Pages

Jumat, 19 Maret 2021

Novel Riakan Awan Iblis Pedang Bab 12

 

Bab XII - Puteri Yang Patriotik

Nona kecil masih terbengong sesaat melihat dirinya begitu gampang dipecundangi oleh pemuda yang tidak jelas asal usulnya. Sekarang dia tidak tahu harus marah, menangis atau tertawa. Lama dia diam di tempat tak bergerak lalu dia mendengar sesuatu di belakangnya. Sebuah dengusan nafas kuda 3x, lantas dia berbalik melihat ke arah kuda. Berbekal cahaya bulan, dia melihat adanya seekor kuda putih sedang menatap dirinya. Li Yanping merasa agak aneh masak di tengah hutan ada seekor kuda putih namun dirinya maju menghampiri si kuda. Melihat lebih dekat, Yanping baru tahu kalo kuda ini bukan berwarna putih tetapi lebih ke warna bulu keperakan. Dia tersenyum lantas berkata.

"Terima kasih... Aku terlalu lelah sampai laripun sudah tidak sanggup." Melihat gelagat kuda tidak menolaknya, lalu dia naik ke atas punggung kuda. Dengan meringkik sekali, kuda telah berjalan ke arah tadinya nona ini datang. Tetapi arahnya bukan barat melainkan sebelah barat laut.
Yunfei sudah mengatur segala hal sedemikian rupa dari awal terutama ketika dia membisiki kudanya di luar kota Chang-an dan tujuannya tentu adalah menjemput kedua nona ketika diperlukan, Ia memang terlihat pergi tadinya tetapi sebenarnya hanya menunggu di pohon jarak 30 tombak dari nona kecil.
Yunfei berpikir bahwa jika saja ilmu ringan tubuh nona masih maksimal, mana mungkin sanggup dirinya membuat nona begitu gampang memegang kembali belati seperti pertaruhan tadinya. Asal Yanping bergerak dengan langkah hebatnya, Yunfei belum tentu sanggup mengejarnya. Memanfaatkan kelelahan nona kecil, Yunfei baru bisa mempermainkan dia sedemikian rupa. Sesaat dia tersenyum membayangkan kejadian tadinya.

Sekarang dia berlari mengikuti si kuda yang berlari cukup cepat. Tidak sampai 30 menit, kuda telah berhenti. Nona kecil turun dan mendapati kakaknya sudah duduk menunggu dirinya, kali ini di sekeliling nona besar terlihat banyak kaum pesilat, jumlahnya 30 orang lebih sedangkan ketiga nona tidak terlihat.
"Bagaimana adik?"tanya Xiaoping kepadanya.
Sang adik hanya menggeleng-gelengkan kepala. Lalu dilihatnya si nona kecil kembali dengan seekor kuda, Ia terlihat keheranan.
"Kuda siapa itu adik?"

"Tidak tahu, tadi setelah diriku tidak sanggup mengejar lantas beristirahat sebentar. Tiba-tiba kuda ini muncul.." tutur nona kecil.
Nona besar melihat bahwa mata kedua adiknya kelelahan, bajunya masih basah keringatan. Seketika dia merasa bersedih hati. Kemudian dia mengajak adiknya untuk bertemu para pesilat.
"Ini beberapa pesilat yang hendak membantu ayah, mereka adalah dari partai Hei-sha dan Yi Quan."

Nona besar mengenalkan pesilat-pesilat ini kepada adik kecilnya. Di antara beberapa pesilat terdapat 2 orang anak yang seusia 10 tahun saja dari partai Hei-sha. Setelah itu, nona besar memerintahkan 2 orang pesilat untuk menjemput ketiga nona yang masih berada di jembatan. Lantas mereka beristirahat, kuda yang ikut nona kecil mengambil tempat di sebelah pohon, terlihat sang kuda juga tertidur.

Yunfei berada tidak jauh dari mereka, kemudian setelah dipastikan semuanya baik-baik saja.
Dia bergerak masuk ke dalam kota Chang-an kembali tanpa diketahui penjaga gerbang yang sedari tadi sudah menutup gerbang.
Lantas sesaat kemudian Yunfei keluar kota juga tanpa disadari penjaga pintu gerbang, dia berganti pakaian biasa dan bergerak ke arah utara lantas beristirahat di sebuah warung makan di tepi jalan.

Keesokan paginya, terjadi kehebohan di kota Chang-an. Di tembok kota sebelah selatan yang setinggi 50 kaki itu tertulis beberapa kata:
"Sui Laknat Sudah Menghancurkan Peradaban, Saatnya kebangkitan". Begitupula tempat tinggal kasim-kasim tertulis kata-kata:
"Kasim laknat koruptor membuat susah rakyat" Di beberapa sudut kota bahkan tertulis kata-kata yang lebih kasar dan semuanya dituju kepada Kekaisaran Dinasti Sui.

Kaisar Yang Guang pagi-pagi sudah bangun karena semalaman dia mabuk arak. Ketika ruangan aula kekaisaran dihancurkan pun, dia tidak tahu karena masih mabuk. Begitu mendapat informasi demikian seketika dia panik. Lantas sambil berkaca, kedua selir yang masih tiduran di ranjang menanyainya:
"Ada apa Yang Mulia?"

Kaisar Yang Guang berkaca dirinya sendiri, memegang lehernya sendiri dan berkata.
"Entah siapa yang akan mendapatkan kepalaku."

Kedua selir lantas tertawa, mereka mengatakan.
"Kekaisaran ini milik Yang Mulia, siapa yang berani dan sanggup untuk meruntuhkannya?"

Mendengar penuturan kedua selir, Yang Guang marah besar dan mencabut pedang lantas kedua selirnya dibunuh dicincang saat itu juga.

*********

Sementara itu di tempat nona besar di hutan kecil.
Mereka juga sudah mendapat informasi bahwa semalam dirinya telah berhasil keluar kota. Tetapi ada seorang dewa yang marah, membantunya. Semua kejadian semalam telah menjadi gosip heboh di ibukota. Bagaimana 4 batang tombak itu menghancurkan singgasana kaisar, bagaimana dalam semalaman tertulis kata-kata menghina kekaisaran Sui. Dan tiada seorang pasukan pun tahu siapa sebenarnya pelakunya.
Kasim-kasim yang sakti seperti kasim Bai sekarang sedang menemani Jianmo ke barat. Sedangkan kasim Wu, masih berada di utara. Memanfaatkan saat kosong, Yunfei membuat kehebohan sejadi-jadinya di kota-raja.

"Apakah orang yang mencuri pedang itu memang benar membantu kita?" tanya Nona besar ke nona kecil.
"Diriku sependapat bahwa orang yang bisa melakukannya hanya orang ini saja..." Nona kecil berpikir.
"Sebenarnya dirinya siapa?" Kedua nona berpikir keras tetapi tidak mendapat petunjuk apapun.
"Tidak mungkin orang ini adalah Li Mi, sangat tidak mungkin.." tutur nona besar.
Nona kecil diam saja, dia tidak berani bercerita kejadian tadi malam bagaimana pendekar itu mempermalukan dirinya. Lantas dia berkata.
"Jika benar mereka mempercayai bahwa adalah tindakan dewa yang datang karena marah. Ini sangat menguntungkan-mu kak..."

"Betul sekali, kita coba ke Luoyang dan sepanjang jalan mengumpulkan ksatria-ksatria untuk membantu ayah." tutur Nona besar sambil tersenyum.

Lantas mereka berjumlah sekitar 40-an orang bergerak ke arah utara dan nantinya akan mengambil jalan ke timur ke Luoyang dalam 2 hari perjalanan.
Sepanjang jalan mereka mendengar gosip-gosip kejadian semalam di Ibukota. Beberapa orang yang terlihat memaki dan kagum akan tindakan ksatria di Chang-an, lantas diajak oleh Li Xiaoping untuk bergabung dengan mereka. Setelah sampai di pertigaan jalan menuju ke Luoyang, mereka menemukan ada sebuah warung makan, mereka secara beramai-ramai berhenti di warung ini. Warung yang dimaksud bukanlah warung kecil sebab dekat dengan kotaraja. Bahkan meja disini jumlahnya ada sekitar 30-an dan karena mereka semua sudah lapar nona besar mengeluarkan uang untuk membeli makanan yang cukup banyak dan mentraktir semua pesilat dan orang gagah yang ikut dengannya. Jumlah orang yang ikut sudah hampir 100 orang sekarang karena mereka-mereka ini kagum dengan Li Yuan dan hendak berjuang bersamanya. Begitu tahu bahwa nona ini tiada lain adalah puteri Li Yuan, semuanya bergembira ikut dengannya.

Yunfei berada di meja ujung di bagian dalam. Kali ini dia duduk membelakangi pesilat-pesilat yang ramai heboh. Tetapi percakapan mereka tiada yang mengungkit Li Yuan ataupun yang berhubungan dengan kejadian semalam di ibukota. Yunfei terkagum melihat bahwa nona besar sanggup mengatur mereka sedemikian rupanya sampai-sampai keinginan berkumpul untuk memberontak tidak diucapkan sama sekali.
Yunfei meletakkan pedang biasa miliknya di meja sedangkan pedang kebajikan dan pedang bambu sudah dililitkan dengan kain putih yang juga diletakkan di meja. Orang-orang memandangnya sekejap saja tetapi mereka tidak menemukan ada yang istimewa dari pemuda ini. Selang sejam kemudian, pesilat sudah membayar bon dan hendak bergerak ke arah timur. Yunfei masih diam-diam saja terlihat tidak bergerak, dilihatnya kudanya masih di tunggangi nona besar dan nona kecil bersamaan. Pesilat-pesilat lain juga banyak yang membawa kuda meninggalkan tempat ini. Sepanjang jalan sampai ke kota Luoyang, tidak ada masalah bagi nona besar, nona kecil dan semua teman persilatan mereka. Bahkan sekarang, pesilat-pesilat dan orang gagah ikut mereka bertambah. Sebagian dia minta langsung ke arah utara menyeberangi sungai Huang untuk mencari ayahnya, sebagian ikut dengan mereka masuk ke kota Luoyang.
Di Luoyang sudah heboh kejadian kemarin malam di istana kota raja dan karena banyak orang gagah dan sebagian adalah pasukan yang tidak dihargai, semuanya direkrut oleh nona besar.
Bahkan dia menjual semua perhiasan dan barang-barang berharga termasuk semua emas kawin miliknya untuk merekrut mereka. Beberapa orang memang orang yang kesusahan, mereka memiliki anak istri yang hendak dihidupi, ada yang mempunyai orang tua yang sakit-sakitan. Setelah menjual semua hartanya, dia sanggup mengumpulkan sekitar 5.000 orang yang ikut dia menyeberangi sungai Huang.

Namun ketika mereka hampir sampai di pelabuhan Fengyu keadaan waktu itu sudah hampir temaram, mereka melihat adanya pasukan yang sudah menunggu mereka. Pemimpin pasukan disini berpakaian merah terang dengan topi berwarna hitam, jelas bahwa di depan ini adalah seorang kasim. Pelabuhan Fengyu adalah sebuah pelabuhan menyempit yang terletak berbatasan dengan sungai Huang. Di sini adalah pelabuhan yang paling cepat untuk menyeberangkan orang ke utara.

"Hebat yang kau lakukan itu nyonya Chai". teriak kasim yang berada di garis terdepan.

"Itu kasim Wu, ilmu silatnya sangat baik dan termasuk kelas 1 di antara para kasim." tutur Li Xiaoping.
Nona kecil dan kaum persilatan sudah berada di depan, mereka terdiri dari 50-an orang gagah yang ingin menghalangi si kasim.
Li Yanping berkata ke kakaknya.
"Kak, bawa pasukanmu ke barat dan kemudian menyeberang ke utara. Yang disini biar kami-kami yang menahannya."
Li Xiaoping tidak setuju.
"Jika hendak bertempur, mari kita sama-sama bertempur."

Pasukan dan kaum persilatan tahu kali ini mereka berjumpa dengan orang yang hebat. Hidup mati tidak tahu tetapi karena mereka rata-rata orang gagah, tentu saja mereka tiada 1 orang pun takut. Ketika meninggalkan kampung halaman, rata-rata orang gagah ini memiliki rasa sakit hati terhadap kekaisaran Sui. Ada yang adik perempuannya ditangkap ke kota-raja, ada yang orang tuanya dibunuh, ada yang adik kakaknya dikerja paksa sampai mati di utara, ada yang geram melihat kelakuan pejabat kerajaan yang semena-mena dan jahat. Yang berkumpul disini semuanya memiliki satu hati untuk meruntuhkan dinasti Sui.

Justru ketika hendak bentrok, mereka seketika telah melihat seorang pemuda di samping mereka dengan menaiki sebuah kuda berwarna coklat. Pemuda yang kemarin merampok pedang milik mereka, itu orang sekarang masih sama berpakaian serba hitam dan menutup kepalanya.
Di pinggang kirinya tergantung pedang bambu, sedang di tangan kanannya memegang pedang bersarung putih dan bergagang putih, dan tentu saja ini adalah pedang Kebajikan.

Nona besar dan nona kecil terkejut tidak kepalang. Bagaimanapun hari ini jika ini orang adalah teman si kasim, maka semua orang disini pasti tewas terbunuh. Sesaat mereka berkeringat dingin dan tidak berani maju ke depan.
Kasim Wu yang melihat pemuda ini, lantas meneriakinya dengan suara melengking.
"Kedua saudaraku, Kasim Chen dan Liu apakah dibunuh olehmu?"

Yunfei memandanginya lantas berkata.
"Mereka kusuruh menyerahkan kitab-kitab tetapi mereka menolaknya. Jika tidak iyah tidak perlu mereka mati..."
Ini adalah kata-kata kasim Wu ketika menyantroni Biara Shaolin, kata-kata kasim Wu dibalikkan kembali kepadanya.

"Menghalangi tugas kerajaan hukumannya adalah mati. Dan jika kami tahu siapa saja orang yang membantumu, siapa saja keturunan dan leluhurmu semua akan dibunuh!" teriak kasim Wu.

"Tidak kupeduli siapa dirimu. Aku akan memberimu jalan hidup jika mereka-mereka ini kau izinkan untuk menyeberang sungai." tutur Yunfei sambil menunjuk ke arah nona besar dan nona kecil.

Kasim Wu tertawa karena sekarang Yunfei hanya sendiri, dia memilik 2.500 pasukan yang akan bertarung mati-matian dengannya, pikirnya Mana mungkin hanya sendiri saja dia bisa bertindak banyak.
"Apakah kau itu orang nya Li Yuan?"

"Tidak... Sama sekali bukan.." tutur Yunfei.

"Jika begitu, hendaknya kau itu menyingkir. Tiada urusanmu dengan mereka-mereka yang disini."

Yunfei tertawa lantas dia berkata.
"Nah disini kau salah..."

"Salah apa hendaknya kau beritahukan.." Jengek kasim Wu kepadanya.

"Kulihat kedua nona ini cantik melebihi nona-nona lainnya. Kemudian itu 3 nona disana juga termasuk wanita cantik, kuingin nikahi kesemuanya untuk menikmati masa-masa tuaku. Tidak seperti dirimu yang sudah tua tapi tidak tahu dan tidak bisa menikmati hidup." jawab Yunfei sambil tertawa.

Kasim Wu marah mendengar perkataan Yunfei. Dia segera menarik pedang di tangannya.

Yunfei lantas menunjuk ke arah pasukan milik Kasim Wu.
"Kalian-kalian semua punya anak istri, orang tua di rumah. Beberapa malam lalu langit sudah marah dan mengutus dewa untuk memporak-porandakan istana kota raja. Tidak lama lagi Sui akan hancur, sebaiknya kalian menyerah dan mengikuti nona-nona cantik ini menyeberangi sungai. Kejahatan rezim ini sudah membuat Dewa-dewi marah besar sebentar lagi semuanya akan berakhir. Kasim-kasim yang kalian dukung ini adalah orang yang maha jahat dan tidak mungkin kalian tidak tahu. Jika terus-terusan bertentangan dengan langit tentunya nasib buruk akan menimpa orang-orang yang kalian sayangi."

Pasukan-pasukan ini tentu tahu bagaimana baik dan jahat, benar dan salah. Banyak yang masih terpaksa mengikuti kasim-kasim ini yang terus berbuat jahat dan tidak manusiawi. Sekejap saja, banyak yang berjalan mengitari sungai dan bergabung ke pihak Li Xiaoping. Li Xiaoping girang tak kepalang, dia memberi hormat dalam kepada semua pasukan-pasukan yang seketika merubah hati. Tadinya pasukan Kasim Wu berjumlah sekitar 2.500 orang. Sekarang sekitar hampir 2.000 orang dari pihaknya sudah membelot karena beberapa kalimat dari Yunfei.

Yunfei menunjuk ke kasim Wu,
"Kamu sebaiknya pulang ke kota-raja saja. Suatu saat, barulah ku berkunjung kesana untuk melawanmu. Betapa saktinya dirimu hari ini pun, tidak mungkin bisa melawan 4.000 lebih pasukan lawan."

Kasim Wu terpaku tidak bisa mengucapkan sepatah kata. Dirinya hendak maju sekarang tetapi kali ini dia sudah kalah angin. Sisa pasukannya hanya 500 orang. Oleh karena ini, kasim Wu masih mencari kesempatan baik. Ia bukanlah pesilat sembarangan, ditakuti beberapa kata-kata tentunya tidak akan mundur.

Yunfei bergerak ke arah nona besar dan nona kecil, dia memerintahkan mereka.
"Itu banyak perahu disana. Segera kalian pergi menyeberang."

Nona besar dan nona kecil memberi hormat dalam kepadanya, berterima kasih. Tetapi nona kecil lantas berkata.
"Suatu saat, kamu harus kembalikan pedang di tanganmu."

Yunfei hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Kemudian dia mengawal mereka untuk menyeberang. Nona besar memang adalah pemimpin yang sangat baik, dia tidak akan menyeberang terlebih dahulu meski diminta pasukannya. Dia berkata.
"Kalian semua menyeberang dahulu, aku yang terakhir."
Nona kecil memahami sifat kakaknya, dia ikut mengawal sang kakak sambil menyiapkan kedua belati di kedua tangan. Jumlah kapal disini sudah di atur oleh Li Yuan, jumlahnya sebanyak sekitar 100 perahu. Sekali jalan 3.000 pasukan sudah menyeberang, sambil menunggu perahu balik mereka selalu siaga jika tiba-tiba kasim Wu menyerang. Sedangkan Yunfei hanya duduk di kuda melihat ke arah kasim tanpa banyak berkata apa-apa.

Setengah jam kemudian, kapal-kapal itu sudah balik kembali. Sisa pasukan yang ikut dengan Li Xiaoping adalah 1.500 orang saja. Tentu kapal-kapal ini sudah cukup, sisanya masih sekitar 10-an kapal berlabuh terpisah ke arah timur. Sesuai janjinya, Li Xiaoping terakhir yang menyeberang bersama adiknya dan ketiga nona yang ikut bersamanya dari awal.

"Terima kasih tuan..." tuturnya menghormat mendalam ke arah Yunfei. Kudanya Yunfei juga ikut di perahu yang terakhir untuk menyeberang. Kasim Wu yang melihat kesempatan sudah datang, meminta sisa pasukannya untuk menyerang menggunakan panah ke arah kapal Li Xiaoping. Yunfei tertawa melihat sikap Kasim Wu, Lantas dicabutnya pedang kebajikan dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya melempar pedang bambu ke arah panah yang hendak di lepaskan. 2 baris pasukan pemanah segera kehilangan busurnya tertabrak pedang bambu dan patah. Putaran pedang bambu ini sangatlah kuat, setiap kali pedang bambu yang berputar sudah membuat busur mereka patah. Dan pedang bambu terlihat berbelok menuju ke pasukan lapis dua, dan akibat dari terjangan putaran bambu ini, busur-busur pasukan lapis kedua juga patah semua, rata rata serdadu malah busur di tangannya sudah terlepas terpental jauh.

Memang beberapa pasukan sempat melepas panah ke arah kapal tetapi nona besar, nona kecil dan ketiga nona sudah menyampuk kesemua panah itu jatuh ke sungai.
Melihat ilmu silat lawan yang begitu hebat, Kasim Wu lantas berlari dengan murka membacok ke arah Yunfei. Dengan pedang kebajikan, Yunfei terlihat mengarahkan pedang ke depan. Dirinya tidak bergerak sama sekali tetapi menunggu kasim itu datang. Begitu kasim itu sampai dan membacok, Yunfei segera menggerakkan pedang yang dengan suara menggebu tetapi sangat cepat pergerakan tusukan pedang Yunfei.
3 kali dia menusuk dengan angin yang bersuara mendengung ke arah pedang Kasim Wu. Lantas pedang milik kasim Wu telah patah 3 bagian. Kasim Wu tidak mau kalah dan mengerahkan energi di telapak untuk memukul ke muka Yunfei. Sedangkan dengan pedang patah yang sisa sedikit itu, dia memainkan ilmu belati.

Yunfei merasa lawan di depannya sangat kuat. Kemampuannya 2x lipat lebih baik daripada kasim Chen yang tewas di tangannya. Tetapi Ilmu pedang Yunfei telah mencapai puncaknya apalagi pedang di tangannya adalah pedang pusaka yang sangat sakti. Dengan bergerak menggunakan ilmu pedang tanpa suara, dia melayani "tangan" lawan yang maju memapak dirinya. Sesaat terdengar kasim Wu sudah menjerit, 4 jari tangannya sudah putus. Kasim Wu mimpi pun tidak pernah berpikir suatu saat dirinya ikhlas "menyerahkan" tangannya untuk dibabat kutung.

Kehebatan ilmu pedang Yunfei tanpa suara ini jarang ada bandingan di dunia. Sengaja Yunfei menggunakan suara deru pedang pada saat pertama adalah memancing kasim Wu sehingga dia tidak waspada, dia berpikir bahwa tenaga pedang lawan adalah tenaga keras, jika bergerak tentu dia tahu. Tetapi baru jurus kedua, lawan sudah mengganti ilmu pedang menjadi pedang tidak bersuara tetapi kekuatan pedang lawan sangat dahsyat.

Kasim Wu tidak sempat lagi menikam dengan pedang patah dan terlihat mundur 10 tindak ke belakang, seperti menangis dia menahan rasa sakit akibat 4 jari tangannya yang telah terputus. Kemudian dengan marah, dia melemparkan pedang patah ke arah Yunfei dengan segenap kekuatannya. Dia berpikir bahwa hari ini dirinya pasti mati seperti Chen dan Liu karena mendapat lawan yang terlalu tangguh. Pedang patah itu meluncur pesat ke arah ulu hati Yunfei namun Yunfei hanya mengangkat pedang ke depan lurus, ujung pedang vertikal menghadap ke atas, pedang lawan yang patah itu terlihat memutar sekali lantas putaran pedang lawan berbalik arah dan langsung menusuk ke tenggorokan kasim Wu.
Tenaga lemparan milik Wu hanya dibelokkan dan ditambah energinya oleh Yunfei.
Nyawa Kasim Wu juga terakhir jatuh di tangan Yunfei dengan tidak sulit.
Ilmu yang dikerahkan Yunfei untuk bertanding adalah Ilmu warisan pedang kakek Feng yang dilatihnya di desa misteri , kemudian dengan tingkat ke 9 dari Beiji Shengong dikerahkan pada saat lawan melemparkan pedang patah kepadanya. Hanya berbekal pedang bambu saja, Kemampuan Yunfei sudah begitu baik apalagi kali ini dia memegang pedang Kebajikan yang sakti dan tajamnya tidak kepalang.

Sisa pasukan Kasim Wu terbengong melihat kehebatan silat Yunfei, mereka diam tidak bergerak.
Yunfei lantas menunjuk ke arah kapal.
"Bagi yang ingin membantu orang baik mendirikan negara maka inilah saatnya. Tetapi jika tidak, boleh kalian mundur dan pulang kampung halaman sajalah..."

Mendapat pengampunan Yunfei, sisa pasukan kasim yang ratusan orang itu bergembira langsung. Beberapa memang terlihat bubar berjalan di jalan masing-masing, tetapi sebagian besar malah naik kapal tersebut menyeberang ke utara.
Yunfei hanya diam di atas kuda, dia melihat ke arah kapal nona besar tetap berlabuh tidak meninggalkan dirinya sendiri. Kesemua orang di kapal nona besar memuji habis kemampuan silat Yunfei dan seakan-akan mereka sudah melupakan bahwa beberapa hari lalu mereka dirampok olehnya.

"Pedang kebajikan ditanganku hanya seperti pedang Shashi di tangan seorang peternak ayam. Jika memang orang ini membela kebenaran, aku merasa bahwa sangat baik berada di tangannya, saudara Yunfei pasti juga berpikiran sama." tutur nona besar sambil tersenyum kecut melihat kehebatan silat pemuda di seberangnya.
(Pedang Shashi / pedang pembunuh ular adalah pedang milik Liu Bang yang dia pakai menyatukan bangsa Han)
Setelah semua pasukan menyeberang, Yunfei mengambil arah timur dan lantas melihat sebuah perahu kecil, dia juga ikut menyeberang, kuda yang dia beli itu dilepaskan di tanah lapang samping sungai.

Pasukan Liyuan sudah tidak berada di Taiyuan, tetapi sudah dikumpulkan di sebelah selatan 300 li dari Taiyuan. Ini waktu tersibuk bagi Li Yuan yang sebenarnya "dikerjain" oleh putera ke 2 nya Li Shihmin. Dia menarik pasukan dan mengumpulkannya dari segala arah termasuk di Hedong dan Datong.

Setelah menyeberang ke seberang sungai, Li Xiaoping dan adiknya membawa pasukan bermalam di tanah terbuka di Shunjian. Mereka kesemuanya sudah lelah, lantas tertidur puas karena meski tidak berperang, mereka merasa sudah menang dan puas. Daerah ini sudah termasuk daerah kekuasaan Li Yuan. Li Xiaoping menghitung total pasukan yang di bawanya kali ini sekitar 10.000 orang, dia merasa sangat puas sanggup membantu ayahnya. Ia meminta semua serdadu dan kaum persilatan untuk beristirahat guna besok memapak pasukan ayahnya.
Pagi keesokan harinya, banyak pembantunya dulu yang berpencar sejak dirinya bersembunyi kembali kepadanya, Ma Sanbao yang merupakan pelayannya terdahulu mengajak He Panren datang bersama 10ribu pasukan petani untuk bergabung dengannya. Semua orang sangat terharu oleh perjuangan Li Xiaoping, mereka manut menyerah di bawah pimpinannya. Ma Sanbao lantas bercerita bahwa di sebelah kota timur masih ada pasukan kerajaan berjumlah 10.000, dipimpin oleh Li Zhongwen dan teman-temannya.

Begitu pagi-pagi, dia memerintah pasukannya menjadi 3, dia berada di tengah dan menuju ke kota Jin.
Pasukan yang diaturnya rapi dan beradab, dia melarang pasukan membuat keributan, menghancurkan panen rakyat dan wajib ramah terhadap rakyat ketika pasukannya lewat.
Dia membuat undang undang darurat ketentaraan yang ketat dan sederhana. Bahkan sekarang, ketika pasukannya lewat banyak petani peternak memberikan hasil panen kepadanya dan pasukannya.

Kemudian dalam waktu 3 jam, dia dan pasukannya telah sampai di tembok kota.
Li Zhongwen yang tahu bahwa pemimpin pasukan ini adalah puteri Li Yuan dan pasukan yang diaturnya sangat rapi lantas manut menyerah dan mengajak temannya Qiu Shili dan Xiang Shanzhi juga ikut. Setelah dikumpulkan dalam 3 hari, pasukan miliknya sudah mencapai 60 ribu orang.

Dengan bersemangat, Li Xiaoping tidak berniat ke utara, tetapi dia menyeberang kembali bersama pasukannya ke selatan sungai Huang dan menyerang kota-kota kecil yang masih merupakan milik kekaisaran Sui. Kota kota kecil ini cenderung memiliki pejabat korup, makanan dan persediaan serta emas, perak, sutera dibagikan merata ke semua pasukannya.
Pasukannya sangat senang dan moral pasukannya memuncak, semua pasukan yang ikut dengannya bersemangat membara.
Dalam 10 hari kemudian Li Xiaoping sudah mendapatkan 5 kota dan tambahan pasukan sebanyak 10.000 orang.

Yunfei yang melihat sepak terjang Li Xiaoping kagum bukan main, rasa cinta di dalam hatinya masih membara.
Hanya saja dia tahu dan sadar bahwa dia sudah merupakan isteri dari Chai Shao, kakak seperguruannya. Sepanjang perjalanan, Yunfei beberapa kali menyamar menjadi serdadu untuk mengamankan dan melindungi perjalanan nona besar dan nona kecil.
Hingga di suatu malam, pasukan milik Li Xiaoping sudah beristirahat dan nona besar mendengar kabar bahwa suaminya sudah datang memapaknya di tangsi mereka.

Yunfei yang mengetahui bahwa kakak seperguruannya telah datang maka tugas untuk melindungi nona besar telah selesai. Sambil tersenyum kecut, dia menuju ke kandang kuda tempat kudanya berada.
Menulis sepucuk surat yang ditinggalkan disana, Yunfei dengan diam dan perlahan "mencuri" kuda nona besar tersebut.
Pagi harinya, semua pasukan heboh karena terlihat sebuah surat dan kuda ini sudah hilang.

Nona besar yang mengetahui kuda sudah hilang dicuri, bersama nona kecil lantas datang dan membaca surat disana.
"Kupinjami kudamu beberapa waktu, jika ada waktu kemudiannya akan kukembalikan."

Nona besar tertawa membaca surat ini.
Dia berkata.
"Kuda ini tadinya memang bukan milikku ataupun milikmu dik. Tapi siapa pencurinya kita sama-sama tahu."
Nona kecil hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala karena mereka tahu siapa pencuri kuda ini. Tetapi lantas keduanya merasa heran.

"Eh!! Bagaimana itu orang membawa ini kuda pergi? Jika misal kuda ini tidak mau mengikutinya?" tanya Nona kecil.
Nona besar berkata.
"Mungkin diangkatnya kuda ini lantas dilarikan."
Mereka berdua tergelak tertawa besar.

Yunfei kembali merasa hampa hati, membawa sang kuda bersamanya berjalan ke selatan dari Mengjin dan sekarang dia sampai ke gunung Hua. Dilihatnya keadaan gunung Hua, lantas dia memacu kudanya ke atas gunung dan berhenti di sebuah pinggang gunung. Dilihatnya lokasi ini adem dan tenteram, lantas Ia memotong ratusan batang bambu, dia mendirikan gubuk disini. Dia buat ada ruangan tamu, ruang tidur dan ruang dapur seperti halnya rumah bambu di desa misteri hanya rumah ini lebih kecil.

Gubuk ini menghadap ke arah kota Chang-an dan jika pada saat siang hari yang cerah, dari jauh dia bisa mengamati kondisi kota-raja meski jaraknya sekitar 300 Li dari tempatnya berada.
Sepanjang siang dan malam dia berlatih kembali ilmu silat yang diyakininya tetapi kemajuan yang dicapainya tiada seberapa. Lantas dia berlatih kaki dan fisik, pagi-pagi dia berangkat ke atas puncak gunung berburu hewan, kadang dia mendapat musang, kadang burung-burung, kadang mendapat kelinci dan kadang mendapat ayam hutan. Sejenak dia sudah melewatkan musim gugur disini, artinya hampir 3 bulan sudah dia berada di rumah gubuknya.

Di suatu malam musim dingin, tahun 617.
Hujan salju ringan terjadi di gunung Hua.
Yunfei merasakan ada banyak orang yang naik gunung di hari ini. Lantas Ia berjalan ke depan gubuk dan melihat ada beberapa orang yang berpakaian rapi dengan agak terburu-buru, total orang disini adalah 15 orang.
"Tuan disana, bolehkah kami minta berteduh?"

Yunfei mempersilakan mereka semua masuk ke dalam gubuknya.
"Ada apa tuan-tuan semua malam naik ke gunung Hua?" tanya Yunfei.

Seorang berumur 30an tahun menjawab.
"Li Yuan sudah masuk ke ibukota tadi sore bersama pasukannya. Kehebohan terjadi begitu dia masuk ke dalam istana. Dan kabarnya menjadikan cucu kaisar Yang Guang menjadi kaisar sedangkan mengangkat Yang Guang menjadi kaisar yang pensiun."
Perubahan kekuasaan yang mendadak ini mengejutkan Yunfei. Tidak disangka bahwa dalam 1 malam saja, Kaisar Yang Guang telah kehilangan kekaisarannya dengan mudah.
"Kami-kami ini dari kota Chang-an menyingkir kemari."

"Apakah pasukan Li Yuan kejam terhadap rakyat?" tanya Yunfei.

Mereka menjawab.
"Tidak tuan.. Hanya saja kami merupakan pejabat kecil, takut terjadi sesuatu maka kami menghindar."

Yunfei hanya menganggukkan kepala saja. Dia berpikir orang-orang ini memang melakukan tindakan yang benar. Mereka tidak tahu juga apakah bisa dibantai oleh Li Yuan karena belum tahu bagaimana sikap dari Li Yuan. Yunfei melayani mereka dengan makanan sekedarnya dari hasil-hasil buruan, lantas dia berkata.
"Kebetulan ada orang tua yang memberikan rumah ini kepadaku. Jika kalian hendak tinggal beberapa waktu maka boleh saja. Jika suatu saat orang tua itu balik, kalian boleh serahkan rumah ini kepadanya. Jika dia belum balik, kalian hendak tinggalkan saja rumah ini pun tiada mengapa."
Mereka semua berterima kasih kepada Yunfei. Lantas Ia mengepak barang-barangnya, tengah malam dia turun gunung bersama kudanya.
Sepanjang musim dingin, dia bergerak ke arah utara. Tujuannya adalah Hancheng karena janjinya untuk kesana melihat situasi dan mencari peninggalan leluhur keluarga Feng. Yunfei berpikir apakah memang dia keturunan keluarga Feng karena darahnya bisa dipakai untuk membuka Gua di gunung Sanqing. Untuk memecah teka-teki hatinya, dia bergerak perlahan ke utara. Jarak antara gunung Hua dengan Hancheng hanya sekitaran 600 Li. Tetapi karena dia tidak mengejar waktu, dia bergerak perlahan, menyeberangi sungai Huang dan berhenti di desa. 5 hari kemudian dia telah sampai di Hancheng, sebuah kota perbatasan antara Tujue timur di utara dan barat dengan Kekaisaran Sui di tengah, selatan dan timur.
Di sebelah utara, timur laut dan barat laut adalah tembok besar yang dibangun dinasti kerajaan berperang yang menyambung dari tembok besar yang dibangun oleh Dinasti Qin.

Hancheng adalah kota kecil, sebuah kota yang adem dan lebih dingin daripada kota-kota lainnya karena terletak dekat puncak gunung ke utara. Melewati daerah utara, sudah merupakan daerah kekuasaan Tujue timur. Tetapi dalam beberapa waktu ini, jarang ada perang di daerah Hancheng karena Tujue timur lebih banyak melakukan aktivitas peperangan dengan Sui di Qincheng di barat dan Xin Zhou di tengah serta Hebei di timur. Beberapa rumah ditinggalkan oleh pemiliknya karena takut suatu saat pasukan Tujue timur akan menyerang ke Hancheng.

Yunfei beristirahat di salah satu rumah kecil yang memang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya, dia bersih-bersih rumah ini dalam 3 hari, semuanya sudah tertata rapi dan baik terlihat. Dia meski sudah sampai di Hancheng tetapi tidak tahu sebaiknya mulai darimana untuk mencari rumah leluhur keluarga Feng Zhiyan.  Sering dia menanyai apakah ada orang yang bermarga Feng disini, tetapi marga "Feng" yang artinya merak cukup jarang terdengar di kota. Mencari beberapa waktu, Yunfei tidak menemukan petunjuk apapun.

Karena tidak ada mata pencaharian dan merasa bosan dalam seminggu ini, dia mencari ide untuk membuat dan menjual makanan dan minuman saja untuk pengelana yang lewat.
Dia berbelanja di selatan di pagi hari lantas membuka sebuah kedai minuman dan beberapa makanan seperti mie dan bubur. Selama berjalan ke selatan dan balik, dia tidak memakai kuda hitung hitung latihan fisiknya.
Kemampuan Yunfei membuat makanan tidaklah jelek sebab selama waktu 30 tahun dirinya di Tianmen, dia sering membuatkan makanan minuman untuk guru dan adik seperguruannya secara bergantian.
Dia membuat mie panjang dan membeli daging-daging ayam dan sapi, memasak dan menjualnya kepada orang-orang. Meski satu hari jualannya hanya kadang 10 mangkok saja, tidak begitu masalah baginya.
Musim dingin telah lewat, dan Yunfei selain berlatih silat di malam hari, pagi dan siangnya dia turun ke kota lain membeli baham makanan dan selain dia menjual makanan seadanya, tiada kegiatan lain.

Sampai suatu hari di awal musim semi..
Yunfei yang masih membuat makanan merasa kudanya bergerak dari jalanan secara kencang untuk "menemui" dia. Yunfei mencuci tangan dan keluar dari warung makannya dan melihat kuda meringkik beberapa kali. Yunfei mengerti apa yang diucapkan oleh sang kuda, lantas dia naik ke punggung kuda dan kuda berlari kencang ke arah utara. Begitu sampai di tembok besar, kuda meringkik beberapa kali. Yunfei yang melihat di atas tiada penjagaan, melompat ke atas tembok besar.
Dilihatnya ke bawah ada pasukan yang berpakaian lain dari pasukan daratan tengah. Ini adalah pasukan Tujue timur, orang-orang di sana berjumlah 20 orang lebih. Sedangkan di tengah, seorang lelaki berpakaian Han mencabut pedang bertarung dengan pasukan sambil menggendong anak kecil dengan tangan kiri.

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar