Pages

Jumat, 19 Maret 2021

Novel Riakan Awan Iblis Pedang Bab 4

 

Bab IV - Desa Gunung Kepala Naga


Mereka berempat lantas hendak menuju ke desa Wang, tetapi Yunfei berkata.

"Desa Wang sekarang berbeda dengan tadinya. Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan. Desa Wang seperti menjadi desa mati."

"Eh??"

Mereka serempak terkejut mendengar perkataan Yunfei.

Wei tua berkata.

"Jika begitu, segera kita berangkat ke gunung keabadian. Sebentar lagi terbit matahari, lebih baik siang kita beristirahat dahulu seharian. Sepertinya kita semua memang terlalu lelah sudah setelah pertarungan melelahkan semalaman."

Mereka mengiyakan. Sedangkan Yunfei, hanya diam. Dia bahkan tidak berani melirik ke keempat orang di depannya, terlebih ke dua wanita di depannya. Ia berpikir dirinya cukup sial, pertama kali menjelajah dunia persilatan tanpa di temani kedua adik, lantas menemui banyak masalah seperti hari ini. Dia hanya terlihat menghela nafas beberapa kali.

Wei tua membawa jalan untuk menuju ke arah timur.
"Untuk barang perlengkapan kita nantinya akan kita beli kembali yang tertinggal tadi di desa Wang." Tutur Wei tua yang berpikir lebih baik tidak kembali ke desa Wang sebab entah masih ada bahaya atau tidak mengingat orang dari istana sudah diperintahkan untuk menangkap mereka.

Jarak antara desa Wang ke gunung keabadian tidak benar-benar dekat. Mungkin perjalanan memakan waktu 10 hari paling cepat dengan menggunakan kuda.

"Kita berjalan beberapa puluh li ke timur nantinya akan ketemu desa Shancha. Disana, kita akan beristirahat dahulu untuk memulihkan tenaga kembali." Tutur Wei tua.

Yunfei hendak bertanya namun merasa segan. Akhirnya dia memberanikan diri bertanya ke Wei muda. Dikarenakan melihat sikap Wei muda lebih baik terhadapnya setelah kejadian tadi dan juga tidak terlihat memusuhinya.

"Kakak Wei...

Gunung keabadian sebenarnya gunung apakah?"

Wei muda tersenyum karena mengetahui maksud hati Yunfei, dia menjawab.

"Gunung sepanjang masa adalah gunung Sanqing shan. Tentunya kamu tahu siapa Sanqing yang dimaksud?"

Yunfei tentu mengetahui bahwa Sanqing adalah 3 dewa tertinggi Taoisme yaitu Yuanshi Tianjun, Lingbao Tianjun dan Daode Tianjun. Mengenai gunung Sanqing memang terdapat di kitab suci yang sering di bacanya di Tianmen Shan. Seketika dirinya bergembira karena bagaimanapun pelajaran Yunfei di Tianmen adalah mengenai Taoisme. Dia merasa seakan pulang ke "rumah". Teringat di Tianmen untuk aulanya memang memiliki 3 rupang dewa tertinggi Taoisme sebab memang gurunya adalah seorang dewa Taoisme di dunia, melaksanakan tugas yang akhirnya akan membawanya ke dunia keabadian, surga sejati.

Suasana hati Yunfei seketika membaik teringat masa-masa pelatihan dirinya di Tianmen.

Wei muda bertanya ke Yunfei,

"Adik Yunfei, dilihat dari kemampuanmu. Ilmu tenaga dalammu bersifat penyembuhan. Jika tidak salah, namanya adalah Beiji Shengong?"

Karena Wei muda sudah sanggup menebak kemampuan ilmu tenaga dalamnya, dia merasa tidak ada gunanya lagi menyembunyikan. Kemarin sebelum turun gunung, sang guru mengatakan kepada mereka untuk tidak pernah memberitahu nama sang guru, tetapi tidak ada kata-kata menyembunyikan asal ilmu silat mereka dari mana dan nama ilmu silat tersebut.

Yunfei menjawab.
"Benar sekali kakak Wei.. Energy dalam tubuhku benar Beiji Shengong.."

Seketika mereka berempat takjub. Wei muda bertanya kembali.
"Menurut penuturan bahwa Beiji Shengong perlu dipelajari puluhan tahun lamanya. Mengapa saudara masih muda begitu, tetapi sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi?" Tanya Wei muda dengan agak heran.

Yunfei menjawab dengan jujur.
"Sebenarnya, aku berada di Gunung tertutup selama 3 tahun lamanya.. Beiji Shengong yang kupelajari hanya sampai tingkat ketujuh, totalnya ada 9 tingkatan."

Keempat orang di depannya terkejut mendengar penuturan Yunfei. Terlebih-lebih lagi nona besar yang langsung terpikir kejadian semalam. Jika dia berada di sana selama 3 tahun, otomatis pemuda di depannya ini bukanlah anak remaja yang beranjak dewasa. Tetapi sudah berumur sekitar 38 tahun. Seketika dia merasa sangat malu dan tidak berani memandang si pemuda.

Mereka melirik kembali Yunfei, memang masuk akal sebab saat mabuk kata-kata dan racun 7 bunga, Nona besar juga berkata jujur kepadanya bahwa dia dan adik perempuannya juga pernah berada di gunung ruang waktu selama beberapa tahun.

"Beiji Shengong adalah ilmu tingkat tinggi, sesusah Nanji Shengong pelatihannya, perlu latihan yang mendalam dan tidak semua orang bisa memahaminya...
Tidak heran saudara ini baru sampai tingkatan ketujuh, meski pelatihan setidaknya 20an sampai 30 tahun. Mengenai Beiji Shengong yang telah muncul kembali di dunia persilatan, ini merupakan salah satu keajaiban." Tutur Wei tua, wajahnya cerah melihat ke arah Yunfei. Wei tua melihatnya dengan penuh persahabatan.

"Beiji apanya? Melawan Nanji harusnya Beiji itu tidak ada apa-apanya." Sahut si nona kecil seakan meremehkan Yunfei.

Yunfei hanya tersenyum getir mendengar penuturan nona kecil. Selanjutnya, dia berkata,
"Nanji Shengong memang pernah aku dengar ketika pertama latihan Beiji Shengong. Hanya saja apakah ada yang sanggup melapalkannya, aku tidak pernah tahu."

Nona kecil tertawa mendengar penuturan Yunfei lantas dia berkata,
"Kakak ketigaku, adalah ahli waris Nanji Shengong. Dia bahkan berhasil berlatih hingga tingkatan tertinggi."

Yunfei terkejut mendengar penuturan si nona kecil, wajahnya seakan tidak percaya melihat penuturan si nona. Dahulu ketika sang guru mengatakan kepada mereka bertiga bahwa Nanji Shengong sifatnya ganas, menyerang dan sangat kuat. Untuk orang yang menguasainya harusnya orang yang bijaksana. Jika tidak, maka dunia ini akan sangat kacau, pembunuhan dan pembataian besar-besaran akan terjadi sebab pengendalian diri dari pelatihan Nanji Shengong juga teramat susah. Mengenai kedua jenis ilmu tenaga dalam sakti tersebut, memang keduanya bersifat terbalik seperti halnya kutub utara dan selatan. Yang satu sifatnya bertahan, menyembuhkan. Satu lagi sifatnya menyerang dan menghancurkan.

Mendengar penuturan nona kecil, Yunfei terpikir kembali akan keadaan awal-awal dirinya latihan di gunung Tianmen. Tetapi ketika dirinya hendak berpikir masa sebelum dirinya sampai di Tianmen, sejenak ingatannya hilang dan tidak teringat apa-apa lagi.

Wei tua bersuara dan bertanya ke Yunfei,
"Apakah hanya dirimu sendiri saja yang berlatih di Tianmen beberap waktu lalu?"

Yunfei menjawab dan menjelaskan saat dirinya di atas gunung, dia mengatakan dia memiliki dua adik seperguruan dan namanya : Qin Shubao dan Yuchi Gong.

Kedua nama ini juga belum pernah di dengar mereka berempat. Tetapi ketika mendengar bahwa mereka berniat bergabung dengan pasukan untuk mendamaikan dunia, keempatnya terlihat senang.

"Kakak pertamamu bermarga Chai, nama Shao?" Tanya Wei tua lagi.

Mendengar nama Chai Shao. Yunfei tersenyum.

"Benar sekali Kakak Wei... Dialah kakak pertama seperguruan yang belum pernah kujumpai. Guru berpesan untuk mencarinya di daerah utara."

Wei tua tersenyum, lantas berkata.
"Setelah selesai tugas kita di Sanqing Shan, kamu akan kami bawa untuk temui dia."

Yunfei tersenyum senang dan berpikir bahwa pengaturan gurunya sangat pas dan tepat. Sebenarnya pada awalnya, dia khawatir bagaimana mencari kedua adik seperguruannya serta sang kakak. Tetapi Wei tua berjanji kepadanya untuk mencari kakak pertamanya, Yunfei seketika lega dan berbahagia karena setidaknya dalam beberapa bulan ini, mereka berempat saudara seperguruan akan berkumpul kembali.

Namun, Xue Yunfei tidak pernah menyangka bahwa dirinya tidak akan sanggup menemui kakak pertamanya atau kedua adiknya dalam beberapa bulan ke depan.

Perjalanan beberapa jam membawa mereka sampai di desa Shancha.
Sebuah desa yang terlihat agak tenteram dan tidak seramai desa keluarga Wang.

Segera mereka berlima mencari penginapan terdekat, selesai makan kemudian mereka beristirahat.
Paginya, mereka berlima berjalan untuk mencari kuda. Di desa Sancha kebetulan ada penjual kuda, lantas Wei muda membeli lima ekor untuk perjalanan menuju ke timur.

Yunfei baru pertama kalinya menunggang kuda, melihat cara menunggang kuda mereka semua, dia mempraktekkan hal yang sama.
Ternyata kuda yang dia naiki cukup jinak, Selang beberapa jam, mereka berkuda dan akhirnya mengistirahatkan kuda serta mengambil makanan kering.

Yunfei melihat ke arah nona besar dan berpas-pasan si nona besar juga melihatnya. Baik Yunfei atau nona besar ini masih malu-malu dan belum bertutur kata sepatah katapun. Yunfei ingin memulai percakapan, tetapi dia tidak tahu harus memulai dari mana, demikian juga si nona besar yang merasakan hal yang sama dengannya.

Perjalanan seharian penuh ini terakhir berhenti di sebuah kota bernama Changde.
Kota Changde terletak 500 li sebelah barat laut dari Changsha, sebuah kota besar sejak zaman dinasti Han. Yunfei pertama kali melihat kota yang ramai meski keadaan sudah agak malam. Hiasan lampu di depan rumah membuatnya kagum.

Masih banyak toko-toko yang buka dari toko makanan, hotel, sampai rumah tabu juga lengkap disana. Pandangan Yunfei yang celigukan ke arah banyak perempuan penggoda di samping rumah itu membuat kedua Wei tersenyum. Tetapi nona kecil lantas dengan nada galak meneriakinya.

"Kamu buat malu kami saja, lihatlah orang-orang melihatmu dengan pandangan begitu."

Yunfei melihat sekitaran mereka, memang semuanya memandang ke arah mereka karena sifat Yunfei yang hendak tahu segalanya. Mengenai hotel, rumah makan, warung-warung sekitar memang biasanya sudah dia tahu seperti bagaimana. Tetapi memang pada saat nona kecil meneriakinya, pandangannya memang sedang mengarah ke rumah bordil. Dimana dilihatnya banyak-banyak gadis di depan menarik pelanggan dengan suara centil dan manja.

Untuk kedua Wei memang tidak bermasalah karena mereka tergolong kaum lelaki, hanya saja nona besar dan nona kecil tentu tidak senang Yunfei celigukan hendak melihat-lihat keadaan di dalam. Semua orang orang di sana baik lelaki atau perempuan tentu tahu bahwa pemuda berumur 10 tahun ini sepertinya hendak tahu dan masuk ke dalam. Beberapa bahkan tertawa menggosipin pemuda yang kecil sudah hendak ke rumah bordir.

Lantaran nona besar tidak berani berbicara dengannya, maka nona kecil kemudiannya memarahinya.

Yunfei yang kurang begitu mengerti menanyai Wei muda.

"Sebenarnya tempat apakah itu?"

Wei muda, merasa enggan menjawab. Tetapi tidak lama kemudian dia berkata.

"Itu tempat lelaki cari wanita penggoda untuk bermain asmara."

Yunfei terkejut, lantas tidak berani memandang ke arah rumah tadi, sekerang dia merasa tidak aneh dimarahi oleh nona kecil. Dirinya sekarang hanya berjalan sambil menunduk tidak seperti tadi lagi celigukan.

Nona kecil yang melihat ekspresi Yunfei, tertawa senang.

Sesaat kemudian, mereka mencari hotel untuk menginap. Sebuah hotel yang besar, memiliki 2 lantai di dalam kompleks, di belakang masih terdapat taman yang cukup luas. Yunfei mendapat kamar tersendiri di lantai dasar. Sedangkan kedua nona, serta Wei muda dan tua menginap di lantai 2. Dia membesihkan dirinya terlebih dahulu, dan istirahat beberapa saat.

Tengah malamnya, Yunfei belum bisa tidur. Dia berjalan ke depan hotel yang memang adalah "lobby" dari hotel yang merupakan restoran kecil.

Sesaat dia hendak mengambil daharan, dia melihat nona besar sedang duduk sendiri. Dia merasa tidak enak untuk balik, tetapi jika ada nona besar di sana, mau tidak mau dia memilih tempat duduk di pojokan. Sengaja dia mengambil posisi membelakangi nona besar karena sifat canggungnya terhadap si nona dan si nona juga demikian.

Setelah duduk dan meneguk 2 cangkir arak. Dia melihat nona besar sudah berdiri di sampingnya.

Malam ini penginapan agak sepi. Jadi selain penjaga penginapan yang standby disana, tiada orang lain. Dengan basa basi, Yunfei bertanya:
"Nona besar... Belum mengantukkah? Silakan duduk.."

Nona besar mengambil tempat duduk di depannya. Mengisi cangkirnya dengan arak, lantas meneguknya sekali.

"Mohon maaf nona besar.. Aku......."

Nona besar melirki ke dirinya tanpa berkata apa-apa, masih meneguk beberapa cangkir arak ringan. Barulah dia berkata.

"Sebenarnya untuk malam kemarin, itu diriku sepenuhnya sadar..." Tutur nona ini tetapi kemudiannya wajahnya memerah dan tidak berani melihat pemuda.

Yunfei terkejut.

Jawaban atas teka-teki hatinya lantas terjawab sudah, dia dengan malu mengatakan.
"Adalah salah diriku memancing nona di saat nona mabuk. Sepenuhnya salahku. Akan kubalas semua hal yang tidak baik yang kulakukan terhadap nona. Aku berjanji..."

Nona ini melihat cangkir di tangannya beberapa lama tidak menjawab.

"Jika saja nona ada cara untuk menghukumku, diriku rela melakukannya..." tutur Yunfei kembali dengan menunduk dan tidak berani memandang sekejap pun ke nona besar.

"Kamu bukannya sudah membantuku. Racun itu.... Harusnya kami juga tahu cara menetralisirnya, tetapi semuanya harus di bayarkan dengan kesucian diriku. Kamu sudah merupakan penolongku. Beruntung hari itu, diriku menjumpaimu. Jika saja terhadap orang lain, mungkin saja... Akhh... Sudahlah..." tutur si nona sambil menghela nafas takut membayangkan kejadian jika itu adalah pria lain.

Yunfei terkejut mendengar kata-kata nona besar, dilihatnya mata si nona. Nona ini memandanginya dengan tersenyum lega.

"Tetapi aku....

Mereka tidak sepaham dengan dirimu nona. Mereka berpikir bahwa..."

"Cukup..." tutur nona besar sambil meneguk sekali lagi minuman di cangkirnya.

Yunfei tidak berkata apa-apa lagi. Dia sendiri merasa malu karena bagaimanapun meski dirinya bertindak tidak sopan terhadapnya, tetapi tindakan ini sudah benar.

"Mengenai adik kecilku. Dulu sifatnya tidaklah begitu...."

"Eh??" Yunfei terhenyak.

"Sifat dalam dirinya karena sesuatu hal.

Maka daripada itu, sebenarnya untuk ke gunung Sanqing, kami hendak membantunya. Bagaimana kejadian tempo dulu, tidak akan kuceritakan malam ini..." kemudian dia meneguk kembali cangkir yang sudah mungkin ke 20.

"Kenapa dengan nona kecil?" Tanya Yunfei ke nona ini.

Tetapi nona tertawa mendengar pertanyaannya, dia menyatakan.

"Karena pengaruh racun kemarin, makanya aku bisa berterus terang. Tetapi dengan minuman arak yang sebegini, 1000 cangkir pun tidak akan mendesak kata-kata ku keluar..."

Yunfei merasa malu karena pertanyaan dia yang terakhir ini. Lantas dia tersenyum, mengangkat cangkir dan minum beberapa cangkir arak.

Tiba-tiba, keduanya terkejut ketika mendengar teriakan seorang wanita.

"Kakak??? Apa yang kau lakukan disini?"

Nona kecil dari atas tangga berjalan turun, melihat dengan ekspresi agak terkejut ke mereka berdua. Nona kecil menghampiri mereka berdua lantas berkata.

"Meski tubuhmu masih berumur 10 tahun, aku tahu bahwa kamu sudah berumur hampir 40tahun. Tujuanmu malam ini apalagi? Hendak mengambil hati kakakku? Kuberitahu kepadamu, kakakku adalah puteri, seorang puteri tidak akan mungkin menyukaimu... Lagipula dia adalah...."

"Adik!!!" teriak nona besar.

Sang adik lantas diam dan tidak berkata apa-apa. Dia menarik tangan kakaknya untuk segera ke atas. Sang kakak yang ditarik tangannya hanya diam saja tetapi dia melihat ke belakang. Yunfei hanya melihatnya dengan ekspresi agak terbengong. Tetapi nona besar malah melihatnya dengan sebuah senyuman kecil.

Pagi harinya,

Mereka berangkat menuju ke arah timur.

Perjalanan kali ini aman dan tenteram tiada gangguan apa-apa.

Dan Yunfei dengan nona besar pun sedikit banyak berkomunikasi, Es di dalam hati masing-masing terlihat sudah mencair. Kecuali nona kecil, Yunfei terus berbicara dengan Wei tua dan muda, serta nona besar. Dampratan beberapa kali masih terdengar dia dari nona kecil, tetapi Yunfei tidak berniat membalas kata-kata dengan nona kecil.

Nona kecil memiliki pembawaan dan emosi yang tidak begitu baik, tetapi Yunfei tidak mengambil peduli hal-hal kecil, dia menikmati perjalanan tanpa hatinya terganggu.

Selang 10 hari kemudian, mereka sudah sampai di bawah gunung Sanqing.

Yunfei melihat ke atas gunung. Gunung sanqing agak aneh dan tidak seperti gunung biasa. Disebabkan rentetan gunungnya menyerupai burung merak.

Pertama kalinya Yunfei melihat adanya gunung yang berbentuk agak aneh ini.

Wei tua berkata,

"Gunung ini sangat jarang di datangi oleh orang-orang. Karena, sedikit banyak terdapat bahaya."

Nona kecil menanyai Wei tua,

"Bahaya apa?"

"Meski pegunungan ini asri, tetapi hutan di bawahnya terdapat banyak binatang buas. Terutama adalah binatang melata. Kita tidak bisa langsung menuju ke gunung tetapi harus melalui desa terakhir yaitu Desa Longtoushan. Desa Longtoushan atau disebut Desa Gunung kepala naga."

Yunfei bertanya kenapa diberi nama Longtoushan? Sedangkan jika melihat, malah seperti burung merak.

Wei tua tertawa, dia berkata.

"Untuk orang awam, mereka melihat kepala naga. Tetapi untuk yang pelatihannnya tinggi, ini bukanlah kepala naga. Lebih tepatnya ke kepala merak."

Semuanya tersenyum mendengar kata-kata Wei tua.

Lantas kesemuanya bergerak ke desa tersebut.

Desa Longtoushan terlihat sangat ramai hari ini. Bukan seperti pemandangan biasa. Wei tua yang pernah berkunjung ke desa ini, merasa agak aneh.

"Ini.. Tidak biasa..."

Yunfei melihat ke keramaian di mana-mana. Yang disini adalah semua kaum persilatan. Ramai mungkin ada ratusan orang mendesak di desa tersebut. Lantas dia mengatakan,

"Ada baiknya kita cari tempat yang agak sepi saja untuk mengaso.."

Mereka semua mengiyakan.

"Sepertinya malam ini, kita berpencar untuk mencari info. Sebenarnya apa yang sedang terjadi, kita juga tidak tahu..." kata Wei tua.

"Sepertinya ada terjadi sesuatu kehebohan yang membuat banyak pesilat kemari." Tutur nona kecil.

Sedangkan nona besar berbinar wajahnya, matanya terlihat senang.

"Jika saja kaum persilatan, bisa membantu kita menjayakan pasukan ayah, sungguh sangat bagus..."

Yunfei terkagum mendengar perkataan nona besar. Dia melihat si nona ini memiliki hobby yang tergolong sangat langka dan bagus. Ingin bercita-cita mendirikan Negara yang lebih baik.

"Kita berpencar, mendengar apa sebabnya yang sedang terjadi." Tutur Wei Tua kepada mereka. Tetapi nona kecil menghentikan Wei Tua.

"Sebaiknya yang memiliki ilmu ringan tubuh paling baik saja yang ikut mendengar." Tuturnya sambil tersenyum.

Wei tua setuju, lantas dia membagi orang.

"Nona besar pasti hendak mengumpulkan kaum pesilat. Jadi kita berdua yang bermarga Wei menemani nona besar. Sedangkan nona kecil..."

"Oh, tidak bisa..." tutur nona kecil sambil melirik sekilas ke Yunfei.

"Sudahlah nona kecil. Dilihat dari ilmu ringan tubuh memang kalian berdua paling tinggi. Lupakan dendam semalam, bagaimanapun sebaiknya kalian berdua paling baik untuk mendengarkan sesuatu. Sedangkan kita bersama nona besar saja.." tutur Wei tua.

Pembagian demikian bukan tanpa sebab.

Wei tua sangat tahu bahwa diantara mereka berlima, Dia menjelaskan bahwa Ilmu ringan tubuh nona kecil memang terbaik. Benar Qinggong Yunfei masih di bawahnya. Hanya jika dibandingkan mereka bertiga, Wei Muda, Nona besar dan Dirinya. Mereka menganggap kemampuan ilmu silat mereka masih di bawah Yunfei dan Qinggong berada di bawah nona kecil.

Nona kecil sambil uring-uringan mengiyakan. Pembagian demikian terlihat dia sangatlah tidak menyukai Yunfei.

Setelah menambatkan kuda diluar desa. Nona kecil memerintah ke Yunfei,

"Kejar aku jika kamu sanggup."

Begitu selesai bicara, langkahnya dikasi bekerja.

Belum Yunfei hendak mengejar, dia melihat nona sudah 10 langkah di depan.

Yunfei memiliki darah muda, dia merasa masak mengejar 1 nona kecil berumur 8-tahunan saja dia tidak sanggup?

Lantas dengan tarikan nafas penuh, dia juga beranjak.

Kedua bergerak pesat seperti tembakan panah melesat dari busur, dan hanya beberapa belas langkah, keduanya telah "hilang" di telan kegelapan malam.

"Langkah adik memang yang terbaik di dunia.." Nona besar melihat ke kegelapan sambil tersenyum.

"Tetapi langkah pemuda itu juga tidak kalah cepat. Kalah di awal, tetapi jika lomba jarak panjang, nona kecil pasti kalah.." tutur Wei tua.

Mengenai qingong jarak pendek, memang bisa dikatakan itulah sejatinya ilmu meringankan tubuh, namun jika sudah jarak yang panjang itu tergantung ke kekuatan seluruh tubuh dan kaki serta tentu ditunjang oleh tenaga murni seseorang.

Satu-satunya alasan Wei tua menghendaki nona kecil bersama Yunfei adalah mereka berdua masih berpostur anak-anak remaja. Untuk berbaur dengan kaum pesilat pun, mereka tidak begitu curiga. Sedangkan jika orang dewasa seperti mereka bertiga tentu kaum pesilatan tentu akan lebih was-was.

Yunfei dan nona kecil bergerak cepat.

Karena ingin mendengar percakapan orang-orang, tentu mereka cari tempat yang paling ramai. Melalui atap setiap rumah, mereka bergerak tanpa suara. Di ujung jalan, Nampak oleh keduanya bahwa tujuan kaum persilatan adalah sebuah pagoda. Berbentuk 5 tingkat. Mereka beramai-ramai mengitari pagoda.

Di tengah pagoda ada 5 orang berdiri disana dengan 1 orang berpakaian berwarna putih sambil berdiri, tangan kirinya memegang kipas sekitar panjang 1,5 kaki. Di ikat pinggangnya, terdapat sebilah pedang pendek mirip belati yang terselip. Sikapnya agung-agungan seperti kaum istana.

Yunfei berbisik ke nona kecil.

"Nona kecil... Hendaknya kita menuju ke sana.."

Nona kecil melihat arah yang ditunjuk oleh Yunfei. Adalah sebuah pohon tinggi.

"Aku punya nama kenapa harus memanggilku nona kecil?"

"Oh iya.. Nona Yiqing..." tutur Yunfei.

"Ayok.."

Keduanya lantas loncat ke pohon di samping pagoda dari atap rumah. Ilmu qinggong keduanya boleh dikatakan jarang ditemui di dunia persilatan. Jadi sekali bergerak, tiada yang tahu dikarenakan juga sangat ramai suara para pesilat di bawah, dan juga keadaan saat itu adalah malam.

"Cepat serahkan peta harta karun!!!"

"Jika tidak menghendaki kita lewat, maka kita semua akan ramai-ramai menyerang ke atas gunung.."

"Kenapa kalian berlima menghalangi kami??"

Suara ramai-ramai ribut tidak menentu.

Orang di tengah beserta keempat kawannya hanya diam dan tidak menanggapi semua perkataan pesilat-pesilat. Rupanya para pesilat ini datang ke gunung Sanqing tujuannya adalah harta karun tersembunyi.

"Cih!! Mana ada harta karun apa?" Nona kecil di atas pohon bersuara.

"Sepertinya, orang-orang ini dipancing datang untuk masalah harta karun." Tutur Yunfei pelan.

"Kenapa begitu?"

"Wei yang tua tadi mengatakan bahwa desa ini sebenarnya sepi, tetapi ini bisa beramai ratusan pesilat." Tutur Yunfei.

"Benar juga... Eh, tidak disangka kamu pintar juga..." tutur nona kecil sambil tersenyum.

Yunfei hanya tersenyum tidak menjawab.

Pesilat-pesilat sepertinya sudah tidak sabar, beberapa sudah mulai memaki. Kesemuanya memang hendak naik gunung, jalanan setapak di belakang memang terlihat meski di halangi oleh mereka berlima.

"Kami dari Istana, jika berani kalian maju berarti melawan petugas!" tutur orang di tengah dengan acuh tidak acuh.

Kaum persilatan sebenarnya lebih banyak terdiri dari orang-orang kasar. Tidak sedikit juga yang tidak takut mati. Beberapa orang memang diam dan tidak berani maju, tetapi lumayan banyak orang memegang senjata hendak menerobos kelima orang di tengah.

"Tidak peduli itu depan siapa, mari kita maju lihat mereka hendak apakan kita??"

Seorang pesilat di tengah, berumur 40-an tahun dan memegang senjata ruyung lemas maju.

Kata-katanya terdengar gagah, jadi pesilat-pesilat lain terpancing untuk ikut dirinya menerobos kelima orang di tengah.

Yang di tengah segera tertawa, dia berkata.

"Engkau bernama Qu Liang. Pemimpin partai Zhan Guo di Changsha."

Orang di tengah itu terkejut ada yang mengenalinya. Lantas dia berkata:

"Jika kau tau siapa diriku, hendaknya menyingkir saja, Kakekmu akan mengampunimu."

Dia memainkan ruyungnya untuk menyerang ke arah orang di tengah. Orang di tengah itu bergerak cepat menghalangi senjata Qu Liang. Senjata yang dipakainya adalah kipas di tangannya.

Saling serang dan bertahan terjadi beberapa kali.

Pesilat-pesilat melihat dalam 10 jurus, ternyata kemampuan Qu Liang cukup baik. Sedangkan kemampuan lawannya terlihat kalah dalam 3 – 4 jurus. Ruyung lemas itu mendesaknya mundur beberapa langkah beberapa kalinya. Jika diteruskan mungkin 10 jurus selanjutnya lagi Qu Liang sanggup mengalahkan orang istana tersebut.

"Itu orang istana cari mati. Kemampuannya hanya sebegitu saja berani menghalangi pesilat." Tutur nona kecil.

"Tidak... Sepertinya ada yang tidak lazim.." tutur Yunfei.

"Tidak lazim bagaimana?" Tanya nona kecil.

Baru saja dia tutup mulut, serangan orang tadi langsung berbeda. Tiba-tiba Hanya dalam 2 gerakan saja Qu Liang terpukul mundur, dia menjerit kesakitan.

Dia jatuh keras ke lantai karena sebuah tendangan tepat ke ulu hatinya. Sedangkan pesilat lain hendak memapah dia, terkejut bersamaan. Sebelah matanya mengeluarkan banyak darah, terlihat sekilas sebuah benda mirip paku sudah menancap di matanya yang mengeluarkan darah. Qu Liang masih berteriak kesakitan, anggota partainya ada sekitaran 8 orang memapahnya berdiri.

"Terkutuk, kau gunakan senjata rahasia!!" Hanya 1 kalimat yang sanggup dia ucapkan. Tetapi sekarang, kesakitan tubuhnya makin menjadi-jadi.

Orang yang ditengah membentang kipasnya sambil tersenyum mengejek.

"Salahkan kemampuanmu yang tidak sanggup menang.."

"Kenapa kamu tahu ada sesuatu yang tidak lazim?" Tanya nona kecil ke Yunfei.

"Gerakan awal dari Qu Liang, harusnya dia sudah kalah dalam 2 gerakan pertama. Tadi sapuan melintang ruyung di kaki pemuda, dia meloncat ke depan untuk memainkan tangannya meninju, jika saja dia memakai belati dengan sebelah tangannya, Qu Liang itu setidaknya sudah tertusuk roboh. Tetapi pemuda itu seperti sengaja berpura-pura, memancingnya... Sepertinya tuan berkipas itu, orang yang kejam.. Dan terlihat pemimpin partai itu, akan tewas..." Yunfei menjelaskan dengan tersenyum getir.

Qu Liang yang dipapah, merasa beberapa tulang rusuknya patah. Dia berteriak kesakitan. Tendangan pemuda lawannya itu memang menancap ke ulu hati. Tetapi dari gerakan tendangan, dia menggunakan putaran kuat. Jadi tenaga tendangan yang utamanya tidak terletak di ulu hati Qu Liang melainkan di samping yaitu tulang rusuk kanan dan kiri-nya.

Tidak berapa lama, suara Qu Liang telah hilang. Tulang rusuk yang tadinya patah jika hendak disembuhkan masih bisa, tetapi dengan catatan dia tidak boleh dipapah berdiri. Begitu dipapah berdiri, tulang rusuk sebelah kiri menusuk jantungnya dan tulang rusuk kanannya menusuk hati yang mengakibatkan Qu Liang tewas seketika. Ini terjadi karena gravitasi tubuh atasnya menekan ke organ dalam dirinya.

Melihat Qu Liang tewas, kesemua pesilat geram. Segera mereka maju menyerbu di tengah. Keempat orang yang tadinya tidak bergerak itu, mengeluarkan pedang dari sarung. Dengan selanjutnya, keempatnya bergerak cepat. Hanya sekejap, belasan orang dari kaum persilatan berjatuhan terluka.

Orang di tengah itu berkata.

"Kalian hendak memberontak?" sambil tangannya mengeluarkan sebuah plakat bertanda Dinasti Sui. Dia adalah seorang pejabat pemerintahan Sui.

"Mereka kuat-kuat semua, pesilat nomor 1." Tutur Nona kecil yang terlihat agak cemas.

Bagaimana tidak? Karena mereka berdua sedang mencuri dengar, jika kedapatan mereka berlima maka susah bagi mereka untuk naik gunung lagi. Untuk lari, sepertinya baik Nona kecil ataupun Yunfei masih sanggup melakukannya.

Yunfei menjawabnya,

"Tidak juga...

Meski tadi ilmu silat mereka baik. Tetapi, kesemuanya tidak begitu baik dalam hal tenaga dalam. Gerakan pedang-pedang itu memang bagus, tetapi itu hanya ilmu luar."

Yunfei berpikir bahwa semua gerakan pedang mereka berempat tergolong cukup baik. Gerakan pedang mereka cepat dan tepat. Tetapi langkah kesemuanya agak kacau. Jika menjumpai mereka berempat, dengan menyerang kaki mereka kesemuanya mungkin beberapa jurus saja sudah sanggup mengalahkan mereka semua. Yunfei biasanya di atas gunung Tianmen sering berkontemplasi membayangkan serangan lawan pada saat dirinya belajar 365 gerakan tinju dari gurunya. Gurunya juga mengajari kontemplasi untuk membayangkan di depan mereka ada lawan saat berlatih. Manfaat latihan di atas gunung membuat Yunfei yang melihat pertarungan orang lain seperti jika dirinya yang bertarung di tengah. Jadi, setiap gerakan orang-orang di perhatikannya dengan baik dan mencari bagaimana cara terbaik untuk bertarung mematahkan setiap jurus lawan.

"Jika begitu baguslah..." tutur nona kecil tersenyum sambil memandang Yunfei.

Tetapi melihat ke Yunfei dan teringat akan kakaknya, dirinya kembali dingin terhadap pemuda.

"Ayok kita pergi.." Yunfei mengajak nona kecil ini. Sekali meloncat, mereka sudah kembali ke atap rumah samping. Lantas mengambil jalan kecil di belakang, mereka mencari kedua Wei dan nona besar.

Berselang beberapa rumah, mereka melihat kawan-kawan mereka duduk di salah satu rumah makan. Sambil tersenyum Yunfei mendekati mereka.

"Bagaimana?" Tanya Wei tua.

"Hari ini memang khusus..." tutur Yunfei.

Nona kecil memelankan suaranya lantas dia berkata.

"Pesilat mencari harta karun di atas gunung. Dan orang istana ada 5 orang berdiri di depan pagoda di jalan keluar desa ini."

Wei tua dan muda tidak banyak bercakap, mereka terlihat berpikir. Sedangkan si nona besar menghela nafas.

Yunfei tersenyum melihat ekspresi nona besar.

"Kenapa kamu ketawa?" Tanya nona besar kepadanya.

"Jangan-jangan dagang hari ini tidak bagus. Jadi nona besar uring-uringan." Yunfei tertawa sambil mengambil cangkir, mengambil arak dan meneguknya.

Mendengar kata-kata Yunfei, nona besar yang tertebak isi hatinya, tidak senang dan terlihat uring-uringan.

"Nona besar, sebenarnya menurutku tidak semua kaum pesilatan itu bisa diajak. Apalagi untuk hari ini..."

"Ohh?" nona besar terlihat menyelidik mendengar perkataan pemuda.

"Mereka datang karena apa, kita sudah tahu. Untuk orang yang menyembah barang-barang mati seperti demikian. Untuk apa banyak bisa diharapkan dari mereka?" tutur Yunfei.

Mendengar penuturan Yunfei, nona besar mengiyakan sambil tersenyum.

Kaum-kaum pesilat yang masih tergoda harta karun sudah jelas adalah si tamak yang tidak sanggup untuk mati-matian membela Negara , itu sudah sangat jelas.

Dan tiba-tiba Wei tua berbicara,

"Saya punya ide..."

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar