, anda tidak berhak sama sekali untuk menuduh kami. Ayahanda bagaimanapun adalah keluarga Kaisar terdahulu. Jabatan ayahanda meski hanya panglima tapi gelar bangsawan pangeran tidak nantinya hanya kaum kasim bisa bertindak sesukanya."

Kasim Chen terdiam.
Di belakang kasim Chen, Kasim Zhong berkata ke kasim Chen.
"Hari ini Li Yuan telah masuk ke mulut harimau, jika tidak diselesaikan hari ini mungkin di masa mendatang bisa membawa masalah yang lebih pelik."

Kasim Chen mengiyakan.
Lantas mereka bertiga turun dari kuda, dengan berlari mereka menuju ke arah Li Yuan dan bersamaan mencabut pedang dari pinggang masing-masing.

Li Yuan dan puteranya semua tahu maksud Kasim Chen dan kawan-kawan.
Ketiga puteranya maju ke depan dengan bersenjata pedang maju untuk menghalangi ketiga kasim. Sedangkan Li Yuan mundur 3 tindak ke belakang.

Pasukan kedua belah pihak yang melihat kejadian di depan, segera bertempur kembali. Sesaat, keadaan langsung kacau.
Wei Zheng, Wei Shu, Kedua nona juga telah siap mengeluarkan senjata untuk melindungi Li Yuan. Wei Zheng dan Wei Shu kedua orang ini mencabut pedang karang hitam dan pedang merak membara. Nona besar sudah siap dengan cambuk di tangannya, sedangkan nona kecil telah mencabut belati si Kembar dari sarungnya.

Yunfei berdiri melihat ke arah 3 kasim berada. Melihat mereka lari ke depan, dari aura ketiga orang ini jelas adalah aura ingin membunuh. Dia juga telah siap tetapi dia tidak berdiri di depan melainkan agak ke samping.

Sesaat kemudian, pertarungan senjata pedang terjadi antara 3 kasim dengan 3 putera Li Yuan.
Hanya selang 10 jurus, terlihat bahwa ketiga putera Li Yuan terdesak. Kedua kasim selain Kasim Chen juga adalah pesilat hebat. Yunfei mencoba melihat gerakan mereka bertiga dan dari 5 jurus sudah menemukan bahwa Kasim Zhong paling lemah.

Justru pada saat Kasim Zhong ini hendak menusukkan pedang ke Li Jiancheng, Tinju tiba-tiba berdesir menyerang cepat ke arah tulang rusuk sebelah kirinya. Yunfei sudah bergerak dan dengan kekuatan 50 persen tenaga, dia menghantam ke arah lawan.

Perubahan situasi yang cepat, tidak disadari baik oleh kasim Chen ataupun Kasim Lin. Kasim Zhong yang tertinju di tulang rusuk kirinya, terseret jatuh. Sedangkan sebelum kasim Chen dan Lin siaga, Yunfei langsung meninju ke arah muka kasim Lin.

Betapa hebat kemampuan kasim Chen dan Lin. Melihat serangan tiba-tiba begitu, kasim Lin sempat mengelakkan kepalanya ke kanan. Tinju terlewati dari samping bahunya. Tetapi perubahan jurus Yunfei sangat cepat, begitu tinju tidak mendapatkan korban, tangannya di arahkan ke bawah dan menyampuk ke bahu kanan kasim Lin. Seketika terdengar suara tulang retak, bahu kasim Lin telah terlepas dan retak. Saking sakitnya, tangan yang memegang pedang itu terlepas.

Melihat kesempatan bagus, Yunfei kembali melayangkan tendangan ke bahu kiri kasim Lin. Hanya kali ini, tendangannya segera dihalangi oleh kasim Chen.

Tendangan yang dimainkan berjumpa dengan telapak kasim Chen. Suara plakk terdengar keras. Yunfei terdorong mundur sekitar 10 langkah, sedangkan kasim Chen mundur sebanyak 3 langkah.

"Siapa kau?" Tanya Kasim Chen ke Yunfei. Dilihatnya perawakan Yunfei hanya berumur 10 tahun, seorang remaja.

"Wanbei bernama Yunfei."

"Oh rupanya kau yang membuat rencana kami berantakan!!!" teriak kasim Chen marah.

Yunfei merasa Kasim Chen memiliki Ilmu silat yang jauh lebih tinggi daripada kedua kasim tadi. Meski dirinya mencuri serang di awal tetapi kasim Chen ini masih sanggup menyerangnya.

Situasi segera berbalik karena putera Li Yuan segera membantu pasukan mereka dan menyerang pasukan milik 3 kasim tadi.

"Ada baiknya Tuan Li bersama keluarga menyingkir terlebih dahulu. Kita tidak tahu siapa saja bala bantuan mereka." Tutur Wei Zheng.

Li Yuan mengiyakan, lantas meminta pasukan mereka untuk segera naik perahu menyeberang ke utara melalui sungai huiji. Wei Zheng dan Wei Shu menyatakan ingin menetap disini bersama Yunfei. Li Shihmin mengumpulkan pasukan segera, seribuan orang dari pihak kasim sudah terbunuh. Sedangkan dia menghitung pasukan sendiri masih sekitar 2.500 orang. Mengajak kesemuanya untuk mundur ke sungai.

Nona besar dan nona kecil hendak menetap tetapi segera dilarang oleh Wei Zheng.
"Kedua nona ikuti Jenderal Li saja dan mengawalnya sampai ke Taiyuan. Musuh sudah menyiapkan perangkap. Jadi di utara belum tentu aman."

Kedua nona mengiyakan.
Nona kecil berteriak ke Yunfei yang sudah bertarung dengan kasim Chen lagi.

"Hati-hati kakak Yunfei!!!"

Yunfei sedang sibuk, dia tahu nona kecil meneriakinya, hanya saja dia juga tidak sempat untuk membalas.

Puluhan jurus sudah Yunfei dan Kasim Chen bertarung. Yunfei merasa lawannya kuat sekitar 1 tingkat darinya. Jika berangsur ratusan jurus kemudian mungkin dia akan terjungkal. Melihat tenaga lawan dan bagusnya pukulan kasim Chen, diam-diam Yunfei memuji. Ternyata kasim Chen yang diceritakan nona besar tadi jauh lebih kuat dari perkiraan. Nona besar merasa Yunfei di atas kemampuan kasim Chen sebaliknya yang terjadi malah Yunfei yang terdesak.

Wei Zheng dan Wei Shu, yang melihat Yunfei masih kepayahan melayani serangan kasim Chen, tangan keduanya gatal hendak membantu. Hanya saja mereka belum menemui kesempatan bagus. Dilihat bahwa gerakan Kasim Chen lincah dan selalu menyerang dengan mengincar titik mematikan tubuh lawan, mereka juga memuji baiknya ilmu silat kasim Chen. Wei Zheng dan Wei Shu sudah sempat bertarung dengan si kasim saat berada di pagoda Longtoushan. Melihat kemampuan silat Yunfei, keduanya sangat kagum. Karena baru kali ini si pemuda mengeluarkan semua kemampuannya.

Desiran angin di sekitaran mereka berkumpul. Tinju dan telapak yang berseteru menghasilkan suara keras.

Sementara itu, Li Yuan dan keluarganya sudah berhasil naik ke perahu bersama sisa pasukan. Mereka meninggalkan 5 orang membawa perahu kecil untuk menjemput mereka bertiga.

Kasim Lin dan Zhong yang sedang terluka juga mengamati pertarungan kasim Chen dan Yunfei. Sama-sama mencari kesempatan untuk menyerang pemuda. Kasim Chen yang melihat kedua rekannya siaga, memancing Yunfei dengan serangan keras, tanpa terasa Yunfei mundur beberapa tindak dan tidak berani melayani pukulan tapak keras lawannya. Wei Zheng berdua segera mengerti maksud kasim Chen. Lantas mereka juga sudah siaga menghadapi segala kemungkinan buruk.

Yunfei yang menghadapi lawan yang sangat berat kali ini, tubuhnya sudah berkeringat. Rasa capai segera terasa karena sudah ratusan jurus dia lontarkan baik itu bertahan ataupun menyerang. Meski kasim Chen belum sanggup menjatuhkannya, tetapi Yunfei juga belum berhasil sekalipun menyentuh kasim Chen. Kasim Chen terlihat sudah kehilangan kesabaran, lalu kali ini dia menyerang dengan telapak hebat. Sebuah telapak warisan dari kerajaan. Serangan di lakukan bertubi tubi dalam sekejap. Yunfei yang melihat bagusnya pukulan lawan, segera mengumpulkan energi untuk bertahan sedapatnya. Tetapi, Di pukulan kasim Chen yang ke 10 tersebut membuat Yunfei mundur 10 tindak akibat tenaga pukulan yang dahsyat.

Melihat kesempatan sudah datang.

Kasim Zhong dan Lin bersamaan segera menusukkan pedang dengan tangan kiri ke punggung Yunfei. Tetapi sebelum pedang mereka menyentuh punggung Yunfei, Keduanya terkejut sebab pedang yang di arahkan menusuk ke depan itu telah terbabat kutung.

Kedua Wei yang mencabut pedang karang hitam dan merak membara dimainkan memotong ke bawah. Dan bersamaan itu, keduanya menggerakkan pedang memotong langsung ke leher kedua kasim. Sungguh tidak terbayang betapa keras dan tajamnya kedua pedang ini. Leher kedua kasim langsung putus di tengah.

Perubahan situasi demikian bisa terjadi karena kedua kasim berkonsentrasi untuk menyerang Yunfei. Keduanya tidak awas dan tidak memperhatikan bahwa di samping belakang mereka, kedua Wei sudah siap untuk menyerang keduanya.

Melihat rekan mereka tewas dengan mudah, Kasim Chen berteriak dalam kemarahan. Matanya merah dan dia menunjuk kedua Wei.

Wei Zheng tertawa melihat sikap kasim Chen. Lantas dia berkata.

"Mereka membokong temanku dengan bekerja sama denganmu. Jika saja dirimu tidak memainkan cara curang. Maka kedua temanmu itu masih hidup."

Yunfei tidak tahu situasi secara keseluruhan karena pandangannya terkonsen terhadap serangan di depan. Dia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di belakang punggungnya. Mengetahui bahwa kedua Wei membantunya, dia berterima kasih dalam hati.

"Sekarang tinggal dirimu sendiri. Meski ilmu kungfumu tinggi, tetapi menghadapi kita bertiga belum tentu dirimu berhasil." Tutur Wei Zheng.

Kasim Chen berdiri dan menimbang beberapa saat. Sambil marah-marah, dia segera pergi ke arah timur.

"Sungguh kuat kasim Chen itu. Jika dia melakukan 10 gerakan lagi, pasti aku sudah terjungkal di tangannya. Terima kasih sungguh kepada kakak Wei berdua." Tutur Yunfei sambil merangkap tangan.

"Tidak perlu... Tidak perlu... Jika saja tanpa bantuan kedua pedang ini, mungkin saja kita tidak begitu mudah menghalau serangan kedua kasim ini." Tutur Wei Zheng.

Yunfei melihat bahwa keduanya telah tewas bahkan kepala kedua kasim terlontar ke belakang sangat jauh dari posisi badan mereka, segera merasa ngeri. Dan melihat kedua pedang berwarna hitam dan merah ini, dia memuji dalam hatinya akan kesaktian dan ketajaman kedua pedang tersebut.

"Mari kita susul mereka ke utara.." tutur Wei Shu. Keduanya mengiyakan. Lantas mereka bertiga naik perahu untuk mengejar Li Yuan dan keluarga mereka yang duluan beranjak. Wei Zheng memberi perintah ke awak perahu untuk melawan arus sampai jumpa ke pertigaan sungai.

Suasana sudah malam sekarang. Tujuan mereka adalah menyeberangi sungai.
"Ini adalah sungai Huiji, di sebelah barat ada pemotongan aliran sungai. Disini kemungkinan Li Yuan akan mendarat. Li Yuan akan menuju ke Taiyuan. Dia akan mengambil jalan memotong dari sebelah barat dan menuju utara. Harusnya perahu mereka melawan arus dan ketika jumpa ke pertigaan, mereka akan turun." Tutur Wei Zheng.

"Kenapa begitu? Bukankah lebih dekat jika dia mengambil arah timur dan ke utara daripada melawan arus sungai." Tanya Wei Shu.

"Tadi pasukan kasim beranjak dari arah timur ke Liudian. Jadi bisa saja di utara daerah timur sudah penuh pasukan. Ini pasti dipikirkan oleh tuan Li." Tutur Wei Zheng.

Yunfei merasa masuk akal perkataan Wei Zheng dan memuji Wei tua tersebut.
"Tetapi, bisa saja di sebelah barat juga ada pasukan." Jawab Wei Zheng.

Ketiganya berpikir beberapa lama. Yunfei yang merasa perjalanan masih lumayan panjang. Lantas beristirahat mengumpulkan energy Beiji Shengong yang tadinya terkuras ketika menghadapi kasim Chen. Selang 3 jam, mereka sudah mendarat.

Saat ini, sudah hampir masuk musim dingin. Udara malam yang dingin di utara terasa menusuk tulang. Meski belum adanya turun salju, mereka bertiga berangkat dengan perlahan menuju ke arah utara. Ketiganya telah sampai di perempatan, dan saat ini mulai masuk ke pagi. Matahari sudah terbit.

"Kita coba Tanya ke pemilik warung disana." Wei Zheng menunjuk.
Wei Shu menanyai pemilik warung makan. Dan dia berhasil mengkonfirmasi bahwa ada pasukan ramai tadi subuh lewat dengan kencang ke arah utara. Pemimpinnya orang berumur 50 tahun dan terlihat bendera dengan nama Li.

Wei Shu dan Yunfei girang karena perkiraan Wei Zheng benar.

"Jika mereka bergerak secepat demikian, kita tidak akan sanggup mengejar. Ada baiknya kita mencari kuda cepat saja. Dan sepertinya tidak ada waktu bagi kita untuk beristirahat lagi." Wei Zheng segera membeli perlengkapan terutama makanan kering seadanya.

Yunfei berkata ke Wei Zheng.
"Tuan Wei, anda berdua bukannya harus ke Pu-yang untuk berkumpul dengan Li Mi? Ada baiknya tuan berdua berangkat mengambil jalan timur saja. Untuk menyusul mereka, bisa saya sendiri."

Wei Zheng tertawa. Dia berkata.
"Tidak mengapa. Nanti akan kita kirimkan surat ke Li Mi untuk memberitahukan situasi sekarang. Dia tidak akan menyalahkan kita."

Li Mi dan Li Yuan tidak betul-betul berteman baik. Mereka saudara dan sahabat dalam perjuangan menggulingkan dinasti Sui. Li Mi sudah bergerak beberapa tahun lalu, sedangkan Li Yuan masih terlihat menunggu kesempatan baik.
Oleh karena memiliki tujuan yang sama, Li Mi tentu mendukung Li Yuan juga. Kata pepatah,"Memiliki musuh yang sama pasti menjadi teman" memang sangat benar.

Sebab jika Li Yuan terbasmi, pasukan kerajaan selanjutnya akan menempurnya dengan sungguh-sungguh. Di daerah utara ini, terdapat 3 kekuatan pasukan. Di barat adalah pasukan kerajaan. Di tengah adalah Li Yuan dan di timur adalah Li Mi.

Perjalanan mereka lakukan dengan cepat. Dalam selang 2 hari kemudian, mereka beristirahat sehari (ini adalah perjalanan cepat pasukan elite). Kemudian di siang hari keempat, mereka telah dekat ke sungai kuning/Huang ho. Dari tempat tinggi jauh ketiganya melihat sungai Huang.

Tetapi sesaat kemudian ketiganya melihat adanya pertarungan di sebuah tanjakan di depan. Jarak mereka dengan tanjakan tersebut sekitar 10 Li.

"Itu nona kecil!!" teriak Yunfei. Lalu dilihat di belakang nona kecil. Pasukan Li Yuan sedang mengambil mundur teratur menuju ke arah sungai Huang. Ketiganya segera beranjak berkuda dari tempat mereka untuk menyusul ke depan.

Memang benar bahwa yang sedang bertarung hebat adalah nona kecil sendiri. Lawan nona kecil adalah 5 orang berpakaian kasim. Terlihat nona kecil bertarung sambil mundur. Kedua tangannya memegang belati yang terlihat merah darah. Kedua belati ini sudah mengambil korban dari pihak kasim. Di belakang kasim terdapat banyak pasukan yang teratur. Mereka tidak maju menyerang, hanya berjalan ke depan beberapa tindak lantas mengambil posisi bertahan.

"Sudahlah anak kecil, menyerahlah!!" teriak kasim di tengah yang sambil menyabet menggunakan pedang.
Nona kecil diam seribu bahasa, dia hanya menggerakkan kakinya setiap pedang kasim hendak menebas ataupun menusuk dirinya.
"Dari subuh sampai sekarang, kamu mundur terus meski ilmu langkahmu bagus tetapi kamu juga tidak bisa melarikan diri." Tutur Kasim di tengah.

"Hingga sore nanti, tenagamu juga akan habis." Begitu tutur kasim yang menyerangnya.

Setiap serangan dari kasim bisa dielakkan dengan mudah dengan langkahnya. Dari tindakan nona kecil, sepertinya dia hendak mengulur waktu. Setiap serangan pedang selalu lewat 2 inchi dari tubuh nona kecil. Dengan gemas mereka terus menerus menyerangnya.

Di belakang nona kecil, nona besar siap dengan cambuk di tangan untuk melindungi. Sedangkan putera-putera Li Yuan melindungi ayahnya sambil mundur teratur.

Yunfei bertiga hanya butuh waktu belasan menit, akhirnya mereka telah sampai di daerah pertarungan. Melihat gerakan nona kecil , Yunfei dan Wei berdua mau tidak mau sangat kagum. Setiap serangan yang asalnya sangat berbahaya namun dengan mudah sudah dielakkan. Bahkan serangan ke kaki nona kecil, juga sangat gampang di elakkan. Nona kecil ibarat belut di tangan, setiap saat hendak ditangkap tapi terus menerus lepas dari genggaman.

Wei Zheng berseru ke Li Yuan.
"Tuan Li, ada baiknya dengan dikawal putera-putera Tuan, hendaknya segera menyeberang sungai saja. Di sini, serahkan ke kami berlima."

Li Yuan mengiyakan. Dia di kawal ketiga puteranya, beranjak terlebih dahulu bersama seratusan orang ke arah barat laut. Sisa pasukannya, segera diperintah oleh Wei Zheng membentuk formasi bertarung sambil mundur.

"Kasim berlima ini, satunya bermarga Liu, di kiri bermarga Yuwen, kiri ujung bermarga Hou, Sedangkan di kanan bermarga Yan, kanan ujung bermarga Xia." Tutur Wei Zheng.

Kasim yang mendengar kata-kata Wei Zheng, heran juga bahwa orang di depannya mengenal mereka.

"Liu yang paling kuat. Hendak kalian berhati-hati." Tutur Wei Zheng kembali.

Yunfei melihat ke arah tengah. Memang gerakan pedang Liu sangat cepat, membawa angin mendesir di setiap gerakannya. Meski kuat tetapi belum sanggup mengenai nona kecil yang gerakannya sangat lincah. Kasim Liu memiliki pembawaan tinggi 7 kaki, wajahnya terasa aura kejam. Kedua matanya tajam bagaikan burung elang. Kelimanya terlihat bergerak satu-satu, jika Liu sudah mengeluarkan jurus, maka di susul Xia, Yuwen, Yan dan Hou.

Yunfei hendak maju, dilihatnya bahwa Kasim ini sudah siap-siap tiada kesempatan seperti kemarin pada saat dirinya menempur Chen bertiga. Jelas kewaspadaan Liu yang paling tinggi di antara semua. Yunfei mengurungkan niatnya dan mengikuti mereka untuk bertempur sambil mundur teratur. Sekarang sudah 1 jam sejak Yunfei bertiga sampai. Mundurnya mereka sekarang sudah sampai di suatu tempat yang lebar.

Liu melihat kesempatan sudah datang, segera memerintah pasukan di belakangnya untuk bertempur. Wei Zheng melihat pasukan juga sudah maju, memerintah memecah formasi di kiri dan kanan. Yang kiri segera bergerak melingkar keluar dan menyerang ke tengah. Sedangkan yang kanan juga bergerak dengan formasi yang sama.

Yunfei bersama nona besar dan Wei Shu segera bertarung ke tengah. Tanpa memilih siapa lawan, Yunfei mencoba peruntungan dengan mengambil serangan ke arah kanan yaitu kasim Yan dan Xia. Sedangkan Nona besar mendukung di belakang Wei Shu untuk menempur kasim Yuwen dan Hou. Sedangkan Wei Zheng sibuk untuk mengatur pasukan oleh karena itu dia tidak ikut menempur para kasim.

Kasim Xia dan Yan terkejut akan kemampuan pemuda kecil di hadapan mereka. Serangan pedang mereka yang kompak ternyata dengan gampang dihindari. Bahkan beberapa kali mereka hampir terkena serangan tinju Yunfei. Karena saling mendukung, maka keduanya masih berdiri dengan kuat. Yunfei berpikir jika pertarungan ini panjang maka nona kecil yang sedang menyerang ke Liu itu suatu saat akan kepayahan. Dilihat sekilas nona kecil juga melihatnya, di matanya terkandung rasa capai dan terima-kasih. Mereka sanggup bertahan karena nona kecil selalu mengelak setiap serangan kasim Liu, dan beberapa kali coba balas menyerang kencang dengan tusukan belati. Jika kasim Liu "tidak sibuk" tentu pertarungan ini jelas sudah dimenangkan mereka. Terlihat kasim Liu hendak membantu Xia dan Yan namun nona kecil mendahului menyerangnya.

Karena merasa gemas serangan Yunfei tidak sanggup menyentuh kedua kasim disebabkan pedang di tangan mereka yang melindungi diri terus, Yunfei akhirnya mencabut pedang di pinggangnya. Lantas dengan ilmu tombak tetapi memegang pedang, dia menusuk ke arah putaran pedang lawan.
Jarang sekali di dunia persilatan terlihat pemain pedang menggunakan ilmu tombak, kali ini mereka terkejut sebab tusukan pedang Yunfei sangat tepat dan cepat. Serangan Yunfei terarah ke tangan kedua kasim yang memutar pedang sebanyak 2 tusukan. Sekejap kemudian terdengar teriakan hebat dari Kasim Xia dan Yan. Tangan keduanya yang memegang pedang telah tertusuk kutung. Kedua pedang mereka yang masih memutar ke atas itu terlepas dari tangan mereka. Mengambil kesempatan tersebut, Yunfei mengerahkan ilmu yang dilihat dan dipelajari dari nona kecil ketika dia membabat kutung belatinya di gua Sanqing. Dengan keras dia bacokkan kedua pedang.

Alhasil, Kedua pedang yang terbabat di arahkan ke Kasim Yuwen dan Kasim Hou. Perubahan situasi yang cepat ini membuat Yuwen terkejut. Dia punya kemampuan paling rendah di antara semua kasim. Pedang yang terbabat kutung itu telah mengincar lehernya dengan tepat. Sebelum dia mengelak ataupun mengangkat pedang menahan serangan. Pedang patah dan gagang pedang itu menusuk lehernya dan telah mencabut nyawanya. Sebenarnya nona besar bertarung menggunakan cambuk jarak jauh bersama Wei Shu yang sesekali menempur Kasim Yuwen dan kasim Hou. Kasim Hou lebih waspada, dia sempat mengelak sisa potongan pedang tersebut. Meski dirinya berkeringat dingin seketika saat terbebas dari serangan tiba-tiba ini.

Yunfei segera mengangkat pedang dan menusuk ke leher kedua kasim yang tadinya telah terkutung tangan, keduanya memang masih kesakitan dan tidak siaga. Kasim Xia dan Yan tewas seketika, pikir Yunfei lebih baik membunuh keduanya untuk mencegah kejadian yang sama di Liudian. Pedang ringan di tangannya justru berefek sangat hebat. Ketajaman pedang ini tidak kalah dengan pedang merak membara ataupun pedang karang hitam.

Kasim Liu dan Hou marah ketika mereka kehilangan ketiga teman hanya oleh 1 anak kecil. Sehingga meninggalkan daerah pertarungan masing masing dan "mencari" Yunfei untuk di tempur sama-sama. Yunfei segera melayani kedua kasim, dengan tangan kanan dia mainkan ilmu tombak melalui pedang untuk ditusukkan ke kasim Hou. Sedangkan 1 tangan lagi dia melayani Kasim Liu dengan tinjunya.

Saling serang terjadi dalam beberapa jurus. Nona kecil yang "ditinggali" oleh kasim Liu sekarang ikut di arena pertarungan. Dengan belati ganda dia menempur kasim Hou. Otomatis dengan begitu sekarang kasim Liu yang menghadapi Yunfei sendiri. Yunfei kali ini diuntungkan dengan senjata meski dia tidak jago memainkannya. Pertarungan hebat segera terjadi.

Nona besar mencari kesempatan bersama Wei shu untuk menyerang. Tetapi kali ini, hampir tiada celah yang bisa dimanfaatin. Keduanya sepakat untuk melindungi Yunfei dan nona kecil saja jika mereka mendapat bahaya.

Selang 30 jurus kemudian, Yunfei merasa susah menang. Dia berpaling ke nona kecil untuk meminta mundur teratur ke gunung. Kasim Liu bertarung dengan memanfaatkan inderanya. Setiap Hou mendapat masalah, sebelum berakhir menjadi tragedi selalu ditolongnya. 50 jurus kemudian kasim Liu sudah tahu bahwa kedua lawannya ini sebenarnya jauh di bawahnya. Hanya keduanya memiliki senjata yang bagus untuk melindungi diri maka keduanya belum jatuh.

Rangsekan mereka berdua berakhir ke sebuah tebing di jalanan ujung. Tentu posisi demikian sangatlah berbahaya bagi Yunfei ataupun nona kecil. Berharap-harap cemas keduanya menahan setiap gempuran dari kedua kasim ini. Hingga di tanjakan terakhir, keduanya bermandikan keringat karena sepertinya baik Yunfei dan nona kecil selain lelah, posisi belakang mereka hanya jurang dalam yang di bawahnya adalah aliran sungai Huang. Wei Shu dan Nona besar tidak mementingkan lagi bagaimana menembus pertahanan kedua kasim karena posisi adiknya dan Yunfei sangat berbahaya, langsung menyerang dengan cambuk sedangkan Wei Shu menyerang dengan pedang merak membara untuk masing-masing menyerang ke kasim Liu dan Hou. Kasim Liu segera membalik dan tersenyum sinis. Dia arahkan tajam pedang ke cambuk nona besar, seketika kedua senjata beradu. Nona besar merasa energy lawan teramat keras, membuat dirinya bergoyang ringan dan memuntahkan darah dari mulutnya. Jelas nona besar telah terluka dalam dari sekali serangan.

Nona kecil dan Yunfei khawatir, hendak mereka maju membantu tapi posisi mereka sangat jelek. Tiga langkah belakang mereka adalah jurang sedangkan kasim Hou masih sangat bersemangat mendesak mereka berdua untuk jatuh ke jurang dengan putaran pedang yang merapat mereka berdua.

Sedangkan Wei Shu yang menyerang dari samping dilayani dengan tendangan ke arah tangannya. Tendangan Liu memang sangat bagus, mencungkil tepat gagang senjata bawah sehingga pedang terlepas dari tangan Wei Shu. Selanjutnya tenaga tendangan yang tersisa di sepakkan ke perut Wei Shu. Wei Shu terpental jauh berguling ke belakang dan sesaat kemudian dia juga memuntahkan darah segar. Terang bahwa Wei Shu juga sudah terluka dalam.

Kasim Liu yang memegang pedang ini, dia lihat nama yang terukir "merak membara" segera tertawa. Karena pedang di tangannya memang adalah pedang pusaka yang kuat.

Tetapi...
Baru saja dia ingin berbalik badan menyerang Yunfei dan nona kecil. Dia merasa ada sesuatu yang janggal dari bawah kakinya. Sebuah aura kuat menyerang dirinya. Sesaat kemudian tangannya yang memegang pedang terbuka dan pedang melesat "terbang" ke arah mereka datang tadinya.

Baru saja dia hendak mengetahui apa yang terjadi. Dilihatnya di atas kepalanya seekor kuda "terbang" melewati kepalanya dan mendarat di samping jalanan tebing. Dilihatnya jalanan di bawah, ternyata adalah tanjakan tebing yang tinggi. Terlihat jalan berbahaya meliuk dari bawah yang merupakan sungai. Sedangkan di sungai terlihat perahu besar dan ada sepasukan kecil di perahu tersebut.

Merasa heran terhadap posisi tersebut apalagi ada yang sanggup mendaki dengan kuda, tanpa terasa dia berkeringat dingin. Lantas segera dia menoleh ke orang yang datang ini.
Sedangkan Nona besar dan kecil yang melihat siapa yang sampai, tergirang seketika. Mereka berdua serempak berteriak:
"Kakak Ketiga!!!"

Penunggang kuda ini mungkin memiliki tinggi sekitar 9 kaki. Wajahnya terlihat berwarna agak kehitaman, matanya besar dan alisnya tebal, dagunya keras. Dia memakai baju berwarna hitam keemasan. Pemuda ini naik di atas kuda besar berwarna hitam total, sangat cocok kuda besar ini dengan badannya yang tinggi besar. Di samping kiri dan kanan tangannya, dia memegang kapak besar yang panjangnya mungkin 8 kaki lebih. Dilihat dari senjatanya, sebuah kapak mungkin beratnya ratusan kilogram. Tetapi pemuda ini mengangkatnya seakan seperti senjata yang ringan saja.

Yunfei melihat penunggang kuda dan pemuda ini langsung dirinya terkagum. Apalagi dia tahu bahwa orang di depannya adalah pewaris Nanji Shengong. Dialah putera ketiga Li Yuan, Li Xuanba.

Bersambung....

0 komentar:

Posting Komentar