Bab V - Ilmu Langkah Ajaib, Ilmu Pedang Aneh
Mereka berempat mendengar bahwa Wei tua memiliki ide, melihat ke arah Wei tua dengan mimik yang tertarik.
"Begini.... Kita berdua ini bergabung dengan pesilat-pesilat disana, tujuan kita untuk membuat mereka sibuk. Lantas kalian bertiga menyelinap ke atas. Pesilat-pesilat di sana untuk mengalihkan mereka, aku masih punya beberapa bom asap. Nantinya kita akan membuat........." Sambil berbisik Wei tua menjabarkan bagaimana cara untuk menembus gunung Sanqing.
"Ehh tidak bisa..." tutur nona kecil sambil berbisik.
"Harus begitu nona kecil... Hanya kita berdua yang memancing kelima pendekar untuk bertindak, sedangkan kalian bertiga menuju ke gunung. Bawalah perlengkapan yang diperlukan.. Sekarang sudah jam 8an, waktu kita cukup mendesak harus segera." Wei tua memberikan 1 bungkus peralatan dan menjelaskan lebih lanjut apa yang harus dilakukan kepada nona besar sambil berpesan hati-hati ke Yunfei untuk mengecek apakah ada yang mendengarkan percakapan mereka atau tidak.
Nona besar dan kecil menyatakan akur setelah mendengar apa yang dikatakan Wei tua dan karena juga waktu sudah agak mepet.
Melihat kondisi tadinya di depan pagoda, memang sebenarnya tidak gampang untuk menembus kepungan tanpa disadari oleh mereka berlima. Jalanan setapak ke atas pun entah dijaga atau tidak. Wei tua memberi "mandat" selanjutnya kepada Yunfei untuk menjaga kedua nona ini.
Setelah mereka sama-sama akur mereka makan seadanya untuk mengisi perut untuk menuju ke pagoda. Rumah makan yang ditempati mereka ini sangat sepi, karena pesilat-pesilat itu masih kumpul di depan pagoda.
Wei tua dan muda berangkat sedangkan Yunfei bertiga sengaja mengambil jalanan dari atap seperti tadinya Yunfei dan nona kecil pada saat mengamati pagoda.
Setelah mereka berdua sampai di pagoda, Melihat beberapa pesilat sudah berjatuhan gugur dan terluka. Wei tua maju ke depan sambil menunjuk,
"Jalan di atas gunung apakah milik nenek kalian?"
Wei muda menyambung setelah menghitung beberapa pesilat disini.
"Disini ada 90 orang termasuk kita berdua. Bagaimana caramu menghalangi kita 90 orang ini bergerak bersamaan?"
"90 orang lantas bagaimana?" Tanya Pemuda yang ditengah tadi, pemuda yang memegang kipas.
"Tentu kita jika mengeroyok kalian secara rame-rame, maka kami tidak percaya tidak sanggup mengalahkan kalian." Tutur Wei tua sambil tertawa.
Memang sejak kejadian tadi, pesilat hanya menggerutu, tidak ada yang berani maju lagi untuk menentang mereka. Sekarang melihat Wei tua, yang terlihat gagah dan bijak serta memegang senjata yang cukup aneh, mereka serempak hendak maju.
Tetapi kelima orang ini tetap di tempatnya, seakan tidak mempermasalahkan keroyokan pesilat. Wei tua segera melempar senjata sambil berteriak.
"Lihat senjata!"
Rantai belati di lemparkan melintang, sehingga targetnya adalah kelima-limanya.
"Cari mati!!!" teriak pria di tengah, lantas menyampuk dengan kipas ke rantai. Rantai berat itu tersampuk ke lantai.
Suara dentingan keras terdengar, tetapi Wei tua segera menggerakkan tangan untuk menggulung kembali rantai. Melihat senjata lawan yang sedemikian berat, pemuda di tengah mementangkan kipas dan dilemparkan ke arah Wei tua. Di samping Wei tua, Wei muda mengangkat gada dengan kedua tangan dan menghantam ke kipas terbang itu.
Tetapi saat gada hampir menyentuh kipas, kipas terlihat berbalik kembali ke tuannya. Pemuda itu segera bergerak ke depan, sebelah tangan hendak mengambil kipas, sebelah lagi hendak menggunakan cakar untuk mencekik leher Wei tua.
Melihat kebagusan silat lawannya, Wei tua mengengos ke samping. Wei muda segera memainkan gada gandanya ke muka pemuda.
Mau tidak mau pemuda terkejut, dikeluarkan senjata pedang pendek dari pinggangnya, lantas di tusuk ke arah gada.
Suara tranggg keras terdengar memekakkan telinga. Tangan kedua pria ini terasa ngilu akibat benturan senjata. Keduanya terlihat mundur 3 langkah.
Wei tua yang disamping melihat bahwa pendekar berpedang yang lain sepertinya sudah standby untuk menilik dirinya supaya tidak lari. Lantas dengan rantai berat, dia melemparkan melintang menebas ke arah 4 pendekar berpedang itu.
Karena "diajak" untuk bertarung, keempatnya lantas maju untuk melayani Wei tua. Setelah rantai dilempar dan ditangkapnya balik, dia memakai belati kecil untuk menahan serangan ke empat orang yang memakai ilmu pedang cepat.
Wei tua melayani 10-an jurus dengan keempat pendekar sambil bergerak ke samping lantas berlari kecil balik ke arah Wei muda. Sebelah tangan dia merogoh kantong dan melempar bom asap ke arah tengah pertarungan sambil dirinya berteriak:
"Adik! Naik gunung!!!"
Kelima pendekar yang mendengar Wei tua berteriak, Lantas mundur ke arah pagoda kembali sambil menilik apakah ada yang menerobos atau tidak. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Wei tua dan muda dengan sekali lempar senjata dan gada, terlihat 3 orang pendekar pedang telah berjatuhan karena terluka akibat senjata, susah bangkit meski ketiga orang ini tidak tewas.
Serempak kedua teman mereka berteriak dengan marah karena tertipu dengan serangan mendadak.
Mereka berlima termakan kata-kata pancingan dari Wei tua karena mengira ada yang naik gunung dengan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Wei tua berteriak ke adiknya tetapi sekarang adiknya masih berada di tempat, otomatis ini adalah pancingan untuk melukai teman mereka.
Pesilat memang hendak mencari kesempatan ini untuk naik ke gunung, tetapi ketika mereka baru berjalan 5 langkah ke depan. Kedua pendekar tadi sudah siap di posisi mereka menghalangi jalan naik.
Pemuda yang memakai senjata kipas segera menghitung jumlah orang di kerumunan. Hasilnya malah berbeda yaitu 94 orang.
"Kalian tadi hitung berapa orang?" ditanya ke teman-temannya.
"94 orang..." tutur mereka bersamaan.
Lantas dia tertawa karena Wei muda salah hitung.
Sebenarnya Wei muda tepat hitungnya. Tetapi kenapa dia sengaja melebihkan 4 orang. Dipikirnya lebih bagus lebih 4, jika kurang 4 atau bahkan 1 saja maka berarti sudah ada yang menerobos naik gunung. Bom asap di tangan mereka sifatnya hanya berasap sedikit saja karena tujuan utamanya adalah memancing mereka untuk kehilangan konsentrasi sehingga gampang diserang.
Ketika Wei tua melemparkan senjata melintang ke pendekar pedang, Yunfei bertiga sudah menerobos dari samping lewat pepohonan. Karena pertarungan seru, tidak ada yang menyadari mereka menerobos lewat pepohonan.
Pemuda di tengah tertawa ketika mendengar salah hitungnya Wei muda, dia berkata.
"Kamu sungguh konyol , umur sudah tua menghitung orang saja kepayahan."
Wei muda pura-pura marah dan memaki.
"Peduli nenek mu, hitung berapa orang nenekmu jelas aku jago. Ada 4 orang nenekmu! Kakekmu masing-masing punya 2 istri!!"
Kata-kata kedua orang ini membuat para pesilat-pesilat tertawa.
Wei tua juga tertawa besar mendengar makian keduanya, tetapi tertawanya bukan senang karena kata-kata yang lucu ataupun mereka berdua telah berhasil menjatuhkan lawan.
Yunfei bersama kedua nona memang sudah melalui jalan setapak. Mereka bergerak cepat hingga sampai ke pinggang gunung Sanqing dalam waktu satu jam ini. Sepanjang jalan mereka menghindari ular-ular yang terlihat di jalanan serta samping tebing, memang gunung ini terdapat lumayan banyak binatang buas terutama hewan melata.
Setelah sampai di dataran yang agak rata. Lantas nona besar mengeluarkan sesuatu dari dalam bungkusan. Dilihatnya di bungkusan tersebut terdapat diagram Ba Gua serta ada secarik kertas.
Melihat kertas tersebut, dia bergembira lantas bertutur.
"Memang yang paling tua paling bijak. Disini ada diagram Ba Gua yang menunjukkan 8 arah mata angin dan sebuah kompas. Di kertas ini juga tertulis bahwa kita harus masuk melalui pintu mati."
Yunfei heran mendengar kata-kata nona besar. Lalu dia bertanya.
"Pintu mati adalah pintu larangan, kenapa kita harus masuk ke pintu larangan itu?"
Nona besar tertawa.
"Jika kita melalui pintu hidup, maka kita hanya bisa dibawa keluar dari jalanan lain dan tidak naik ke gunung melainkan turun gunung. Tadi Wei tua sempat berbisik kepadaku, ini sepertinya memang rahasia gunung Sanqing tersebut."
Yunfei mengangguk mendengar penjelasan nona besar. Karena tentu ada keanehan di gunung ini, orang orang yang hendak mencari harta-karun tentu banyak, dan banyak yang tentunya turun gunung tanpa mendapat sesuatu karena melewati pintu hidup.
Diagram Ba gua umumnya memiliki 8 penjuru yang terdiri dari :
Buka, Tutup. Hidup, Mati. Maju Mundur. Diam, Bergerak.
Tentu Yunfei sangat mengerti diagram ini, dan mengetahui bahwa Wei tua paling bijak, Wei tua pasti banyak pengetahuan terhadap gunung ini. Sepanjang dia melihat tadinya dengan mengandalkan cahaya bulan, dia hanya melihat pohon-pohon dan batu karang tanpa ada sesuatu yang aneh kecuali banyaknya hewan melata. Yunfei berpikir sekarang hanya bisa mengikuti petunjuk sesuai yang diberikan oleh Wei tua.
"Pintu mati adalah di sana.." tunjuk nona besar ke arah atas, agak ke arah tenggara.
Meski agak tinggi, bagi Yunfei untuk meloncat kesana memang tidak begitu susah. Dia tahu bahwa nona kecil juga tiada kesusahan. Lantas dia bertanya,
"Nona besar.. Apakah bisa kami bantu untuk mencapai daerah atas?"
Nona besar meski memiliki ilmu ringan tubuh baik, tetapi memang masih jauh di bawah nona kecil dan dirinya. Karena takut tertinggal jauh, dan tidak tahu apa ada bahaya di atas. Sesaat, nona besar mengangguk.
Sebelah tangan di pegang Yunfei, dan sebelahnya lagi dipegang sang adik. Mereka meloncat ke atas dengan gerakan kaki cepat sambil mendaki.
Kira-kira ratusan langkah, mereka menjumpai sebuah gua kecil yang terbentuk oleh alam. Di sana mereka berhenti dan berjalan.
Nona kecil menghidupkan lilin untuk melihat sekitaran gua tersebut.
"Gua ini sepertinya menjorok ke dalam. Kita harus lebih hati-hati. Apalagi tercium bau lembab yang sangat menyengat."
Kedua orang di belakangnya tidak menyahut. Lantas nona kecil balik badan dan melihat bahwa kakaknya masih digandeng Yunfei dan belum di lepaskan. Posisi Yunfei lebih maju selangkah daripada nona besar. Melihat hal demikian, dia memaki.
"Kamu bocah mencari kesempatan!!!"
Nona besar hanya tersenyum malu melihat sang adik.
Yunfei sebenarnya bukan tidak berniat melepaskan pengangan tangannya ke nona besar. Tetapi karena jalanan depan gelap, dia sendiri juga tanpa sengaja tidak melepaskan tangan si nona karena dia merasa harus melindungi nona besar ini, mungkin juga sedikit banyak Yunfei sudah memiliki perasaan hati terhadap nona besar ini.
Tetapi, karena mereka berdua sama sekali tidak ada ikatan apapun, bahkan teman dekat saja tidak, tentu ini membuat nona kecil marah. Tadinya, gerakan nona kecil sebenarnya lebih cepat. Oleh karena itu dia lebih cepat tiba 3 langkah daripada Yunfei dan nona besar. Dia berada di depan, nona besar di tengah, sedangkan Yunfei berada di belakang untuk menahan si nona besar supaya tidak terjadi sesuatu karena gerakan nona kecil memang terlampau cepat untuk mereka berdua.
Dimarahi nona kecil, sesaat Yunfei melepaskan tangan nona besar.
"Maaf... " tutur Yunfei sambil merasa malu.
Nona kecil hanya mendengus sekali. Lantas hendak maju ke gua.
Tetapi secepatnya dia dihentikan oleh Yunfei.
"Ada sesuatu yang kemari.. Tiarap!!!" teriak pemuda ini ringan.
Sesaat kemudian dari gua, terbang ribuan ekor kelelawar keluar gua.
Kelelawar merasa terancam, karena gua yang hampir tidak pernah di masuki oleh orang-orang ini di datangi mereka bertiga,
Pintu mati tersebut tentu dimengerti banyak kaum pesilat, karena itu memang banyak orang pernah kemari tetapi hanya menemui jalan buntu dan kembali keluar dari pegunungan. Justru pintu mati ini paling jarang ataupun tidak ada orang yang berani menginjaknya. Sekarang justru ada ketiga orang berjalan kedalam. Dalam posisi tiarap, kelelawar yang hanya berniat melarikan diri terbang keluar gua, kelelawar ini berjumlah sangat-sangat banyak, namun sesaat kemudian sepertinya semua kelelawar yang keluar tersebut telah habis keseluruhan.
Segera keadaan gua sudah senyap kembali.
Tetapi karena secara tiba-tiba, maka cahaya lilin di tangan nona kecil sudah jatuh dan mati. Keadaan di depan gelap-gulita. Di periksanya kembali lilin tadi, ternyata jatuh di tempat yang berair sehingga basah.
"Apakah kita harus menunggu sampai terang langit baru kita masuk ke dalam?" Tanya Yunfei.
"Tidak bisa..." tutur nona besar. Lalu dia menyambung.
"Wei tua menginginkan kita sebelum matahari terbit sudah harus sampai ke daerah tengah. Memang kita tiada lampu, ada baiknya kita mengambil posisi memegang samping dinding saja sambil berjalan perlahan-lahan. Disini tertulis, jika hari ini gagal, maka hari esok adalah yang terakhir, tetapi harus malam untuk menjelajahinya. Pintu utama di dalam gua akan tertutup jika matahari sudah menyinari ke dalam. Dan dalam setahun, 3 hari inilah peluang kita untuk masuk. Jika menunggu sampai besok dan kita tetap gagal, maka harus tunggu sampai tahun depan."
Yunfei terkejut mendengar penuturan nona besar. Tidak disangkanya seorang Wei tua memiliki banyak sekali pengetahuan. Sesaat, dia terkagum-kagum akan perencanaan Wei tua, dia merasa bahwa Wei tua dengan kebijaksanaan dan kepintaran seperti demikian maka tidaklah susah baginya untuk menunjang kerajaan supaya Negara makmur dan aman sentosa.
Dengan berpegangan di dinding gua, Yunfei berada terdepan. Nona kecil mengikuti di tengah dengan sepasang belati siap di tangan, sedangkan nona besar mengikuti dari belakang. Perlahan-lahan, satu langkah demi satu langkah mereka berjalan. Yunfei berkata:
"Hati-hati, biar saya maju duluan. Dan jika tidak menginjak tanah, akan saya kabari. Kalian ikuti saja dengan langkah waspada."
Ada beberapa keanehan gua tersebut, karena banyaknya titik air menetes terus menerus. Pikir mereka mungkin di atas ada sumber air, hanya beberapa saat mereka sudah kebasahan. Dan oleh karena itu juga tidak heran bahwa gua ini terasa sangat lembab.
Sudah ratusan langkah mereka jalani, banyak jalanan naik dan turun, setiap jumpai jalanan agak naik, Yunfei mengabari begitu juga jika menjumpai jalanan agak turun. Sampai di suatu tempat yang sekarang mereka sudah kehilangan pegangan. Berarti gua ini telah sampai di ujung yang rupanya agak luas. Tetapi karena di dalam hanya gelap gulita, mereka belum berani maju.
Yunfei mendengarkan dengan sangat waspada. Pendengarannya sejauh ini memang tidak mendapatkan sebuah masalah misalnya adanya suara desis ular, ataupun suara hewan buas lainnya, serta tidak adanya nafas orang kecuali mereka bertiga. Keadaan sekeliling sedari tadi sangatlah hening dan sedikit banyak mencekam. Lantas dia mendapat sebuah ide.
"Nona kecil, bisa pinjamin sepasang belatimu?"
Nona kecil yang berada di belakangnya mengiyakan. Lantas dengan perlahan dia memberikan kepada Yunfei. Memegang dengan tangan kanan, dia perlahan menunduk dan memegang lantai di bawahnya.
Terdapat batu karang sejenis batu sungai yang susunannya tidak beraturan. Lantas di geseknya keras ke batu karang yang tidak basah sehingga menimbulkan percikan api. Percikan api di dalam gua gelap total ini mengakibatkan mereka bertiga melihat bahwa daerah ini memang sudah merupakan tengah gua yang cukup lebar. Jalanan meski terlihat gelap tetapi jalanan tetap sama yaitu batu sungai jenis batu karang di kaki mereka.
Karena terasa menarik, nona kecil yang memegang sebelah belati. Ia juga ikut menggesekkan di lantai.
Baru maju sebanyak 5 langkah, terdengar di belakang mereka ada suara batu yang menutup.
"Celaka, jalan datang tadi sudah tertutup batu.." Tutur Yunfei sambil balik dan memegang pintu batu itu sifatnya keras, tidak mungkin bisa dihancurkan tanpa adanya peralatan.
Memang benar bahwa jalan tadi yang merupakan pintu "mati" telah tertutup. Karena tidak ada pilihan, sekarang mereka hanya bisa maju. Lantas dengan perlahan mereka bertiga berjalan setengah jongkok untuk menuju ke tengah.
Setelah melalukan ratusan kali gesekan ke lantai, dan ratusan langkah mereka menemukan di ujung gua besar terdapat sebuah tempat yang setinggi 1 kaki.
Di tempat ini sekilas terlihat 3 rupang dewa yang tinggi nya mencapai 10 kaki mungkin. Dilihat sekilas dari cahaya sesaat dari belati, mereka tahu bahwa ketiganya tiada lain adalah Sanqing. Kemudian dengan agak berhati-hati mereka memeriksa rupang tersebut. Yunfei memeriksa yang tengah, nona kecil memeriksa sebelah kiri bersama nona besar.
Yunfei masih menggunakan cara menggesek belati ke lantai, sekilas dia melihat di belakang patung terdapat beberapa tulisan. Sambil meraba-raba ke punggung rupang, dia membaca melalui rabaan tangannya, terdapat tulisan:
"Mencari ruang buka dan...."
Dia memberitahu kepada kedua nona tentang temuannya. Kedua nona juga meraba-raba untuk mencari huruf. Nona kecil meraba punggung rupang dan menemukan kata-kata:
"Dari pintu mati, sekarang sudah berhasil sampai"
"Ehh??" Ketiganya seketika mendapat petunjuk.
"Kuncinya di patung ketiga..." tutur Yunfei. Lantas kedua nona berjalan mendekati ke patung terakhir. Tetapi posisi mereka sekarang berada di belakang ketiga rupang. Posisi rupang memang membelakangi batu karang di samping.
Yunfei mencoba meraba punggung patung ketiga. Dia merasa ada beberapa aksara. Kemudian dia membacanya.
"Masuk ke dalam bawah tanah.."
"Ruang buka, ruang buka... " tutur nona besar. Ia segera keluarkan kompas yang diberikan oleh Wei tua. Kedua orang menggesek dinding untuk memercikkan cahaya untuk membaca arah kompas yang di bawa.
"Ketiga rupang Sanqing menghadap ke selatan. Jadi ruang buka harusnya berada di timur laut." Tutur nona besar.
"Baiklah, menggunakan cara tadi kita berjalan ke arah timur laut." Tutur Yunfei.
Kembali mereka bertiga menggunakan cara yang sama dan menemukan bahwa terdapat sebuah pintu batu yang terbuka sedikit.
"Sepertinya pintu mati tertutup, sekarang terbuka pintu yang ini. Inilah pintu "Buka"" tutur Yunfei.
Kedua nona besar dan kecil tertawa senang. Mereka berdua hendak maju, tetapi dihentikan oleh Yunfei.
"Kita mesti agak berhati-hati sejak ditulis masuk ke ruang bawah tanah..."
"Benar..." sahut nona berdua.
Ruang pintu "Buka" seperti sebuah lorong yang entah tembus kemana. Yunfei berniat memegang dinding di sebelah, tetapi lorong ini lebih lebar. Lantas dia berjongkok untuk memegang lantai. Ternyata lantai disini berupa pasir yang sedikit basah. Lantas dia bergerak ke dinding samping dan ditemukan bahwa dinding disamping lebih ke corak kayu. Jadi mau tidak mau, cara untuk menghidupkan percikan api dari belati sudah tidak bisa dilakukan.
Yunfei meminta nona kecil menggesekkan kedua belatinya, cara demikian mungkin dipikirnya bisa. Nona kecil segera melakukan, tetapi hasilnya percikannya terlalu lemah dan tidak sanggup untuk menerangi jalan gelap di depan. Malah setelah dilakukan puluhan kali gesekan, sepertinya kedua belati sudah tidak rata, telah rusak. Sambil uring-uringan, nona kecil merepet beberapa kali.
Salah satu caranya sekarang memang hanyalah berjalan perlahan. Yunfei kembali memusatkan energi untuk mendengarkan apakah ada sesuatu hal yang tidak lazim, tetapi semuanya masih hening senyap dan tiada suara apapun selain hembusan nafas mereka bertiga di lorong. Puluhan langkah sudah mereka lakukan dengan gerakan yang lambat. Tetapi di saat mereka hampir melakukan langkah ke 50. Tiba-tiba tanah di bawah kaki mereka longsor ke bawah. Dengan cepat, lorong bawah tanah yang tadi terbuka membuat mereka bertiga berseluncur ke bawah. Karena terlalu mendadak, ketiganya tidak sempat mempersiapkan diri.
Hasilnya mereka terjerembab ke bawah. Adalah nona besar memeluk nona kecil di posisi menimpa nona kecil. Sedangkan nona kecil yang ketakutan memeluk punggung Yunfei dan menimpa badannya lelaki. Semua kekuatan menimpa ke dada Yunfei di bawah. Lantas ketiganya berteriak kesakitan.
Nona kecil yang sadar dirinya memeluk Yunfei dari belakang segera menjauhkan dirinya sambil membaringkan diri ke samping bersama sang kakak.
Dan dengan demikian ketiganya sudah berbaring di lantai.
Yunfei dan ketiganya sesaat terkejut karena ruang bawah tanah ini tidaklah gelap. Mereka segera berdiri dan memandang ke depan, terdapat seseorang berdiri memakai baju zirah untuk berperang berwarna keemasan dengan tangan yang memegang sebuah pedang yang masih bersarung.
Ketiga orang heran seketika. Pemikiran mereka sama, kenapa disini terdapat seorang pendekar, eh seorang panglima?
Yunfei bertiga melihat di tengah gua di dalam bawah tanah ini tertata rapi. Mereka berjalan dan menemukan bahwa orang di tengah tidaklah bergerak sama sekali, bahkan suara apapun tidak terdengar.
Setelah mendekat beberapa puluh langkah, mereka baru tahu bahwa orang di tengah adalah hanya baju zirah saja tetapi diberdirikan dengan memegang sebuah pedang yang sekilas bersarung putih. Panjang pedang sekitar 3 kaki lebih termasuk gagang, sebuah pedang pendek.
Yunfei melihat bahwa baju zirah didirikan dan di bawahnya terdapat sebuah prasasti. Tulisan prasasti itu:
"Mendirikan Negara dengan sebilah pedang..."
"Sepertinya ini adalah pedang sakti.." tutur nona besar.
Yunfei berniat mengambil pedang untuk dilihat. Tetapi karena dia hanya mengikuti mereka, dia tidak boleh bertindak terlebih dahulu. Lantas dilihatnya dinding di belakang baju zirah. Terlihat tulisan "Hanya keluarga kami yang berhak"
Yunfei agak heran membacanya. Diliriknya di samping kiri dan kanan baju zirah. Terdapat 2 buah altar kecil yang memiliki penerangan dari lilin kecil.
Melihat ke sebelah kanan, dia berjalan kesana diikuti kedua nona. Di bawah altar terdapat sebuah karang tajam di samping lilin. Dia berjalan ke arah batu karang tajam ini. Di bawah batu tajam terdapat sebuah wadah kecil seperti mangkok yang terbuat dari batu, tetapi memiliki lubang di dasarnya, batu rata di sampingnya tertulis:
"Tusukkan jari anda wahai pemberani, dan teteskan di mangkok dan lihat apakah anda yang beruntung..."
Nona kecil hendak menusukkan jarinya di batu tajam itu, tetapi dihentikan oleh Yunfei.
"Ada baiknya menggunakan pisau belati saja, kita tidak tahu apakah ini beracun atau tidak..."
Nona kecil menganggukkan kepala. Tetapi nona besar tidak setuju, lantas dia keluarkan sebatang jarum yang biasa dipakai kaum wanita untuk menjahit.
Yunfei tersenyum mendengar kata-kata nona besar yang waspada, dia berkata.
"Betul... Bisa jadi karena gesekan di dinding dan lantai tadi, apakah memang belati sekarang beracun atau tidak, kita tidak tahu..."
Nona kecil yang mengambil jarum,segera menusuk ujung jari dan meneteskan beberapa tetes darah di mangkok, tetapi ditunggu beberapa saat ternyata tiada sesuatu yang terjadi.
Yunfei yang melihat ke arah lain di samping baju zirah, dia menemukan sebuah tempat yang sama seperti yang di depan mereka.
"Disana juga ada, boleh juga di coba.." tunjuknya.
Berjalan ke arah samping yang lain, memang terdapat sebuah altar yang sama, batu karang yang sama dan tulisan yang persis.
Nona kecil melakukan hal yang sama kembali, menusuk jarum ke ujung jari sekali lagi dan meneteskan beberapa tetes darah. Tetapi setelah ditunggu sekian lama, tidak terjadi sesuatu apapun.
"Biar kucoba..." tutur nona besar. Setelah melakukan hal yang sama di kedua altar, alhasil juga nihil. Tidak ada sesuatu perubahan pun.
Kedua nona ini memandang ke Yunfei, maksud mereka jelas. Meminta dia melakukan hal yang sama, sambil tersenyum getir, Yunfei juga mencoba. Dia menusuk 3 jarinya kemudian meneteskan darah di mangkok pertama, kemudian segera bergerak ke samping, meneteskan darah kembali di mangkok kedua.
Menunggu beberapa saat, tiba-tiba di ruangan ini terjadi perubahan. Ketiganya bersahutan terkejut hampir berbarengan. Nona kecil menunjuk ke tengah dengan nada yang agak ketakutan dan gemetar,
"Itu orang.. Bergerak.."
Baju zirah berwarna emas itu, tiba-tiba bergerak. Kedua tangannya yang menahan pedang, tiba-tiba terangkat sedikit, Pedang yang tadi terlihat menopang dirinya itu sekarang sudah berdiri sendiri.
"Sepertinya pedang ini memang milik keluarga saudara..." tutur nona besar sambil tersenyum.
Yunfei merasa heran disebabkan bahwa selama ini dia tidak pernah mengetahui asal usul dirinya. Melihat darahnya ternyata bermanfaat, dia berjalan mendekati pedang tersebut. Dia jongkok dan mengangkat pedang. Gagang pedang berwarna putih dengan sarung berwarna juga berwarna putih. Setelah mengangkat pedang, segera dia terkejut.
"Pedang ini... Ringan...." Tutur Yunfei.
Kakak beradik juga merasa heran. Jika memang pedang ini adalah sebuah pusaka, jelas pedang ini pasti setidaknya kuat atau tajam melebihi segala jenis senjata di dunia. Sekarang pedang ini terasa sangat ringan, tentu bukanlah pedang sakti dan bagus. Tetapi karena penasaran, mereka meminta Yunfei untuk membukanya dari sarung pedang.
Begitu sarung pedang terbuka, Xue Yunfei melihat warna pedang abu keperakan seperti halnya pedang biasa, di dekat gagang tertulis tulisan merah:
"Membasmi Iblis."
Lantas dia membalik pedang, juga tertulis tulisan Kuning:
"Mendukung Surga"
"Mendukung surga, membasmi Iblis.." tutur Yunfei.
Lantas dia melihat ke bawah lantai tempat pedang tersebut berupa sebuah tempat tadinya berdiri pedang. Kali ini dia tusukkan tanpa sarung ke lubang kecil yang pas. Begitu 1/4 pedang di masukkan, lantas terjadi sesuatu perubahan.
Tiba-tiba cahaya merah menyala menerangi sekitaran. Dinding di sebelah barat yang gelap karena tidak tersentuh lilin, terlihat sinar berwarna merah terang, terlihat disana terdapat banyak aksara dan gambar-gambar. Begitu juga di dinding sebelah timur, terdapat banyak aksara juga disertai gambar-gambar, tetapi disini adalah sinar berwarna hijau.
Ketiganya takjub melihat perubahan situasi yang secara tiba-tiba ini.
Yunfei melihat ke dinding sebelah timur, yang lebih dekat, memiliki sinar berwarna hijau. Tertulis tulisan:
"Melangkah dengan sempurna adalah awal dari menjelajahi dunia persilatan..."
Yunfei dan kedua nona membaca tulisan di dinding. Nona kecil terlihat sangat tertarik. Dia membaca beberapa menit. Kemudian berkata:
"Sejak berada di gunung, Ilmu meringankan tubuhku sudah berkembang sangat banyak. Tetapi langkah ini, jauh lebih ajaib...."
Sekali dilihat, langsung dipraktekkan. Dia melayang sekejap dan berlari di dinding yang penuh tulisan itu. Bergerak sangat cepat dan hampir-hampir baik Yunfei dan Nona besar tidak sanggup mengikuti pergerakan nona kecil. Yunfei dan nona besar tersenyum bergembira melihat kelakuan nona kecil. Hanya sekejap, dia sudah memutar 20 putaran dan turun.
Setelah nona kecil mendarat, baik Yunfei dan sang kakak merasa agak heran. Sebab sepertinya dari badan nona kecil terlihat bersinar hijau yang perlahan-lahan mulai sirep memasukin ke tubuhnya. Nona kecil mengambil posisi meditasi untuk mengingat kembali setiap langkah yang baru saja dipelajarinya.
Melihat terjadi perubahan akan ilmu langkah tadi, Yunfei dan nona besar memuji kehebatan langkah tersebut. Setelah itu mereka membaca beberapa teori dan langkah yang dipraktekkan nona kecil tadi. Tetapi baik Yunfei dan nona besar, setelah membaca dan melihat bayangan hijau orang yang berlatih langkah, sungguh tidak begitu mengerti. Nona besar kemudian berjalan untuk mengikuti irama adiknya tadi. Tetapi hanya 10 langkah kakinya berjalan di tembok, dia tidak sanggup bertahan, dan alhasil hampir jatuh terjengkang. Namun nona besar berhasil mendarat dengan baik.
Yunfei lantas berkata,
"Sepertinya aku juga bakalan seperti nona besar..."
Nona kecil bangkit, kemudian berseri-seri telah menemukan Ilmu langkah yang ajaib dan sakti ini. Dia hapalkan beberapa lafalan yang nampak di dinding tersebut untuk diingat-ingat kembali.
Sedangkan Yunfei dan nona besar berjalan ke dinding seberang. Membaca apa yang tertulis di dinding seberang, keduanya tanpa berjanji lantas bersahutan.
"Ilmu pedang yang tanpa tanding. Melafal 3000 kata-kata dan meresapinya. Waktu tidak cukup karena begitu matahari terbit, segala-galanya sudah hilang..."
Nona kecil berjalan ke arah mereka lalu dia berkata.
"Masing-masing kita melafalkan 1000 kata-kata itu, kemudian setelah keluar dari sini, barulah kita satukan kembali."
Yunfei dan nona besar akur karena mereka tidak yakin sebelum matahari terbit, mereka sanggup melafalkan kesemuanya.
"Utara adalah Dingin, Selatan tentu panas. Timur adalah lautan, Barat adalah Pegunungan. Energi bergerak tiada henti, satu berkumpul yang lain menyebar, dengan berangsur dan berganti, tiada putus saling menyambung. Tidak kuat, tidak lemah, tidak cepat, tidak lambat, tepat adalah kunci segalanya. Cepat tapi tidak tepat tidak berguna seperti halnya lambat tepat juga tidak berfungsi. " begitulah beberapa kata-kata awal yang segera dihapalkan Yunfei.
Nona kecil yang sedari tadi menghapal langkah, sudah berada di samping mereka. Berpikir bahwa karena rapalan panjang, maka kedua nona masing-masing membagi tugas melafal bagian tengah dan 1/3 akhir.
Tetapi tidak lama kemudian sesuatu terjadi...
Nona besar dan kecil yang melafal dari tengah dan tengah belakang, merasa ada yang tidak beres dengan tenaga dalam milik mereka. Segera merasa kacau, keduanya lantas duduk bersila.
Sepertinya hapalan ini memang sangat ajaib, dan bagi yang melafal di tengah, bukan saja mendapat manfaat malah bisa mendatangkan bahaya. Yunfei terlalu tenggelam menghapal lafalan-lafalan tersebut. Sampai-sampai ketika kedua nona ini bermeditasi untuk menenangkan jalur tenaga yang kacau pun tidak disadarinya. Yunfei terlahir dengan kemampuan melafal yang sangat hebat.
Pada saat dirinya masih berlatih di Tianmen shan, dirinya sangat kuat meresap semua teori-teori silat. 365 gerakan tinju milik gurunya terdiri dari puluhan ribu teori, meski dia baru sampai ke tahap 350 gerakan, tetapi setidaknya puluhan ribu teori perubahan sudah dihapal luar kepala selama rentang sekitar 30 tahun.
Jika hendak dikatakan susah untuk melafal tulisan di dinding, juga tidak. Hanya saja karena ketika matahari terbit, semua kata-kata akan sirna "memaksa" dia segera menghapal segalanya dengan cepat.
Begitu sampai di bagian 2/3, dia terkejut melihat kedua nona sudah dalam kondisi meditasi. Dia bertanya kepada kedua nona.
"Kalian, ada apa yang terjadi?"
Nona besar menjawab dengan perlahan.
"Kalimat-kalimat di dinding tidak boleh dibaca dari 1/2, sekarang tenaga dalam kami kacau balau."
Yunfei segera hendak menyalurkan energy kepada keduanya, tetapi ditolak oleh nona besar.
"Kamu secepatnya hapal saja, berapa dapatnya pun tidak masalah. Jika tidak, semuanya sia-sia."
Yunfei mengiyakan.
Selama 30 menit kemudian dia sudah menghapal semua 3000 kata yang tertulis di dinding. Dia berniat mengulangi setiap kata-kata hapalan. Dia sebut 15 kalimat, lantas melihat ke dinding. 14 kalimat yang dia sebut betul, tetapi kalimat terakhir salah. Dipikirnya untuk menulis tulisan di dinding, tetapi dia tidak membawa peralatan tulis.
Yunfei berpikir ini ilmu pedang selain aneh, susah di hapal.
Yunfei tidak pernah tahu bahwa, dia terlampau menggunakan pikiran dan mendesak pikirannya sendiri sehingga lafalan di dinding kurang cocok untuk dilafalkan dengan cara yang terdesak. Lantas dirinya melihat di samping lafalan, terdapat ukiran cahaya merah 36 orang yang bermain pedang. Karena hendak meniru gerakan tersebut, dia mengangkat pedang ringan di sana. Lantas meniru semua gerakan sesuai dengan yang digambar.
Yunfei bukanlah seorang pesilat untuk senjata. Di Tianmen, dia mempelajari tinju, sedangkan senjata dia malah tidak jago memainkannya. Teringat adik ketiganya Qin Shubao adalah jago pedang, sedangkan adik keempatnya memiliki senjata Gada 7 tingkat berpetak yang keduanya sering berlatih senjata. Seberapa kuatnya mereka memainkan senjata, Yunfei juga tidak begitu paham. Tetapi sang guru menyatakan bahwa kemampuan senjata keduanya sudah mantap, oleh karena itu dia percaya Qin Shubao adalah ahli pedang.
Sekarang dia menyadari kata-kata gurunya bahwa memang dia lebih banyak menguasi silat dengan tinju, tetapi ketika di hadapkan kepada senjata, dia terlambat sangat jauh dibanding kedua adik seperguruannya. Memang dia memiliki dasar ilmu tombak, tetapi hanya melulu beberapa ratus gerakan yang untuk perlindungan diri dan menyerang seadanya.
Tetapi karena pikirannya rada buntu menghapal lantas Yunfei mengangkat pedang, dia memainkan gaya 36 orang sesuai petunjuk di dinding "bercahaya" itu. Setidaknya jika teori masih terbengkai, ada baiknya belajar praktek dahulu. Setelah menyelesaikan semua gaya 36 orang itu dalam jangka waktu 1/2 jam. Dia sudah berhasil melafalnya, tetapi bagaimana dipraktisi nanti, dia belum begitu peduli.
Kemudian, dia membaca kembali teori-teori di dinding dengan santai dan tidak keburu waktu. Sebab kali ini menurutnya, jika praktek ilmu pedang sudah didapatkan, teori menyusul juga tiada mengapa. Kali ini dia menghapal pelan-pelan saja. Sampai 2 jam baru siap semua kata-kata yang dihapal.
Kali ini dia mengulangi setiap lafalan sampai kata ke 3000. Dan ternyata kesemuanya sudah benar. Dari awal lafalan sampai selesai, dia memakan waktu hampir 5 jam. Sesaat dia merasa puas.. Sekarang, dia melihat bahwa kedua nona ini memang masih mengumpulkan energy terus-menerus. Lantas, tangan kanannya dia letakkan ke punggung nona kecil, sekali mengumpulkan energy, tenaga dalam Beiji shengong langsung masuk ke tubuh nona kecil.
Bukan tanpa alasan Yunfei membantu nona kecil terlebih dahulu, karena dia tahu bahwa energy tenaga dalam nona besar lebih tinggi beberapa tingkat daripada nona kecil, otomatis yang lebih kesusahan tentu nona kecil.
Selang 30 menit, Yunfei merasa pergerakan nadi nona kecil sudah membaik. Lantas dia berpindah ke nona besar, sekali menarik nafas panjang, kembali dia tempelkan telapak tangannya ke nona besar. Energi dalam yang kuat dari Beiji Shengong segera melancarkan semua nadi nya yang sempat kacau tadi.
Hanya sekejap saja, dirasakan bahwa energi nona besar sudah terkumpul dengan baik. Lantas dia berdiri bersamaan dengan nona besar.
Bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar