Pages

Jumat, 19 Maret 2021

Novel Riakan Awan Iblis Pedang Bab 11

 

Bab XI - Kesempurnaan Ilmu Beiji Shengong

Di Ibukota, Yang Guang Kaisar Dinasti Sui sangat tidak puas atas pencapaian Li Yuan dan Wang Rengong. Pertempuran mereka berdua sering mengalami kekalahan dengan pasukan Liu Wuzhou. Dalam beberapa bulan bahkan Wang Rengong di bunuh oleh Liu Wuzhou yang bergabung dengan pasukan Tujue timur. Li Wuzhou bahkan bersama pasukannya berhasil masuk ke Istana kedua kerajaan Sui di dekat Taiyuan. Membuat Li Yuan tiada pilihan tetapi dirinya masih ragu-ragu mencetuskan pemberontakan. Adalah Li Shihmin, putera kedua dari Li Yuan yang bersekongkol dengan Pei Ji dan Liu Wenjing. Segera mengumpulkan informasi terkait istana dan kapan mereka bisa bergerak. Begitu informasi tentang pemberontakan Li Yuan tersebar, Kaisar Yang Guang panik dan memerintahkan untuk membunuh keponakan Li Yuan dan keluarga mereka untuk mencegah musuh dalam selimut.
Tahun 617 ini adalah tahun menentukan dari sejarah Dinasti Sui yang beralih ke Dinasti Tang.

*******
Xue Yunfei sudah berjalan 1 Li lebih dari desa Misteri, kemudian dia melihat adanya gapura tertulis :
"Menuju Hutan Misteri."

Di depan gerbang terlihat adanya seorang anak muda. Dia mengenalkan diri dengan nama Wen Wei.
"Tuan, ada baiknya tuan memakai peta yang diberikan majikan untuk keluar dari hutan misteri ini."

Yunfei memberi hormat kepadanya, lantas membuka bungkusan yang diberikan oleh kakek Feng. Dia tersenyum melihat beberapa barang-barang disini.
Kakek Feng memberikan beberapa tael emas dan beberapa tael perak juga. Sepucuk surat, sebuah plakat yang tertulis aksara Fo dan di belakangnya tertulis tulisan Tao. Plakat terbentuk dari logam ini terasa cukup berat.
Kemudian dilihatnya ada pakaian hitam dan selembar kain hitam. Sekilas melihat, Yunfei tertawa karena memahami maksud dari sang kakek. Di paling bawah dari bungkusan, Yunfei terkejut melihat sebuah buku. Buku ini dibuka dan dilihat bahwa ini adalah teori silat 3.000 kata dan melihat tulisan ini, Yunfei seketika terharu.

"Cucuku... Ini adalah hapalan kamu di saat tidak sadar. Kakek rangkumkan mungkin akan sangat berguna nantinya untukmu." Yunfei terasa terharu. Dia melihat sebentar ke belakang, beberapa rumah bambu disini terlihat bersih dan tertata baik. Lantas memberi hormat kepada Wen Wei, dia menuju ke arah hutan.

Yunfei yang berkuda pelan di hutan merasa bahwa hutan ini diliputi misteri, kabut-kabut terlihat di sekeliling. Membaca peta dia hendak keluar dari hutan. Sekitar 15 menit dia sudah menjumpai sebuah jalan keluar yang tertulis sesuai dengan peta. Dilihatnya depan adalah 2 pohon yang menjulang tinggi di kiri dan kanan. Lantas merasa agak penasaran dan ingin melihat desa misteri untuk terakhir kali, dia loncat ke atas pohon untuk melihat hutan misteri ini dari atas.

Betapa tercenggang Yunfei melihat bahwa sejauh mata memandang hanya terlihat pohon-pohon yang rapat. Dia terkesima bahwa perjalanan tadinya hanya sekitar 15 menit tetapi desa misteri sudah tidak nampak. Lantas ketika dia melihat ke bawah. Kuda yang dia naiki itu seakan sudah bergeser tempatnya dari tempatnya berhenti tadi. Segera dia turun, berjalan ke arah kuda dan menaikinya. Sambil tersenyum, Yunfei menggelengkan kepala beberapa kali tanda kagum luar biasa.

Keluar dari Desa misteri, Yunfei melihat ada sebuah desa kecil. Keadaan desa hanya terdiri dari 20-an rumah. Rumah disekitar reyot dan tidak begitu terpelihara. Masyarakat disini rata-rata mengandalkan sungai untuk mata pencahariannya. Desa ini tertulis di gapuranya : "Desa Wei"

Yunfei yang berjalan melewati desa Wei dilihat oleh orang-orang sekitar karena merasa aneh ada seorang pemuda menaiki kuda yang aneh. Tetapi Yunfei tidak begitu mempedulikan mereka, lantas dia memacu kuda nya kencang ke arah barat.

Kuda yang diberikan kakek Feng benar adalah kuda bagus. Hanya sekejap saja, kuda ini bergerak. Dia sudah sampai di sungai. Dia lihat ada sebuah rakit dan seorang pemuda berumur 50-an sedang menunggunya.

"Kakek Feng berpesan, jika di dunia persilatan tuan berjumpa dengan murid-muridnya maka berikanlah kode Paman Xiang, dan dijawab oleh mereka Paman Xiang umur 70 tahun sedang berladang. Dan ini adalah kode rahasia kami dari Desa Misteri." Yunfei menganggukan kepalanya dan menerima galah panjang dari tangan orang tersebut. Sesaat kemudian dia menyeberangi sungai. Baru berjalan beberapa saat, dia merasa pernah melewati sungai ini.
Barulah dia tahu bahwa letak desa Wei, hutan misteri dan desa misteri ini tidak jauh dari Chenliu di dekat sungai Huiji. Bedanya dulu dia mendarat di utara, kali ini dia mendarat di sebelah barat sungai. Diperhatikan waktu sudah siang hari di saat sekarang. Lantas dengan memacu kuda cepat dia beranjak dari tempatnya mendarat.

Dalam waktu 4 jam, waktu sudah petang. Yunfei merasa puas karena kuda ini adalah kuda luar biasa, betul-betul seekor kuda qianli. Dari kejauhan sebelum matahari terbenam, dia melihat sebuah gunung yang masih jauh dari pandangan di arah barat. Sangat kebetulan bahwa ada beberapa petani di sana baru selesai berladang. Dia menanyai mereka. Mereka menjawab bahwa gunung di depan memang adalah gunung Song, Puncak Shaoshi terletak di utara dari gunung Song. Yunfei berterima kasih kepada mereka, lantas di pacunya arah utara. Dalam satu jam dia kembali memacu sebelah barat untuk mendaki dengan perlahan sambil mengistirahatkan kuda, dia turun dan berjalan bersama kuda. Tidak lama, dia melihat di samping sebuah tempat peristirahatan terdapat sebuah batu besar yang bertuliskan tulisan Kuil Shaolin. Dengan girang, Yunfei mendaki perlahan dan dilihatnya tiada tanda-tanda baku hantam disini berarti memang benar pihak kerajaan mungkin belum sampai. Begitu berjalan 30 menit dia menjumpai sebuah kuil, di atasnya tertulis Biara Shaolin.

Namun dilihatnya tiada orang dan pintu dalam keadaan tertutup. Lantas, dia mengetok pintu beberapa kali. Tidak lama kemudian, seorang bhiksu keluar dan menanyai Yunfei ada hal apa malam begini naik ke atas gunung. Yunfei menyatakan bahwa dia hendak menemui kepala biara.

"Sudah malam tuan. Sebaiknya tuan istirahat di bawah dulu, besok pagi baru kembali." tutur biksu ini sambil menutup pintu utama dan masuk kembali.

Yunfei merasa dia memang tidak sopan masuk ke kuil di saat malam begini. Kemudian ketika dia hendak pergi tetapi merasa ada sesuatu yang agak aneh dengan bhiksu tersebut. Dia segera beranjak turun gunung.
Yunfei meski kelihatan sudah pergi tetapi dia tetap berdiri di samping hutan mengamati pintu utama ini. Tidak lama, pintu terlihat terbuka sebentar lantas biksu tadi mengamati keluar dan ditutup kembali.

Tadi Yunfei melihat biksu ini ada masalah sebab nafasnya sedikit terengah-engah, bajunya lusuh dan sedikit banyak bekas keringat ada di wajahnya. Memang ini sudah memasuki musim panas, tetapi cukup aneh jika ada biksu kecil bertingkah demikian. Dengan ilmu ringan tubuh, Yunfei melayang pelan ke atap biara. Dilihatnya ke ujung memang terlihat beberapa susunan ruangan terang. Biksu tadi terburu-buru menuju ke dalam dan berlari terus hingga ke ujung ruangan paling besar. Yunfei melihat jaraknya mungkin 1 Li dari pintu depan. Sesaat kemudian dia mendengar adanya sesuatu terjadi di aula utama biara ini. Terdengar suara orang meski samar-samar tetapi Yunfei tahu bahwa di dalam aula utama sudah terjadi sesuatu.
Karena penasaran, Yunfei segera memainkan kakinya untuk memijak atap rumah 1 persatu sampai ke atap ruangan aula utama. Yunfei membuka sebuah genteng dari aula utama dan melihat ke dalam, sesaat kemudian dia terkejut.
Beberapa biksu sudah tergeletak mungkin tidak bernyawa lagi di ruangan ini. Dilihat ke dalam bahwa ada beberapa orang yang berpakaian kasim. Dan Yunfei mengenal 2 orang di antara 5 orang kasim ini. Mereka adalah Kasim Chen dan kasim Liu. Lantas dia melihat ke samping kasim Liu, seorang berumur sekitar 50-an dengan wajah yang bengis. Terlihat dia hanya diam sambil memeluk tangan, di tangannya terlihat sebilah pedang panjang. Yunfei melihat sekilas dan merasa kasim ini lebih hebat dari kasim Liu dan kasim Chen dari aura yang dipancarkannya. Kemudian dia melihat ke tengah aula, di sana berdiri seorang biksu berumur 50-an sambil merangkap tangan. Di samping Biksu ini puluhan orang biksu sedang mengambil sikap bertahan dengan tongkat besar di tangan masing-masing.

"Jika tidak mengeluarkan kitab Yi Jinjing dan 72 gerakan silat utama Shaolin, maka semua orang disini harus mati." tutur Kasim yang berada di samping kasim Chen.

"Kedua kitab adalah harta biara Shaolin. Mohon maaf kami tidak bisa menyerahkannya." tutur biksu di tengah.

"Lei Wu Dashi (Guru besar Lei Wu), tidak ada gunanya mempertahankan ilmu silat itu jika kalian itu semua mati. Cepat lambat, kalian akan mati semua. Bedanya adalah jika sekarang diserahkan, maka nyawa kalian para biksu yang berjumlah 500 orang akan selamat. Apakah kita tidak bisa mencarinya di dalam? Serahkan saja, Jika tidak...." tutur Kasim ini dengan aura membunuh yang kuat.

Biksu di sekitaran merasa marah, lima orang bergerak untuk menghantamkan tongkat mereka ke kasim yang berbicara ini. Tetapi sebelum tongkat bisa menyentuhnya, semua tongkat telah patah dua dan leher kelima biksu telah timbul goresan. Darah mengucur deras dan kelimanya mati dalam sekali gebrakan. Lei Wu dashi terkejut, dia membaca doa sekali.
"Amitofo...."

Ketika biksu yang lain hendak maju, lantas mereka dihalangi suara orang di dalam kuil yang tiba-tiba keluar dari samping dan berkata.
"Hentikan pertarungan!"
Orang yang keluar ini berumur sekitar 30an. Selain bertutur pelan, tangannya mengangkat ke arah Yunfei yang mengintip.

Yunfei yang melihat kejadian di bawah sebenarnya sangat marah. Ingin sekali dia turun untuk menghajar para kasim-kasim ini. Tetapi dilihatnya bahwa dia mendapat kode dari Biksu yang baru keluar, dia mengurungkan niatnya.

Sesaat semua biksu dan kasim tidak bergerak. Semuanya melihat ke arah biksu yang keluar.
"Jika kalian menghendaki ilmu silat disini. Bawalah pergi beberapa buku yang dikehendaki."

Biksu-biksu terkejut mendengar pernyataan biksu yang baru muncul.
"Tetapi...." Lei Wu juga terbengong mendengar penuturan biksu tersebut.

"Yang disini apakah Dayi Daoxin Dashi?" tanya Kasim Liu.

"Benar sekali. Tuan tunggulah barang sebentar." tuturnya menjawab kasim Liu. Lantas memerintahkan 2 orang biksu untuk ke perpustakaan dan mengambil 5 jilid buku tersebut. Hanya berselang beberapa saat, keduanya sudah keluar memberikan buku ini kepada Dayi Daoxin.

Lantas biksu ini memberikan kelima jilid kitab kepada kasim Liu. Mereka berlima agak keheranan melihat sikap Dayi Daoxin yang langsung memberikan kitab-kitab.
Kasim di sebelah yang berumur 50-an ini menunjuk ke Dayi Daoxin,
"Jika ketahuan ini adalah kitab palsu, Shaolin akan hilang dari dunia persilatan."

Liu yang melihat kelima jilid buku ini melihat beberapa lembar. Yi Jinjing terdiri dari 2 buku sedangkan 72 jurus shaolin terdiri dari 3 buku.
"Kasim Wu.. Benar ini adalah kitab buku silat."

Wu tertawa besar mendengar kata-kata Kasim Liu. Lantas dia perintahkan untuk segera meninggalkan kuil Shaolin. Sampai di luar aula, Kasim Wu memerintahkan Liu dan Chen untuk membawa kitab-kitab ke arah barat, ke Ibukota. Sedangkan dirinya bersama 2 kasim lainnya akan membawa 3.000 pasukan ke arah utara.

"Yang bisa menghalangi kita sekarang hanya seorang Li Xuanba, tetapi dia berada di utara. Sedangkan di timur, Li Mi sedang menyerang ke utara. Aku akan menjaga kalian berdua dari serangan gelap dari utara. " Lantas Kasim Wu memerintahkan 500 pasukan untuk ikut mengawal kasim Chen dan Liu berdua. Sedangkan dia membawa 2.500 pasukan menahan gempuran pasukan tiba-tiba dari utara.
Sepanjang daerah barat gunung Song adalah Luoyang dan Chang-an. Kedua kota besar ini adalah kota yang dimiliki oleh Dinasti Sui. Jadi arah barat dari gunung Song adalah daerah yang aman.

Sepeninggalnya para kasim keluar dari Kuil, Lei Wu Dashi segera memerintahkan biksu-biksu untuk membawa jasad-jasad biksu yang tadi dibunuh oleh Kasim untuk disembahyangkan dan di baca doa.

Yunfei yang masih berada di atas atap segera turun ke bawah.
Biksu kecil tadi yang membukakan pintu untuknya segera berteriak.
"Kau!!"

Di tengah biksu Leiwu segera terkejut, dia tidak menyangka bahwa ada orang yang mengintip di atas atap. Tetapi biksu di sebelah, Dayi Daoxin tersenyum menjumpai Yunfei. Yunfei segera maju ke dalam, memberi hormat kepada kedua guru besar. Dayi Daoxin berkata kepada Yunfei,
"Tadi aku memberikan isyarat kepada Tuan, ternyata tuan juga tahu."

Yunfei meminta maaf bahwa dia memang tidak berniat mendengar percakapan dan melihat semua hal yang terjadi di Shaolin. Tetapi dia hendak menjumpai kepala biara untuk sesuatu hal.

Dayi Daoxin segera berkata.
"Mari tuan, ke dalam terlebih dahulu.."

Yunfei mengiyakan dan mengikuti Dayi Daoxin ke dalam kuil. Di sebuah ruangan pertemuan, dia mempersilakan Yunfei duduk.
"Anda adalah pewaris Beiji Shengong..."

Yunfei segera memberi hormat lalu mengeluarkan plakat dan surat dari Kakek Feng kepada Guru besar ini.
Guru besar yang melihat plakat, lantas tersenyum dan dia membuka surat dan membacanya. Sesaat kemudian dia mengangguk-angguk.

"Dahulu leluhur kami, Damo Zhusi dengan leluhur Tuan adalah sahabat karib. Setelah keduanya tiada, tetapi Damo Zhusi dulunya pernah menitipin pesan turun temurun kepada kami untuk membantu semua kebutuhan dan keperluan dari keluarga dan keturunan Feng Zhiyan. Membaca surat dari Tuan Feng yang merupakan buyutmu. Aku akan berusaha semaksimal mungkin." tutur Dayi Daoxin.

Yunfei tercengang mendengar perkataan Dayi Daoxin, dia hendak membantah tetapi sang kakek pernah mengatakan kepadanya bahwa dia bermarga Feng. Merasa kurang enak, lantas dia berkata.
"Guru besar, untuk kitab tadi hendaknya izinkan wanbei untuk pergi mengambilnya kembali."

Dayi Daoxin tertawa lantas dia mengangguk-angguk. Yunfei tahu maksud orang bahwa jika dia pertahankan kitab ini di biara, maka besok lusanya yang datang adalah ribuan bahkan puluhan ribu pasukan kerajaan yang sanggup meratakan Biara Shaolin.
"Jika tidak ada tuan. Mungkin dirikulah yang pergi mengambilnya kembali..." tutur Dayi Daoxin.

"Tidak perlu merepotkan guru besar. Biarlah wanbei pergi dan kembali dengan 5 jilid buku itu." tutur Yunfei tersenyum. Lantas dia mohon pamit.

Begitu dia keluar dari biara Shaolin. Kudanya sudah menunggunya disana.
Yunfei tertawa, sambil menaiki kuda dia bertanya.
"Apakah kamu tahu siapa dan dimana yang membawa kitab-kitab itu?"

Kuda meringkik pelan sekali, lantas si kuda memacu dirinya cepat turun gunung. Kuda menurun melalui arah selatan dan memutar ke barat laut. Meski keadaan masih malam dan gelap gulita. Kuda ini sanggup berjalan kencang dan Yunfei yang berada di atas malah terasa nyaman. Dengan berbekal pakaian dari Kakek Feng, Yunfei menutup kepalanya dengan kain hitam. Baju yang dia pakai sekarang berwarna biru agak gelap. Dipikirnya sudah cocok untuk menjadi seorang pencuri kitab.

Begitu sampai di belokan lembah, kuda sudah berhenti. Yunfei segera turun dari kuda, dilihatnya sekitar ini adalah jalanan lembah selebar 10 kaki, dimana kiri dan kanan terdapat sungai kecil. Jalan ini sangat cocok utk mencegat pasukan Kasim Liu dan Chen.
Kuda yang dibawa oleh Yunfei adalah kuda yang sangat cerdas, setelah Yunfei turun terlihat si kuda berjalan perlahan ke arah selatan. Yunfei tertawa melihat "teman" seperjalanan ini yang sangat mengerti dirinya.

Menunggu sekitar 20 menit, Yunfei sudah mendengar adanya suara derap kuda dan pasukan yang ramai. Pendengaran Yunfei sekarang jauh lebih tajam dari dirinya yang dulu seiring meningkatnya kemampuan tenaga dalam, suara jarak 10 Li di malam hari demikian sudah dapat di dengarnya jelas.

Tak lama kemudian, Kasim Chen dan Liu sudah masuk ke lembah. Mereka berdua melihat adanya orang berdiri disana memakai penutup kepala. Keduanya segera turun dari kuda.
Kasim Chen maju sambil menunjuk.
"Siapakah gerangan berani mencegat disini?"

Yunfei hanya terdiam tidak berkata apa-apa. Di tangan kirinya dia memakai pedang bambu-nya kakek Feng.
"Berani mencegat pasukan kerajaan, hukumannya mati!" teriak kasim Chen membahana.

Yunfei lantas maju 10 langkah ke depan, dia berkata.
"Kakekmu pengkoleksi ilmu silat sakti di dunia. Mendengar bahwa ada orang lelaki setengah tadi menyantroni Shaolin tentu kakekmu sangat semangat."

Yunfei pertama-tama takut ketahuan suaranya karena Kasim Chen harusnya mengenalnya, begitupula kasim Liu.
Tetapi ketika dia bersuara, suaranya sangat berat. Dia berterima kasih kepada Kakek Feng karena menyiapkan penutup kepala yang bisa mengubah suaranya menjadi terdengar sangat berat.

"Cari mati dengan kemampuanmu yang begitu!" Kasim Chen tertawa bersama kasim Liu. Karena keduanya melihat pencegat hanya sendiri. Lagian orang ini bukanlah Li Xuanba yang sangat tangguh itu. Melihat senjata di tangan lawan, mereka tertawa sekali lagi.

"Untuk apa kau curi kitab-kitab itu coba saya tanya." tutur kasim Chen.

"Tentu kakekmu hendak membawanya ke rumah bordil supaya bisa kupamerkan ke semua puluhan gadis disana. Oya, saya lupa kalian tidak bernafsu dengan para wanita-wanita disana." tutur Yunfei.
Dia berpikir bahwa jika menyamar seseorang harus menyamar sampai orang tidak mengenalinya termasuk sifatnya.

Kasim Chen murka seketika, lantas dia cabut pedang di tangannya. Dengan teriakan melengking dia maju ke muka.
"Terlalu menghina orang!!!" Chen menusuk ke muka Yunfei dengan ilmu pedangnya yang dahsyat.
Yunfei sudah siap, segera dia putar bambu di tangannya sekali. Lantas putaran bambu sudah menggaet pedang milik kasim Chen. Chen sangat terkejut akan kemampuan lawannya di depan, lantas dia mengganti jurus tusukan itu ke membacok, tetapi sebelumnya dia tarik kembali pedang yang sempat di gulung bambu lawan.

Yunfei merasa kemampuan kasim Chen tidak jauh beda dengan ketika bertarung dengannya 2 tahun lalu. Sedangkan kemampuannya sudah sangat mumpuni untuk melawan kasim-kasim yang dulunya dia tidak sanggup menandingi.
"Kekejaman para kasim sudah melewati batas. Jika tidak dibunuh hari ini, tentu akan membawa masalah bagi rakyat yang tidak berdosa itu." pikir Yunfei. Mereka menyantroni dan membunuh biksu-biksu untuk mencari kitab pusaka milik orang lain. Lantas karena pikiran begini, Yunfei tidak ingin mengampuni kedua kasim ini.

Bacokan kasim Chen langsung mengarah ke kepala Yunfei. Yunfei yang sudah tidak ingin berbelas kasih, kemudian mengumpulkan Beiji Shengong tingkat ke 8 melalui tangan kirinya. Pedang selisih sejengkal dengan telapak Yunfei, dan sudah berhenti. Kekuatan pedang dan tenaga dalam kasim Chen tidak sanggup menembus kekuatan tenaga dalam Beiji Shengong. Lantas dengan bambu di tangan, Yunfei arahkan energi jari yang dilatihnya di Desa misteri menusuk ke ulu hati Kasim Chen. Sekali gerak, energi dari ujung bambu ini hendak ditahan oleh kasim Chen dengan telapak tetapi dia terlambat. Energi pedang bambu langsung menembus ke ulu hati Kasim Chen tanpa bambu itu menyentuh dirinya. Dia terpental jatuh ke arah kasim Liu dan tewas seketika.

Kasim Liu kaget melihat kemampuan lawan di depannya. Lantas dengan marah, dia angkat pedang untuk bertarung mati-matian dengan Yunfei. Sekali lagi Yunfei bergerak dengan Ilmu jari, kali ini dia memakai tangan kirinya, telunjuk serta jari tengah dia tunjuk ke depan. Energi Beiji Shengong tingkat 8 keluar dari kedua jari dan tajam-nya minta ampun mengarah ke kasim Liu.
Energi kali ini jauh lebih kuat daripada yang dia keluarkan ketika energi jarinya menghantam pohon bambu sewaktu berlatih di desa Misteri.
Kasim Liu yang melihat gelagat jelek segera memutar pedang kencang membentuk lingkaran penuh. Tetapi ketika energi Yunfei bertemu putaran pedang, suara tranggg keras terdengar dan pedang milik Liu patah menjadi 7 sampai 8 bagian. Bahkan 2 bagian dari pedang ini menggores kiri dan kanan pipi Liu.

Yunfei segera maju, dia arahkan pedang bambu ke tenggorokan lawan dengan membawa tenaga dalam Beiji Shengong tingkat ke 8. Kasim Liu lebih sakti daripada kasim Chen. Melihat bahaya, dia menahan dengan telapak. Seluruh tenaga dia arahkan ke telapak tangannya untuk menahan pedang bambu ini. Begitu terbentur sebentar, bambu langsung bergerak mengincar ulu hatinya. Yunfei menggunakan ilmu pedang kakek Feng untuk menghajar kasim Liu. Melihat pedang bambu sudah membelok ke ulu hati, kasim Liu mundur sambil menyabet pedang bambu dengan tangannya. Namun bagusnya ilmu pedang Yunfei tiada bandingan sekarang, sebelum mengenai bambu di depan ulu hatinya, bambu ini kembali berbelok mengincar tenggorokan Liu. Pukulan sabetan dari tangan Liu menghantam tempat kosong karena jurus lawan sudah berubah cepat.
Sejauh ini, Liu sudah bergerak mundur 10 langkah ke belakang dari tadi untuk menghindari tusukan pedang bambu lawan yang hanya bergerak mengincar tenggorokan dan ulu hatinya terus menerus.

Terdengar Liu sempat berteriak.
"Ilmu pedang menyambut surgawi!" tetapi seiring suaranya berakhir. Pedang bambu itu telah menusuk ke ulu hatinya tanpa dia bisa bergerak bertahan lagi. Perubahan Ilmu pedang Yunfei sudah sangat luar biasa, dia sendiri bahkan tidak mengira bahwa lawan di depannya "begitu lemah". Setiap dirinya berubah jurus, tusukan pedangnya makin cepat sekali. Total dia mengubah 5 kali jurus dan makin lama makin tajam dan cepat. Tadinya dia hanya mencoba dengan mengincar 2 titik mati dari Kasim Liu, yaitu tenggorokan dan ulu hati. Jika dipikirnya kasim Liu sanggup bertahan maka barulah dikeluarkan Ilmu pedang tingkat selanjutnya. Tetapi ternyata Ilmu pedang miliknya sudah berhenti karena telah menumbangkan musuh. Perkembangan kemampuan berlatih 1.5 tahun di Desa misteri ternyata membawanya menuju kemampuan pendekar pedang yang terbaik. Kedua kasim yang merupakan pesilat kelas 1 sangat gampang dia selesaikan di malam ini.

Melihat bahwa kedua kasim telah tewas, Pasukan kasim yang berjumlah 500 orang ini terlihat diam di tempat. Kesemuanya tidak berani maju. Mereka tahu bahwa kedua kasim adalah pendekar kelas 1, tetapi keduanya bahkan tidak membuat Yunfei berkeringat sedikitpun.

Lantas Yunfei berkata kepada mereka.
"Pulanglah kalian ke rumah masing-masing. Tidak usah kalian ikuti lagi kasim-kasim pengkhianat negara dan perampas rakyat sendiri. Atau jika ada kesempatan, carilah orang yang tahu menghargai dan mencintai rakyat seperti mencintai dirinya sendiri."

Tetapi beberapa ratus orang ini, sebagian memang pulang dan cabut. Sebagian lagi berdiri tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Yunfei sekali lagi membentak mereka semua, meski pasukan ini pemberani tetapi keder dan takut juga melihat pembawaan pria ini yang terlampau kuat untuk mereka. Yunfei berjalan ke samping dan melihat di kotak terdapat 5 jilid buku yang tadi dipaksa ambil di Shaolin. Yunfei mengambilnya, seketika dia mainkan kakinya langsung ke arah selatan.
Pasukan yang masih tersisa itu bengong melihat lawan yang begitu beranjak 3 gerakan saja sudah hilang ditelan gelapnya malam.

Yunfei memang menuju ke selatan. Begitu melewati daerah lembah gunung Song ini sejauh 2 li, dia menemukan kudanya sedang makan rumput. Sambil tertawa, dia mendekati sang kuda.
"Ayok saudara. Kita naik gunung Shaolin kembali dengan mengambil jalur timur dan memutar."

Kuda ini segera meringkik pelan, bergerak kencang ke arah timur. Dalam waktu tidak sampai 2 jam sejak dia pergi tadi, Yunfei sudah kembali ke Biara Shaolin. Dia tidak masuk dari pintu utama, tetapi dari hutan dia turun ke samping biara. Lalu bergerak ke arah ruangan tamu. Yunfei terkejut melihat bahwa Daoxin Dashi sudah menunggunya. Lantas Yunfei memberikan kelima jilid buku itu kepadanya.
Sambil memberi hormat dengan merangkap tangan. Daoxin Dashi berterima kasih kepada Yunfei.
"Terima kasih kepada Tuan atas usahanya sehingga kitab-kitab ini tidak jatuh di tangan orang yang sesat."

Yunfei merangkap tangannya membungkuk perlahan ke Daoxin Dashi. Ia berkata.
"Mengenai kejadian malam ini, hendaknya memang ke 5 buku ini tidak disimpan sementara di perpustakaan terlebih dahulu."

Daoxin Dashi mengiyakan perkataan Yunfei. Lantas dia letakkan di meja tengah kelima buku ini. Kemudian dia menjelaskan.
"Tuan Feng memiliki jasa terhadap Shaolin. Kami tentunya sangat berterima-kasih. Dahulu Damo Zhusi menginginkan kami sebagai penerus untuk membantu keturunan langsung dari Tuan Feng Zhiyan. Tuan adalah penerus dari beliau dan menguasai 8 tingkatan Beiji Shengong."
Bertutur sampai disini, Yunfei terkejut.
"Bagaimana Dashi bisa tahu?"

Daoxin Dashi tertawa, dia berkata.
"Beiji Shengong adalah ilmu silat yang sangat susah digapai, beruntung Diriku berhasil melatihnya hingga tingkat 9."
Yunfei terbengong mendengar perkataan Daoxin Dashi. Lantas Daoxin Dashi melanjutkan.
"Sebelum diriku menjadi Biksu, Diriku pernah bertapa 10 tahun di timur. Guru yang berbudi mengajarkan 9 tingkatan Beiji Shengong. Tingkatan 9 Beiji Shengong tidak bisa dipelajari sendiri, tetap harus ada seseorang yang membantu di samping. Sepertinya hari ini, diriku akan membantu anda."

Yunfei kegirangan. Dia berterima kasih kepada Daoxin Dashi dan merasa terharu akan kebaikan kakek dan nenek Feng yang mengatur sedemikian rupa. Lantas dirinya merasa tidak begitu enak hati karena "menyamar" menjadi orang bermarga Feng yang merupakan keturunan langsung dari Feng Zhiyan. Tetapi karena pesan sang kakek, dia hanya mengikuti saran bahwa dirinya adalah penerus dari Feng Zhiyan.
Daoxin Dashi melanjutkan.
"Tingkat ke 9 dari Beiji Shengong adalah lain daripada lain. Jika Tuan tidak dan belum mencapainya tentu tidak pernah tahu. Tingkat pertama hingga tingkat ke 7 adalah pengajaran penyaluran tenaga dalam untuk memproteksi diri. Di tingkat ke 8 barulah ada serangan yang berbentuk. Di tingkat ke 9, ilmu ini mengajarkan untuk membalikkan nadi, membalikkan 5 organ utama serta 7 nadi besar dan ratusan nadi kecil. 5 organ utama adalah Dantian makro di kepala, Dantian mikro di pusar, Jantung, Hati, dan Paru-paru. Sedangkan 7 nadi besar adalah yang berpusat dari jantung dan ratusan nadi kecil itu semuanya wajib dibalikkan."

Yunfei mengerti perkataan Daoxin Dashi. Lanjutnya,
"Jika tidak terproteksi 7 tingkat tenaga Beiji Shengong yang memproteksi diri dengan sempurna maka mustahil tingkat 9 bisa dicapai. Sangat mustahil sekali...."

Yunfei meminta pengajaran cara membalikkan nadi kepada Daoxin Dashi. Daoxin Dashi bergembira mengiyakan.
"Dahulu guru yang berbudi adalah Taiyi Zhenren di timur perbatasan Goryeo, mengajarkanku dalam 1 malam. Hasil yang kudapatkan sangat baik. Jadi malam ini, diriku akan mengajarkan cara membalikkan nadi. Selanjutnya adalah lihat bagaimana jodoh tuan dengan ilmu silat ini."

Yunfei segera diminta oleh Daoxin Dashi bermeditasi mengerahkan 7 tingkatan Beiji Shengong. Lantas guru besar ini menotok beberapa titik darah dan nadi utama Yunfei. Hanya sekejap beberapa saat saja, Yunfei merasa arus energi miliknya memuncak. Penggeseran dan pembalikkan nadi yang dilakukannya sangat lancar.
Sebagai referensi, jika seorang pesilat mencoba memunahkan kungfu dan tenaga dalam dirinya, memang mereka membalikkan aliran darah dan menyerang diri sendiri sehingga ilmunya punah.

Tetapi dengan bantuan Daoxin Dashi dan keuletan ilmu kungfu Beiji Shengong Yunfei serta tenaga dalamnya yang sangat tinggi ini maka dalam 2 jam kemudian, seluruh aliran darah yang dibalikkan itu sudah berjalan normal kembali. Yunfei berdiri dan merasakan bahwa dantian di kepala, di pusar dan 3 organ utamanya mengandung energi yang sangat kuat dan padat. Belum pernah dirinya mengalami hal demikian. Energi miliknya menggelora tanpa terputus menyelimuti dirinya. Perlahan kemudian dia menarik nafas dan menyebarkan energinya ke semua nadi kecil. Di waktu 2 jam ini, Yunfei sudah berhasil meyakini tingkat 9 Beiji Shengong.
Dia berterima kasih kepada Daoxin Dashi, sambil berlutut dia menyembahnya. Daoxin dashi mempersilakan dirinya duduk kembali sambil tersenyum.

Lantas Daoxin dashi memberikan sebuah kertas, dia berkata.
"Dahulu leluhur Feng Zhiyan menitip ini di kuil Shaolin. Ini adalah kata-kata yang tertinggal di gunung Sanqing."

Yunfei menerimanya dan membaca beberapa huruf. Huruf ini tertulis agak serampangan. Seperti:
Berkah, menyebar, berdekatan, mengubah, menyatukan dll. Total huruf mungkin sebanyak 30 aksara. Sesaat Yunfei belum begitu mengerti maksud kata-kata di kertas ini.

"Tempat tinggal Leluhur Feng di arah utara di Hancheng. Sebisanya tuan ada waktu sesekali berjalan ke sana untuk melihat rumah leluhur Tuan..." Tutur Daoxin Dashi.

Yunfei mengiyakan serta memberi hormat dalam kepada guru besar dari kuil Shaolin ini. Lantas dia mohon izin untuk pamit. Daoxin Dashi memberi hormat balik kepadanya.
Xue Yunfei tergirang karena perjalanan kali ini ke Shaolin sungguh membawa manfaat yang banyak baginya. Dia tidak tahu bagaimana sebenarnya ilmu tingkat ke 9 dari Beiji Shengong. Perlahan-lahan nantinya dia baru berpikir dan jika ada waktu senggang barulah dilatih kembali ilmu tersebut. Hanya saja dia merasa tenaga dalamnya sudah naik lagi 1 tingkat, semangatnya sekarang malah makin-makin kuat.
Seketikanya dipikir bahwa ada sesuatu hal yang perlu dilakukannya, lantas dia bergerak menuju ke barat.

Matahari sudah terbit dari ufuk timur ketika Yunfei kembali melakukan perjalanan. Tujuannya kali ini adalah Chang-an, ibukota kerajaan dari sejak zaman dinasti tua, dinasti qin, han sampai sekarang Chang-an adalah ibukota yang paling sering ditempati kaisar di setiap dinasti China. Di tengah jalan dia bertanya kepada orang sekitaran,
"Letak Chang-an masih sekitar seribu li di barat. Kota besar Luoyang hanya sekitaran 40 Li saja ke arah barat"

Yunfei girang. Dipikirnya paling baik beristirahat dulu di Luoyang, barulah menuju ke Chang-an. Tengah hari, dia sudah mendekati kota Luoyang. Keamanan kota dilihatnya dari jauh cukup ketat, pemeriksaan terlihat dimana-mana. Yunfei yang tidak mau mengundang rasa curiga, membiarkan kudanya di selatan dari kota untuk mencari rumput. Pedang bambu-nya dia tancapkan ke bambu-bambu yang tumbuh diluar kota Luoyang. Sekilas dia melihat tiada perbedaannya dengan bambu-bambu yang tumbuh tersebut. Sedangkan bungkusannya sengaja dia letakkan tetap di kuda kecuali baju hitamnya yang dia pakai, baju hitam pemberian nenek ini sangat khusus, karena bisa dipakai depan belakang. Depan berwarna hitam dan belakang berwarna biru. Sesaat Yunfei merasa pengaturan nenek juga sangat luar biasa tepat. Sedangkan kain hitam yang menutup mukanya bisa di masukkan ke dalam baju yang terlihat 1 set. Yunfei hanya mengambil buku dari kakek Feng dan kertas yang diterima dari Daoxin Dashi di bajunya. Lantas dia berjalan masuk ke dalam kota.

Yunfei mengantri memasuki kota. Ketika penjaga melihatnya, dia memeriksa baju Yunfei, dan mendapati kertas dan buku. Penjaga menanyainya apa yang dibawanya, Yunfei menjawab hanya kertas dan buku belajar sajak. Penjaga yang membaca beberapa kalimat lantas memberikannya kepada Yunfei.

Luoyang adalah kota raja terdahulu, pernah menjadi ibukota Han timur. Ramai kota ini sungguh terasa, masyarakat banyak yang melakukan jual beli. Beberapa restoran mahal, hotel mahal terlihat disini sangat megah. Populasi kota Luoyang dan sekitarnya mungkin ada jutaan orang. Atraksi-atraksi disini juga sangat ramai, ada yang menjual obat, menjual kungfu, menjual hampir semua barang yang ada. Yunfei yang sudah lapar, mencari kedai mie kecil. Lantas makan dengan lahap 3 mangkok mie sapi. Sesaat kemudian terdengar beberapa orang juga duduk di kedai ini. Yunfei mencuri dengar suara orang-orang yang menceritakan tentang kasim Chen dan kasim Liu telah tewas di tangan orang tidak dikenal. Orang ini pergi ke selatan setelah mencuri kitab-kitab biara Shaolin dari tangan para kasim. Banyak yang memuji tindakan pemuda ini karena tiada seorang masyarakat awam yang senang dengan kasim-kasim. Yunfei merasa bahwa tindakan semalam dia menghabisi kawanan penyamun berjubah kasim ini adalah benar dan tepat.

Beberapa orang menceritakan kekejaman kasim, yang dimana anggota keluarganya dibunuh hanya karena masalah sepele ketika menentang para kasim istana.
Yunfei mendengar cerita-cerita orang banyak yang menjelekkan Kaisar Sui, Yang Guang. Dan kabar pemberontakan Li Yuan juga telah tersebar di kota ini. Tiada orang yang tidak emosi ketika mendengar kekejaman rezim Sui, Yang Guang.

Selesai memakan makanan di meja, Yunfei pergi mencari makanan kuda dan kain panjang berwarna putih. Lantas dibelinya 1 bungkus pakan dan mengarah ke selatan kota. Yunfei mengambil kembali pedang bambu dan dililitkan dengan kain putih yang dibelinya. Makanan kuda yang dia beli itu diberikan kepada kudanya. Sesaat kemudian dia berangkat menuju Chang-an.

"Saudara kuda.. Jarak ke Chang-an masih sekitar 800 Li... Hari ini kita tempuh 1/2 dahulu..."

Sang kuda seperti tahu maksud Yunfei, meringkik sekali. Kuda ini bergerak seperti anak panah lepas dari busur. Tujuannya adalah barat. Begitu matahari tenggelam di sebelah barat. Mereka mendekati kota Sanmenxia. Yunfei melihat masih ramai orang-orang menuju ke ibukota. Sanmenxia adalah perberhentian sebelum masuk ke Ibukota, kota ini sangat ramai orang-orang. Banyak dari pedagang yang ingin mencoba rezeki baru disana, beberapa adalah pejabat serta pelancong yang ingin naik gunung Hua. Tidak ada kepanikan tanda-tanda adanya pemberontakan disini. Yunfei yang telah sampai sebuah penginapan, bersalin pakaian dan mencari makanan sekedarnya dan arak.
Pembicaraan di Sanmenxia tidak seperti di Luoyang, orang-orang agak takut sebab dekat kotaraja otomatis banyak pejabat kerajaan Sui disini. Yunfei yang duduk di meja tengah menikmati daharan sekedarnya, apa-apa yang diucapkan orang sekitar di dengar olehnya. Kemudian dia merasa tertarik pembicaraan orang-orang di meja ujung. Terlihat ada 3 orang disana dan ketiganya adalah wanita, ngobrol sambil berbisik lirih namun Yunfei bisa mendengar pembicaraan mereka.

"Nyonya masih berada di dalam kota Chang-an. Besok pagi-pagi kita berangkat, kita berhutang pada nyonya. Jika bisa mati untuknya, kita bertiga rela melakukannya."

"Nanti kita bertiga menyamar nyonya di Chang-an besok malam. Masing-masing keluar dari salah 1 pintu kota. Sedangkan nyonya kita atur keluar dari selatan."

"Pejabat Sui pasti mengira nyonya akan ke utara bergabung dengan pasukan Tuan..."

Beberapa kata selanjutnya di dengar dengan sangat jelas oleh Yunfei. Yunfei melihat sekitaran, suara masih termasuk ribut di rumah makan. Dilihatnya rupa orang-orang di sana, tiada 1 pun sanggup mendengar kata-kata ketiga orang nona di ujung meja sana. Melihat sekilas ke arah nona-nona, Yunfei merasa ketiganya adalah pendekar wanita yang sangat setia. Dia merasa sayang jika mereka tertangkap, ketiganya sudah rela memberikan nyawa mereka kepada Nyonya. Tentu saja Yunfei tahu siapa yang dimaksud Nyonya mereka ini.

Lantas dia naik ke atas kamar dan memantau ketiganya. Kebetulan memang ketiganya menginap di penginapan tersebut. Yunfei beristirahat dengan tenang dan ketika pagi buta telah tiba. Dia telah bersiap-siap. Ketiga nona juga berangkat saat pagi buta. Yunfei yang membiarkan kudanya sendiri mencari makan, lantas berjalan ke luar kota Sanmenxia, kuda ini sudah bersiap menunggu kedatangan Yunfei. Yunfei merasa senang karena sang kuda sepertinya sangat mengerti dirinya dan jadwalnya. Ketiga nona berangkat ke arah barat, Yunfei meminta kuda ini berjalan perlahan saja untuk mengikuti mereka bertiga.
Yunfei berpikir cocok sekali sebab meski di Chang-an, dia tidak tahu kemana Li Xiaoping (Nona besar) tinggal dan bersembunyi sekarang. Sekarang ketiga nona ini tentu tahu dimana tempat Li Xiaoping bersembunyi.

Perjalanan cepat ketiga nona memakan waktu yang cukup lama sebab kuda mereka tidak seulet kuda yang dinaiki Yunfei. Bahkan kadang-kadang Yunfei malah harus beristirahat sebentar karena kuda miliknya terlalu cepat. Lewat tengah hari, tiba-tiba hujan deras mendera lembah gunung Hua Shan. Yunfei yang berjalan terus akhirnya melewati ketiga nona yang berteduh di sebuah warung kecil. Lantas mengambil tempat yang seperti sebuah gubuk kecil, Yunfei berteduh. Dia tidak ingin duluan sampai ke Chang-an karena harus mengikuti ketiga nona.

Hujan kali ini sangat luar biasa derasnya, halilintar menyambar-nyambar dan hembusan angin sangatlah kuat. Yunfei kebasahan di kepala, tetapi tidak dengan bajunya. Sekali lagi dia memuji Nenek Feng yang bahkan sudah menyiapkan baju yang tahan terhadap air hujan. Sejak hujan tadi, Yunfei sudah memasukkan bungkusan ke dalam bajunya dan bungkusan miliknya tetap kering sekarang. Menunggu hujan selesai, Yunfei tiada kerjaan.
Dia mengamati ke arah Gunung Hua yang termashyur itu. Sekilas dari jauh dilihat angin menyambar hebat ke beberapa bambu yang agak jauh. Bambu-bambu itu yang terhempas kuat kemudian balik ke posisi awal, begitu angin keras menerpa kelihatan bahwa bambu akan patah. Tetapi, bambu kembali balik ke posisi semula dan terus menerus terjadi. Melihat belasan kali, Yunfei tiba-tiba tersadar sesuatu, sesuatu yang menurut-nya sangat penting. Beberapa saat lalu dia mendapat ilmu Beiji Shengong tingkat ke 9, tetapi penggunaannya dia tidak begitu tahu. Setelah melihat dengan seksama bambu yang di bawah gunung Hua, sesaat dirinya mendapatkan pencerahan.

Selang 2 jam kemudian, hujan sudah reda angin sudah tiada berhembus. Sambil tersenyum, Yunfei melihat ke arah kudanya.
"Bagaimana hujan lebat ini? Sudah membuat waktu kita terpotong banyak..." tutur Yunfei.
Justru waktu ini, ketiga nona juga melanjutkan perjalanan. Ketika Yunfei melihat ketiganya sambil tersenyum, ketiganya hanya melototi Yunfei. Ketiganya berpikir bahwa Yunfei menegur mereka, Yunfei seketika tertawa karena nona-nona ini salah paham terhadapnya. Wajar saja dia berpikir karena mana ada yang ngobrol seperti halnya dia dengan seekor kuda namun Yunfei tidak begitu mempedulikan pandangan ketiga nona terhadapnya. Di dalam hati, dia berpikir.
"Ketiga nona ini tidak akan mati..."

Lalu dia berkuda pelan mengikuti ketiga nona masuk ke kota Chang-an. Seperti semalam di Luoyang, dia juga menambatkan pedang bambu yang memang agak norak menurutnya. Jika ada pasukan yang kebetulan tahu bahwa kedua kasim dibunuh dengan pedang bambu, menceritakan ke kasim lain ibukota maka keadaan akan berabe karena dirinya yang masuk ke kota pasti akan dicegat dan diburu. Ketika masuk ke kota Chang-an, Yunfei hanya berjalan. Dia berpesan sesuatu ke sang kuda yang diyakini oleh Yunfei mengerti pesan-pesannya. Dia mengikuti ketiga nona ini hingga sampai di sebuah rumah tua, Yunfei tersenyum ketika mendengar suara samar-samar Li Xiaoping yang memang bertempat tinggal disini. Lantas dia tinggalkan tempat dan menuju ke kota-raja. Setelah mengetahui bagaimana susunan kota raja dan istana, penjagaan dan segala-galanya dari luar istana, dia pergi ke tukang senjata.
Membeli sebilah pedang yang biasa saja, dia mengikat pedang di pinggang kirinya.
Setelah semua dipikirnya selesai, dia memilih salah satu warung makan yang dekat dengan rumah tua yang di tempati oleh Li Xiaoping. Lantas memesan seguci arak kecil dan mie sapi. Waktu itu sudah mendekati malam, samar-samar di dengar di rumah tua beberapa suara yang agak lirih. Yunfei mendengar suara diskusi mereka bertiga dengan beberapa orang di dalam rumah. Strategi yang mereka susun persis dengan yang di ceritakan semalam oleh ketiga nona. Meski jarak di dalam rumah dengan warung kecil cukup jauh, Yunfei yang telah mencapai tenaga dalam yang tidak bisa diukur itu tahu apa-apa saja rencana Li Xiaoping malam ini. Ketika mendengar beberapa suara, Yunfei tersenyum sendiri karena selain nona besar, nona kecil (Li Yanbing) juga ikuti kakaknya.

Ketika menjelang malam pertengahan jam 9, Kelima orang keluar rumah dari pintu belakang. Yunfei yang sudah tahu nona besar dan nona kecil akan lewat pintu selatan mengikuti keduanya dari jarak jauh sambil memakai penutup kepala. Begitu sampai di pintu selatan, kedua nona ini belum berani bergerak. Mereka menunggu kesempatan baik ketiga nona membuat keributan terlebih dahulu di pintu utara, barat dan timur. Tidak lama kemudian dan Hampir bersamaan, Yunfei mendengar pasukan penjaga yang meronda membunyikan lonceng pertanda sesuatu telah terjadi.
Yunfei yang tahu bahwa ketiga nona sedang mendobrak penjagaan setiap pintu kota, Ia langsung melesat ke arah istana.
Ketiga nona terlihat bertarung dengan para penjaga di setiap pintu keluar kota Chang-an. Beberapa lama mereka hampir dikepung oleh pasukan Kerajaan dan hanya menunggu "mati". Lantas tiba-tiba terdengar suara keras panglima penjaga kota bahwa kota raja sudah diserang. Pasukan-pasukan yang harusnya menangkap ketiga nona sebagian sudah bubar. Ketiga nona adalah pesilat di kelas 2 atau 3, melihat renggangnya penjaga langsung mereka berhasil menerobos kota dan berkumpul di selatan dengan Nona besar dan nona kecil yang telah berhasil juga keluar kota. Mereka berlima heran bahwa kenapa ada yang berani menyerang kota-raja dengan penjagaan ribuan pasukan yang terlatih dan Kasim-kasim yang merupakan pesilat kelas 1.

Sebelum terjadi kehebohan tadi, Yunfei sudah sampai di depan kota raja, Istana kerajaan. Di depan pintu kota raja terdapat 4 orang penjaga bertombak panjang. Begitu turun dari atap, Yunfei segera merobohkan keempat penjaga dengan mudah. Keempat tombak milik penjaga sudah dirampasnya, dan tentu saja pasukan yang melihat keempat penjaga pintu depan sudah roboh lantas memerintahkan dari sayap kiri dan kanan pasukan datang untuk menangkap orang yang hendak menerobos. Begitu pasukan sayap kiri dan kanan sudah terkumpul, mereka melihat di depan pintu ada seorang yang menutup kepalanya dengan kain hitam.

Yunfei mengambil sebatang tombak dan dengan tenaga yang penuh dia memutar sekali dan di lemparkan tombak ini ke tengah istana. Destinasinya adalah ruangan tengah aula kekaisaran yang jaraknya 1 Li dari pintu depan.
Kekuatan lemparan Yunfei ini persis sama kuat dengan lemparan Iblis pedang ketika dirinya dilempar di tengah sungai Huang. Tombak berbentuk panjang dan tajam tentu efeknya jauh lebih mengerikan daripada ketika dirinya yang dilempar. Tombak menembus pintu ruangan dari gedung pertama yang merupakan tempat singgah tamu kerajaan menembus terus melalui jendela dan kekuatan luncuran tombak masih sangat kuat dan tajam menghancurkan pintu ruangan aula tempat berkumpul kaisar, hasilnya tombak pas menancap di singgasana Kaisar Sui, Yang Guang.
Tetapi tentunya sang kaisar tiada berada di tempat saat sekarang. Begitu pengawal melihat efek kehebatan ilmu tombak penerobos, mereka berteriak dan memasang tanda bahwa kota raja dalam bahaya.

Yunfei sambil tertawa kemudian mengambil 1 batang tombak lagi, melakukan hal yang sama yaitu memutarkan diri dan melemparkan tombak sekuat-kuatnya ke arah singgasana kembali. Begitu tombak dilempar, tentu tiada 1 prajurit pun berniat mencoba menghalangi laju tombak yang seperti panah besar setinggi manusia yang meluncur kuat ke dalam istana.
Yang kedua kali ini efeknya menghancurkan kursi akibat ledakan tenaga dalam Yunfei yang masih kuat meski jaraknya sangat jauh. Terakhir semua 4 batang tombak sudah dilemparkan dan semuanya menancap ke singgasana Kaisar. Lantas sambil tertawa keras, Yunfei loncat ke atap dan lari ke sebelah timur beberapa saat dan berbalik ke selatan tembok kota. Pasukan-pasukan pemanah yang baru datang dari berbagai tempat segera hendak mengejarnya dan menembaknya dengan panah, tetapi tadinya pasukan yang mengejar Yunfei telah kehilangan jejaknya. Pemuda ini seperti hilang ditelan bumi.

Melihat bahwa penjagaan di pintu selatan sudah tidak ketat karena banyak pasukan menuju ke kota raja untuk melindungi Kaisar namun Yunfei tetap tidak ingin memancing lawan, dan dia juga tidak ingin pasukan peronda mengetahui dia keluar lewat pintu selatan.
Begitu sampai di dekat tembok kota. Ia bergerak cepat meloncati tembok dengan sekali hentakan kaki saja Ia sudah berada di luar tembok. Penjaga arah pintu selatan di atas tidak melihat apapun namun hanya merasakan adanya angin sebentar, ketika melihat ke arah angin mereka tidak melihat apa-apa.

Yunfei yang keluar kota melalui pintu selatan sangat bergembira karena semua kemarahan dia terhadap kaisar Sui Yang Guang dibalasnya dengan menghancurkan singgasana. Dia berjalan cepat mengejar nona besar dan nona kecil, Sampai jarak 10 Li kemudian samar-samar dia melihat 5 orang berpakaian gelap sedang berjalan perlahan di sebuah hutan kecil luar kota Chang-an. Melalui hutan kecil selatan Chang-an ini mereka memutar ke timur lantas ke utara. Yunfei naik ke atas pohon untuk mengamati ke 5 orang yang berjalan perlahan ini, dia melihat nona besar masih seperti 2 tahun yang lalu namun sudah sedikit lebih tinggi. Dilihat di sampingnya, nona kecil yang terlihat berbeda sudah. Dia sudah menjadi wanita dewasa dan terlihat lebih tinggi sejengkal dari sang kakak. Nona kecil menyiapkan 2 buah belati di tangannya untuk berjaga-jaga sedangkan nona besar membawa cambuk yang dia dapat di gua Sanqing. Tetapi di belakang punggungnya tergantung sebuah kotak kecil yang panjangnya sekitar 4 kaki, Yunfei sudah tahu bahwa inilah pedang kebajikan yang "dititip" kepadanya. Ketiga nona menyiapkan pedang di tangan untuk berjaga-jaga. Yunfei berpikir kali ini lebih baik dia merampas saja pedang kebajikan daripada harus keluar mengenali mereka. Lalu dia loncat jauh melalui pohon sekitar 1/2 Li ke timur dari tempat nona besar dan kawan-kawannya berjalan kemudian menunggu mereka.

Selang 15 menit, kelimanya sudah sampai ke daerah Yunfei menunggu. Yunfei berdiri di tengah membelakangi mereka. Jalanan yang dipilih Yunfei untuk berdiri adalah jembatan, sedangkan kiri dan kanannya terdapat rawa yang tidak dalam. Jadi jika kelima nona harus lewat mau tidak mau harus menyingkirkan Yunfei jatuh ke rawa atau meloncati dirinya.

"Tuan, tengah malam begini kenapa berada disini?" tanya Li Xiaoping.
Yunfei yang mendengar suara nona lalu berbalik melihat ke arah nona besar. Wajah Yunfei masih tertutup penutup kepala berwarna hitam. Lantas dengan memberatkan suara dia berkata sambil menunjuk.
"Ingin pergi, serahkan pedang di kotak itu.."

"Bagaimana kamu tahu bahwa kotak itu adalah pedang?"tanya Nona besar.
Yunfei tidak menjawabnya.
Ketiga nona di depan segera maju untuk menyingkirkan Yunfei dengan tangan mereka yang sudah siap dengan pedang, mereka menerjang ke jembatan. Yunfei melihat nona pertama menusukkan pedang ke arahnya, lantas dengan pelan dia majukan tangannya dan dalam sekejap saja pedang nona pertama sudah direbut oleh Yunfei. Perubahan sekejap ini membuat mereka berlima terkejut karena kali ini berjumpa dengan pendekar yang sangat tangguh. Nona kedua dan ketiga langsung mengerubutnya, keduanya meloncat tinggi untuk membacok Yunfei dengan pedang mereka. Tetapi hasilnya kali ini juga di luar dugaan mereka semua.
Sebelum pedang mendarat ke tubuh pemuda, kedua pedang juga berhasil di rebut dengan mudah oleh Yunfei. Ketiga nona sekarang berdiri di jembatan tetapi mereka tidak melihat Yunfei ada di jembatan. Sebab Yunfei sekarang sedang berada di depan nona besar. Tinggi Yunfei sekarang sudah berbeda dengan dirinya yang dulu, Yunfei sudah lebih tinggi dari nona besar tetapi hampir imbang jika dibanding nona kecil. Nona besar terkejut tidak terkira ketika melihat ke bawah kakinya karena ketiga pedang nona tadi sudah terletak di tanah dan tersusun rapi.

Nona kecil yang sedari tadi mengawasi Yunfei, merasa di sampingnya sekarang tambah seorang. Lantas segera dia hendak mencabut belati di tangan kanannya, tetapi baru saja dia menarik sedikit belati dengan tangannya kemudian di dorong kembali oleh sebuah tenaga tangan pemuda, belati yang tercabut setengah itu kemudian masuk kembali ke sarung. Lantas tangan lainnya hendak mencabut belati, tetapi kali ini dia mengalami masalah yang sama. Belati yang baru tercabut, sudah tersimpan balik di sarung. Nona kecil merasa sangat heran, lantas mengangkat tangan untuk menghantam punggung pemuda. Begitu seharusnya tangannya sampai ke punggung pemuda, lantas dirasakan dia hanya memukul angin. Yunfei sudah berada di samping nona besar, dengan tangan kiri dia menyentil sekali di tali kotak yang diikat di bahunya, lantas kotak sudah terlepas dari bahunya, sekali cungkil dengan kaki kanan dari samping, kotak itu sudah berada di tangan pemuda.
Yunfei lantas membuka kotak dan menemukan memang inilah pedang kebajikan yang "dititipkan" Yunfei kepadanya. Nona besar yang terkejut lawan sangat gampang merampas pedang di tangannya segera menarik diri 3 langkah ke belakang dan mengeluarkan ilmu cambuknya untuk menyerang Yunfei. Tetapi sekali loncat, Yunfei sudah berada di atas pohon. Sambil tertawa, Yunfei melempar kotak yang sudah kosong itu ke nona besar lantas dia berkata.
"Kupinjami dulu beberapa waktu pedang ini, jika ada waktu akan kukembalikan." Lantas Yunfei segera menuju ke timur dengan sekali hentakan kaki dia sudah berpindah ke pohon lainnya.

"Kak, akan kukejar..." tutur Nona kecil namun kakaknya baru hendak menahannya, sang adik sudah hilang mengikuti arah perginya Yunfei.
Yunfei tahu bahwa dia sedang dikejar oleh nona kecil. Dia mainkan kakinya sepenuh kemampuannya karena dia tahu nona kecil kemampuan ilmu meringankan tubuhnya tanpa tanding di dunia. Dalam 2 jam, dia terus bergerak ke arah timur, sudah puluhan Li mereka tempuh. Yunfei merasa bahwa gerak nona kecil yang masih berjarak 4-5 tombak dengannya itu melemah, Yunfei senang bahwa kemampuan nona kecil ini sudah menurun akibat tenaga dalamnya yang sudah agak lemah. Yunfei sebenarnya memuji nona kecil karena ilmu silatnya dalam 2 tahun ini harusnya maju pesat, ini dilihat dari kekuatan penuh kakinya bisa berlari selama 2 jam dan masih mengikuti dirinya dengan selisih 4-5 tombak. Namun begitu 15 menit kemudian selisih mereka sudah 6-7 tombak.

Yunfei senang karena tentunya nona kecil tidak akan sanggup lagi bertahan. Tetapi ketika saat ini, dia merasa bahwa nona kecil mencabut belati di pinggangnya. Langsung dilemparkan ke arah kaki Yunfei, belati melesat sangat cepat yang menargetkan betisnya. Yunfei dalam posisi membelakangi, menunggu belati hampir mengenai betisnya lantas mencungkil dengan kaki belakangnya. Belati memutar sekali ke depan dan ditangkap oleh Yunfei dengan mudah. Tetapi Yunfei segera berbalik dan melihat bahwa nona kecil ini sudah mandi keringat, nafasnya terengah-engah tanda kecapaian.
Yunfei melempar pelan belati yang kemudian ditangkap oleh nona kecil dengan tangan kiri, lantas pemuda ini berkata.
"Kamu seharusnya mengawal kakakmu itu. Tidak usah lagi mengejarku..."

"Siapa kamu?" tanya nona kecil.

"Aku adalah aku... Tidak perlu kuberitahu kepada dirimu,..." Sahut Yunfei.

"Itu adalah benda peninggalan dan benda yang sangat penting untuk kakakku, seharusnya tidak boleh dirampas." jawab nona kecil.

Yunfei tertawa, di dalam hatinya dia senang bahwa kakak beradik ini sedikit banyak memperhatikan dan menjaga barang peninggalan dirinya.
"Baiklah.. Kita bertaruh saja. Jika kamu menang, maka kamu boleh mengambil pedang ini balik dan aku tidak akan mengejar pedang ini lagi." Kata Yunfei.

Nona kecil berkata.
"Jika mengenai silat, maka diriku pasti sudah kalah. Taruhanmu tidak bisa dilaksanakan."

Yunfei tertawa lantas berkata.
"Bagaimana jika buat taruhan yang sedikit lucu?"

"Bagaimana?"

"Jika kamu punya belati di tanganmu bisa kurebut berarti diriku menang." tutur Yunfei.

"Tidak bisa... Ini juga melulu bertanding silat. Aku tahu bahwa dirimu yang membunuh kasim Chen dan Liu itu. Bukankah diriku benar?" tanya nona kecil.
Yunfei tidak menjawabnya hanya diam saja. Lantas berpikir sebuah ide, Yunfei berkata.
"Bagaimana jika kita taruhan jika kamu bisa melepas belati di tanganmu, maka kamu yang menang. Kita bertarung 3 babak. Dan ketiga babak ini cukup salah satu babak kamu menang saja, anggap dirimu yang menang dan aku kalah."

Nona kecil tergelak dan tertawa mendengar kata-kata Yunfei. Jelas jika melepas belati tentu ini hal yang sangat mudah sekali.
"Kamu serius?" tanyanya.

"Serius... Jadi kita taruhan dan jika dirimu menang maka pedang ini kubalikkan kepadamu. Tetapi jika kamu kalah, maka dilarang menyebutkan kepada siapapun termasuk kakakmu bahwa akulah yang membunuh Kasim Chen dan Liu. Dan syarat yang kedua adalah jika aku menang maka kalian tidak boleh lagi mengejarku untuk meminta balik pedang ini." tutur Yunfei.

"Sungguh baik dirimu Tuan..." tutur nona kecil sambil tersenyum.

"Mari kita mulai..." seru Yunfei.

"Eh sebentar..." tutur si nona.
"Jangan-jangan taruhan ini kamu hendak mengambil belatiku..."

Yunfei tertawa, dia menjawab nona ini.
"Jikalau tadinya hendak kuambil belatimu maka tidak mungkin kubalikkan kepadamu. Belatimu selain tajam dan mengandung hawa dingin, tiada yang istimewa."

Nona kecil berpikir jangan-jangan ini orang hendak ke gunung Sanqing karena merampas pedang tersebut. Tetapi ketika diingat bahwa darah Yunfei-lah yang sanggup membuka misteri ilmu silat, dia tidak begitu ragu untuk bertaruh.
"Baiklah kita mulai..." tuturnya kemudian.

Yunfei terlihat membuka tali pedang biasanya dari pinggang dan meletakkan di tanah bersamaan dengan pedang kebajikan. Dia mematahkan sebuah ranting yang menyerupai bambu di sampingnya.
"Mari nona..."

Nona kecil bergembira terlihat dari senyum di wajahnya yang mengembang, dia yakin masak hanya melepas belati saja dia tidak bisa?
Dia maju menyerang Yunfei dengan gerakan menikam kedua senjata dari atas ke bawah. Begitu setengah jalan, Yunfei sudah menebak isi pikiran dan hatinya. Maksudnya jika pemuda menghindar, lantas belati di tancapkan di tanah dan kedua tangan dilepas otomatis dia telah menang. Lantas pemuda mengangkat sebelah tangan yang memegang ranting itu diarahkan ke siku nona kecil. Nona kecil terkejut karena tenaga lawan seperti samudera yang menggelora. Dia tidak kehilangan akal, dengan memutar tubuh dia tikam belati ke arah Yunfei, sementara tangan yang satunya lagi dia melepas belati untuk ditancapkan ke tanah. Tetapi begitu dia mengira dirinya berhasil, Yunfei menyelinap di dekat dirinya, belati memang sempat terlepas dari tangan namun Nona kecil sangat heran karena belati yang terlepas ini kembali dipegangnya dengan erat.

"Babak 1 kamu sudah kalah.." tutur Yunfei.
Nona kecil seakan tidak percaya, pemuda di depannya bisa ilmu sihir. Jelas-jelas tadi dia sudah melepas belati tetapi entah kenapa masih bisa dipegangnya.

Nona kecil kembali semangat, kali ini dia melemparkan sebilah belati ke arah Yunfei. Yunfei yang melihat belati datang kepadanya, menahan dengan ranting di tangan. Gagang belati memutar di ranting beberapa kali dan di satu sisi, nona kecil melemparkan belati untuk ditancapkan ke tanah. Tetapi sesaat ketika dia hendak melakukannya, Yunfei menyerangnya dengan putaran belati. Nona kecil yang terkejut mengangkat tangan kiri untuk bertahan. Sesaat telapaknya itu menutup dan belati pertama sudah dipegangnya, sedang belati yang hendak menancap tanah sudah dicungkilkan ke atas pelan. Belati yang kedua kemudian mengarah ke telapak nona kecil, dengan menekan pelan ke jari-jari nona kecil menggunakan ranting. Kembali kedua belati sudah dipegang erat oleh si nona kecil.
Nona kecil terkesima melihat gerakan Yunfei yang sangat cepat bahkan matanya tidak sanggup mengikuti pergerakan pemuda ini.

"Ronde kedua, kamu masih kalah..." tutur Yunfei.

Nona kecil terlihat menggerutu. Dia berteriak.
"Kamu menggunakan Ilmu sihir!!!"

Yunfei yang mendengar nona kecil marah lantas tertawa.
"Mari lanjut ronde ketiga..."

Nona kecil kali ini lebih nekad, dipikirnya masak hanya melepas belati saja dia tidak sanggup. Lantas dengan agak ekstrim, dia melempar belati dengan tangan kiri dan kanan ke arah kiri dan kanan dengan tenaga dalam yang kuat. Yunfei yang melihat dari awal nona kecil hendak melakukan hal demikian, lantas maju dekat hanya sejengkal dengan nona kecil. Merapalkan Beiji Shengong tingkat-9, menarik kedua belati untuk kembali.

Belati memang bergerak pesat, tetapi sebelum menembus ke pohon kiri kanan, kedua belati berputar kembali menyerang ke nona kecil. Lantaran melihat dari kiri dan kanan kedua belati hendak menyerang diri nona kecil, Yunfei segera mengangkat tangan nona kecil. Tadinya dia mengenggam erat tangannya supaya belati tidak ditangkapnya. Kedua tangannya juga diluruskan ke bawah. Namun dengan pijatan ringan Yunfei ke nadi tangan kiri dan kanan nona kecil, telapaknya terbuka. Justru pada saat itu, belati yang berputar itu mendarat di tangan nona kecil. Seiring melepas pijatan di nadi nona kecil, tangannya kembali memegang kedua belati.

Sambil tertawa, Yunfei mundur ke belakang.
"Nona juga kalah di ronde ketiga."

Nona kecil terkesima melihat kehebatan ilmu silat Yunfei. Sebenarnya sejauh ini, tidak pernah dia jumpai ada orang yang lebih jago dari kakak ketiganya dalam hal ilmu silat. Berpikir bahwa hari ini jika yang menandinginya adalah kakak ketiganya, belum tentu Li Xuanba bisa melakukan hal yang sama.
Yunfei dengan gerakan menarik dengan tangan kirinya, pedang Kebajikan dan sebilah pedang yang dilantai bergerak ke atas seperti disedot oleh tangannya. Lantas keduanya diikat di pinggang sendiri dan dia mohon pamit kepada nona kecil.
"Sampai jumpa nona..."

Dengan menarik diri ke belakang, Yunfei mainkan ilmu meringankan tubuhnya dan hanya dalam sekejap mata, dia telah menghilang di tengah kegelapan malam dan meninggalkan nona kecil dalam keadaan bengong.

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar