Bab X - Berlatih Maksimal Di Desa Misteri
"Sudahlah.. Bagaimanapun misteri tentang pedang itu harus kamu pecahkan. Sebabnya adalah kamu membawa pedangnya keluar dari gua. Sebisanya, ketika sampai di daratan tengah ambil kembali pedangnya atau jika tidak bisa kamu curi saja." tutur Kakek Feng.
Yunfei tersenyum karena sang kakek sanggup menebak isi hatinya. Dia kemudian berpikir bahwa kakek Feng ini seperti dewa saja, apapun yang dipikirkannya sanggup di tebak dengan benar.
Yunfei tadinya memang berpikir untuk mengambil kembali ke pedang yang "dipinjamkan" ke Li Xiaoping. Tetapi jika dalam 3 tahun ini, Nona besar sudah menikahi kakak seperguruannya, mau tidak mau dan sebisa-bisanya dia tidak ingin bertemu dengan dia. Perasaan hati memang susah diungkapkan, lagipula jika memang nona besar memiliki hati kepadanya, dia berpikir nantinya dia sudah merupakan istri orang lain.
Pemikiran Yunfei seperti demikian langsung tertebak oleh sang kakek.
Yunfei lantas melirik sang kakek sambil tersenyum.
Kakek Feng melihat gelagat Yunfei, lantas berkata.
"Sudah kutahu apa yang kau pikirkan itu... " dan sang kakek ini tertawa puas.
Yunfei merasa dirinya hampa...
Jika suatu saat pun dia kembali ke dunia persilatan, dirinya juga tidak ingin lagi terlibat dengan keluarga Li.
Keesokan harinya, suasana salju meliputi desa Misteri. Yunfei yang tiada kerjaan ingin melatih ilmu silatnya. Tetapi sepertinya dia merasa telah buntu. Hanya menggerakkan badan seadanya, beberapa jam dia berlatih pemantapan ilmu yang dikuasainya tersebut. Sampai tengah hari, dia melihat sang kakek datang kepadanya sambil membawa sebuah guci besar. Sepertinya di tangannya adalah guci arak.
"Mari... " Katanya menunjuk ke rumahnya.
Yunfei mengikuti kakek Feng kembali ke rumah. Di dalam rumah, sang nenek duduk di meja. Dia menyiapkan arak yang dibawa oleh kakek Feng, lantas dipanaskannya di tungku sebelah rumah bambu.
"Musim dingin begitu, harusnya orang-orang istirahat dalam rumah. Tetapi dirimu mengapa tetap berlatih?" tanya sang kakek.
"Karena diriku merasa tiada kemajuan silatku. Hanya mencoba beberapa jurus yang sudah kulatih sekalian untuk merenggangkan badan." tutur Yunfei.
"Beiji Shengong sangat ajaib. Yang sanggup mencapai tingkat ke 9, dulunya hanya ada beberapa orang. Sebenarnya gurumu sendiri belum mencapai tingkat ke 9."
Yunfei mendengar perkataan kakek Feng, tersenyum mengiyakan sang kakek. Yunfei tahu bahwa gurunya pada suatu ketika mengatakan bahwa tingkat ke 9 dari Beiji Shengong sangatlah susah dilatih. Hanya orang-orang yang memang memiliki jodoh dengan Ilmu Beiji Shengong yang bisa berhasil.
"Setelah minum beberapa cangkir. Kakekmu akan mengajarimu beberapa teknik pedang."
Yunfei tentu kegirangan mendengar bahwa sang kakek akan mengajarinya Ilmu pedang. Maklum bahwa Yunfei paling lemah terhadap ilmu senjata. Sekarang kakek Feng hendak mengajarkannya tentu dia girang.
Tidak lama kemudian, arak yang ditunggu sudah datang tersedia di meja. Nenek sambil tersenyum menuangkan arak tersebut ke 3 cangkir di meja.
"Ini adalah arak beras Yuhuang. Sebuah arak yang setahun hanya bisa panen sekali..." tutur kakek Feng.
Yunfei mencoba mencicipi 1 cangkir yang diserahkan sang kakek.
"Rasanya harum... Tetapi ketika turun ke tenggorokan terasa panas."
Memang benar arak beras tersebut membuat badannya seketika hangat dan energi dari dalam perutnya mengalir ke atas kepala.
Kakek Feng tertawa.
"Ketika dirimu masih tak sadarkan diri. Sehari kamu minum 1 cangkir."
Yunfei terkejut mendengar penuturan sang kakek. Dia bertanya,
"Ini arak terbuat dari beras kah kek?"
"Sebagian bahannya adalah dari beras, sebagian lagi dari rumpat Yutian."
"Rumput Yutian?" tanya Yunfei.
"Itu rumput hanya bisa muncul pada saat pertemuan muara air terjun 5 keajaiban itu. Di tengah kelima air itu berpusar, maka di bawahnya terdapat rumput demikian." tunjuk kakek ke arah air terjun yang membeku.
Yunfei terkesima mendengar penuturan kakek Feng. Tidak pernah sekalipun dia mendengar ada tanaman demikian. Sesaat ketika dirinya tidak sadar, dia minum setiap hari seperti kata sang kakek.
"Kenapa hanya panen setahun sekali?" tanya Yunfei kembali.
"Ini karakteristik rumput Yutian. Ketika musim panas berakhir, masuklah musim gugur. Air yang luar biasa panas di tengah itu membawa bibit rumput Yutian dari atas gunung dan berpusar terus menerus di muara pertemuan 5 air terjun itu. Kemudian rumput Yutian itu setelah mengalami musim gugur terus di putar oleh pusaran air. Kuncinya adalah pas perjumpaan akhir musim gugur dengan musim dingin. Ketika pusaran air sudah melambat, saat itu juga rumput Yutian harus di ambil. Jika telat beberapa jam saja, otomatis rumput Yutian sudah mati dan tidak bisa dipanen."
"Arak beras ini selain menyehatkan badan juga membuat tenaga dalam bertambah. Kamu tidak berpikir bahwa ketika dirimu bangun sekitar 6 bulan lalu itu tenaga dalammu tiba-tiba kenapa bisa begitu kuat?" Tanya kakek Feng.
Yunfei memang merasa agak heran sebab tenaga dalamnya memang memuncak pada saat dirinya pertama kali mencoba menyalurkan energi Beiji Shengong. Dia berpikir karena dirinya istirahat total maka energinya tersimpan dan memuncak. Ternyata sebab dari pada ini adalah arak tersebut.
"Mari.. " tutur kakek Feng. Yunfei mengikuti sang kakek ke depan rumah bambu.
Kakek Feng terlihat mematahkan pohon bambu di samping rumah. Lantas memberikannya kepada Yunfei.
Yunfei memegang "pentung bambu" dan si kakek juga mematahkan sebuah bambu.
"Serang saya.." kata kakek Feng.
Yunfei jarang melihat kebagusan silat dari ilmu pedang kecuali ketika dirinya menyaksikan Ilmu pedang Iblis pedang. Lantas ditirunya gerakan Iblis pedang kemarin sambil dirinya berkata.
"Hati-hati kakek"
Pedang di arahkan menyamping menusuk ke arah tenggorokan sang kakek. Jarak mereka tidak jauh, serangan Yunfei ke kakek tersebut tidak mengandung energi tenaga dalam tetapi hanya mencoba jurus. Kakek Feng tetap diam sampai tinggal 5 inchi. Yunfei sedikit terkejut kenapa kakek Feng tidak menghindar bahkan membalas. Tetapi dalam sekejap mata, Yunfei melihat si kakek menahan pentung ke depan leher. Serangan Yunfei pas menahan ke pentung bambu. Lantas dalam sekejap, kakek menusuk perlahan ke ketiak tangan kanan yang memegang pentung bambu ini.
Yunfei terkesima melihat gerakan kakek Feng. Jelas bahwa sang kakek sangat jago Ilmu pedang. Lantas mengulangi serangan yang sama, kakek kali ini menghindar ke sebelah kanan persis ketika Yunfei menghindar pada saat Iblis pedang menyerangnya. Dengan gerakan yang sama Yunfei juga membelokkan pedang "mengejar" leher sang kakek.
Tetapi sebelum pentung Yunfei bergerak mengikuti arah leher kakek, sekali lagi dia diserang di arah ketiaknya.
Yunfei terkejut melihat yang terjadi dalam sekejap ini. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal tersebut.
Kakek Feng tertawa melihat gayanya.
"Ilmu pedang milikku akan kuwariskan kepadamu." tutur kakek Feng. Yunfei girang begitu mendengar kata-kata sang kakek. Dia bersujud berterima kasih kepada kakek Feng. Kakek Feng tertawa bergembira dan membimbingnya berdiri.
"Meski kuwariskan ilmu pedang ini, bukan berarti kita guru dan murid. Tetap kamu manggil kakek ke diriku begitu juga dengan nenekmu." Kakek Feng memberi syarat kepada Yunfei.
Yunfei mengiyakan sang kakek.
"Lantaran ini musim dingin, sangat cocok mempelajari Ilmu pedangku yang sangat sederhana." Sang kakek kemudian menjelaskan.
"Ilmu pedang ini hanya terdiri dari melulu 3 tindakan saja yaitu bertahan, menyerang, melihat dan merubah situasi. Hanya ketiga hal ini harus diingat sepanjang waktu. Ketiga ini terkait sepanjang waktu selalu dan selalu. Berlatih hingga diri kita tidak tahu apakah sedang menyerang, bertahan ataupun melihat situasi."
Yunfei berpikir setiap sang kakek menyebut teori ilmu pedang "sederhana"nya.
"Ilmu pedang ini tidak terikat berapa tingkat, berapa jurus. Hanya melulu perubahan yang silih berganti terus menerus tanpa ada pangkal ujung. Ketika pedang pertama di angkat, maka akhirnya adalah menumbangkan musuh. Tiada jurus kembali ke awal. Sampai disini apakah kamu paham?"
Yunfei menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Sang kakek yang menggunakan pentung bambu itu lantas memajukan sebelah kaki ke depan, dia praktekkan ilmu pedangnya, sesaat menusuk, sesaat menyambar, sesaat menebas, sesaat mencungkil. Gerakan tanpa tenaga dalam di ilmu pedang sang kakek membuat salju yang turun di sekitarannya menyebar. Beberapa ketika dia bermain pentung, hujan salju terlihat lebih deras. Tetapi dahsyatnya ilmu pedang sang kakek membuat butiran salju tiada 1 pun mengenai dirinya. Dia memutarkan pentungnya terus-menerus. Yunfei melihat ilmu pedang sang kakek memang seperti tiada tujuan di awal, tetapi semakin dilihat, semakin membuat pemuda ini tertarik. Tanpa aba-aba, dia juga ikut gerakan yang tidak ditirunya dari kakek, terlihat Yunfei menebas, menusuk, memutarkan pedang, membacok, mencungkil.
Hingga 3 jam dia dan sang kakek praktekkan ilmu pedang tersebut. Yunfei merasa belum begitu mendapatkan hasil dari ilmu pedang ini. Lantas mengumpulkan energi di dalam tubuh. Dirinya hanya mengingat 3 hal: Bertahan, menyerang dan merubah situasi. Lantas dia melakukan kontemplasi seperti saat dirinya berlatih ilmu Beiji Shengong. Energi yang disalurkan ke bambu pertama-tama sangat baik, tetapi di gerakan ke 9 dan 10, bambu tiba-tiba patah menjadi 3 bagian.
Lantas dengan penasaran, Kembali dia hendak mematahkan bambu di samping namun sang kakek melarangnya. Menyerahkan pentung miliknya kepada Yunfei. Lalu dia berkata.
"Jika patah dalam 30 gerakan, malam ini kamu tidak dapat makan malam.."
Yunfei tersenyum getir, lantas dia memainkan pentung dengan energi padat. Kali ini dia benar-benar tidak kehilangan konsentrasi untuk menyerang, bertahan dan merubah situasi. Gerakan Yunfei kali ini sangatlah baik, sampai 300 gerakan bambu ini masih baik-baik saja. Lantas kakek bertepuk tangan dan tertawa.
Yunfei terlihat mandi keringat meski diluaran hujan salju.
"Bagaimana menurutmu ilmu pedang kakek?"
"Luar biasa kakek.. Sederhana tapi rumit. Perkembangannya tidak terbatas." tutur Yunfei tersenyum.
Kakek Feng sekali lagi tertawa, lantas dia membimbing Yunfei ke dalam untuk makan malam. Saban malam hari Yunfei masih mempelajari literatur dan misteri kasus-kasus di masa lalu yang tidak terpecahkan.
Keesokan harinya, Yunfei telah sarapan pagi-pagi. Karena masih sangat penasaran akan ilmu pedang. Kali ini dia mencoba melakukan yang dipikirkannya semalam. Dengan memusatkan tenaga Beiji Shengong tingkat ke 8, Yunfei memainkan Ilmu pedang sehingga desiran dan suara pentung bambu sangat keras terdengar. Dengungan dari pentungan bambu menimbulkan angin di sekitaran rumah bambu. Ratusan gerakan dia lakukan dengan bersemangat.
Sang kakek minum arak sambil melihat semua Ilmu pedang yang dikerahkan oleh Yunfei di depan rumah bambu. Lantas dia berkata.
"Hilangkanlah suara bambu tapi serangan ini harus sedahsyat seranganmu ini."
Yunfei tertawa lantas dia berkata.
"Benar kek. Kita kali ini sependapat. Memang sengaja diriku mempelajari "melihat situasi" dan mengubahnya sampai tiada terdengar."
Si kakek bertepuk tangan sambil tertawa.
Yunfei memainkan ilmu pedang dengan keras tapi dibuat hingga tiada bersuara. Ini adalah tahap yang paling susah. Dia terus menerus berkonsentari penuh untuk menghilangkan suara pentungan di tangannya.
Alhasil, sudah 3 bulan lebih dia setiap harinya mempelajari ilmu pedang selama 10 jam setiap harinya. Kemajuan dirinya sudah sangat pesat. Pentungan yang dimainkan hampir tiada menerbitkan suara, hanya beberapa pergerakan yang masih tetap menerbitkan suara kecil. Sang kakek memuji bahwa bakat Yunfei belajar Ilmu pedang memang sangatlah baik.
Musim semi di tahun 217.
Yunfei pagi harinya membawa pentung bambu ke aliran air terjun. Kali ini dia memainkan ilmu pedang disana, di bawah derasan air terjun yang tadinya membeku mulai mencair. "Serangan" air terjun di 2 hari pertama ini sangat deras. Air di tengah sekarang terasa hangat, disitulah dia memainkan Ilmu pedang dengan pentung bambu. Pentung bambu terasa sangat berat tetapi keuletan Yunfei memang sangat pantas dipuji.
Esoknya, dia mencoba yang lebih ekstrim. Dengan tarikan nafas panjang, dia berendam di danau sambil menenggelamkan dirinya dan memainkan Ilmu pedang pentung bambu di bawah danau. Setiap 10 menit dia naik mengambil nafas dan kemudian terus menerus selama seharian dia lakukan naik turun sebanyak 30 kali. Hasil yang digapai di bawah danau jauh lebih baik daripada di air terjun. Oleh karena itu, kali ini dia memainkan terus menerus ilmu pedang pentung bambu ini di dalam danau. Aktivitas Yunfei pagi sampai sore hanya bermain Ilmu pedang, malamnya dia berdiskusi tentang misteri dan perubahan alam dengan kakek Feng.
Dalam 3 bulan kemudian ketika memasuki musim panas, Yunfei akhirnya berhasil.
Kali ini dia memainkan suara pentungan menderu 3x dan 3x menghilangkan suara deruan bambu. Terus menerus tanpa henti. Sang kakek sangat bergembira akan pencapaian Yunfei yang luar biasa tersebut, orang tua ini tiada berhenti memberinya selamat atas pencapaian Yunfei.
Di suatu malam di musim panas,
"Kamu tahu malam ini adalah hari apa?" tanya Kakek Feng.
"Malam ini, Li Xiaoping menikah dengan kakak seperguruan." tutur Yunfei.
"Bagaimana kondisi hatimu?" tanya kakek kembali kepadanya.
Yunfei tidak menjawab, dia merasa ada sesuatu ganjalan dalam hatinya. Perasaan sedih tentu saja ada. Bagaimanapun Yunfei belum pernah mengungkapkan perasaannya selama ini. Lantas dia berkata.
"Kukira memang benar, hatiku sudah jatuh kepadanya."
Kakek Feng memandanginya. Lantas dia berkata.
"Perjumpaan ada kalanya bisa menyakitkan. Kadang lebih bagus jika tidak pernah berjumpa sama sekali."
Kakek Feng masuk ke dalam, dikeluarkannya 2 buah guci arak. Yunfei melihat 2 guci arak ini terkejut.
"Wah kakek sangat memahamiku. Ini adalah anggur dari tanah daratan. Berarti kakek membeli anggur ini?"
Kakek Feng terkekeh. Kebetulan hari ini beberapa murid melapor kepadaku, dan sudah kuminta titip anggur di Luoyang yang terkenal.
Yunfei mengambil guci lantas dia menuangkan arak ke mangkok sambil minum beberapa mangkok, dia berkata.
"Perjumpaaan apa pun itu pasti memiliki maksud. Tiada berjodoh bukan berarti tidak bisa menjadi teman."
Yunfei mencari mabuk dengan arak keras ini. Dia tidak pedulikan berapa mangkok sudah diminumnya. Saban sinting-sinting, dia keluar dari perpustakaan. Di pinggir danau dia bersajak.
"Malam temaram, Hati merindu
Angin malam membawa pesan, Apakah perpisahan selalu menyakitkan?"
Lantas dimainkan tinju yang dipelajarinya di gunung Tianmen. Dengan rasa pedih hati dia memainkan setiap tinju sampai gerakan 362. Ketika hendak diulangi, dia lantas terlupa akibat kerasnya arak yang diminum tadi. Lalu, dia sembarang menggerakkan tinjunya mengikuti ilmu pedang yang dia pakai pentung. Beberapa belasan gerakan, seketika membuatnya sadar.
Sang kakek di belakangnya yang masih minum arak, terkejut sampai menjatuhkan mangkok melihat tiba-tiba gerakan Yunfei sangat bagus.
"Eh? Coba kamu ulangi gerakan tadi.." tutur sang kakek.
Yunfei yang saban sinting akibat mabuk arak, menggerakkan tinju dengan kedua tangan, 1 bertahan 1 menyerang. kedua tangan kemudian memainkan jurus-jurus berbeda. 1 tangan kadang menggunakan ilmu jari, 1 lagi memainkan tinju saktinya. Kadang dia memainkan tinju dengan kedua tangannya, kadang malah keduanya Ilmu jari.
Sang kakek yang melihat ilmu begituan lantas tertawa.
"Selamat nak... Kamu sudah mencapainya... Selamat..."
Yunfei yang sesaat tersadar bahwa gerakan tinjunya sudah lengkap 365 gerakan. Langsung girang tanpa kepalang. Kali ini dimainkan ilmu tinju tersebut dengan kekuatan penuh ke arah danau. Dengan lengkap 365 gerakan, hasil energi miliknya terasa menggebu dan sangat keras. Sesaat dirinya menyadari bahwa kekerasan tenaga dalam miliknya sekarang seperti kerasnya teriakan tertawa milik Li Xuanba. Dia sudah melakukan 5 x 365 gerakan terus berputar tanpa henti. Kadang-kadang gerakannya terlihat kacau karena tidak berurutan, tetapi serangan miliknya malah jauh lebih tajam daripada serangan biasa yang dia urutkan.
Sang kakek melihat gerakan Yunfei lantas memujinya sekali lagi sambil tertawa keras.
"Bahkan gerakan terakhirmu ini, aku tidak menemukan kelemahan dan entah mana yang harus kuserang. Hahaha..."
Tetapi Yunfei sepertinya sudah mencapai limitnya. Dia terjatuh dan sudah mabuk parah, tertidur di lantai setapak itu.
Sampai tengah hari esok dia baru bangun. Sang kakek dan nenek sepertinya berdiskusi sesuatu.
Yunfei yang mendengarnya lantas terbangun.
"Kamu sudah bangun nak?" tanya sang nenek.
Yunfei bertanya kepada keduanya.
"Apakah sesuatu terjadi di kota raja?"
Sang kakek memintanya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Lantas meminta Yunfei menemuinya di seberang bukit di ujung. Setelah sarapan, berganti pakaian dan mandi sekedarnya. Yunfei naik perahu kecil ke seberang bukit menemui kakek dan nenek Feng.
"Li Shihmin bersekongkol dengan Pei Ji." tutur kakek Feng.
Yunfei teringat Pei Ji adalah seorang pengawal kekaisaran tingkat 2 di bawah Kasim Bai.
"Lantas apa yang terjadi di ibukota?"
"Chai Shao sudah meninggalkan Ibukota dan Nyonya Chai (Maksudnya Li Xiaoping) masih tertinggal di kota. Li Yuan sekarang memiliki 2 pilihan. Jika tidak memberontak maka seluruh keluarganya akan dihukum mati." tutur kakek Feng.
Yunfei terkejut mendengar perkataan sang kakek. Dia segera merasa cemas.
"Cucuku... Satu hal yang masih bisa terhitung menggembirakan adalah Kasim-kasim itu tidak di istana. Mereka beberapa orang mengawal Iblis pedang ke Tianzhu (India) dan beberapa orang rencananya hendak naik gunung Shaoshi (Gunung Song)." tutur sang kakek.
Yunfei berpikir sesaat lantas dia berkata.
"Sepertinya luka dalam Jianmo parah. Dalam beberapa tahun ini dirinya tidak ada perkembangan. Sampai harus membawa dirinya ke Tianzhu untuk pengobatan dirinya."
Yunfei yang sekarang sangat berbeda dengan dirinya yang dulu. Kemampuan analisisnya sudah tidak kalah dari Kakek Feng.
Kakek Feng mengiyakan perkataan Yunfei. Lantas dia lanjut bercerita.
"Jianmo tidak akan mendapatkan apa-apa di India. Dia mencari Ilmu Tian Zhong Fuo Guang Da Gong, sebuah ilmu paling ajaib di dunia."
"Tian Zhong Fuo Guang Da Gong (Ilmu besar Langit Tengah Cahaya Buddha) itu ilmu apakah?" tanya Yunfei.
"Ilmu tersebut memiliki sejarah yang cukup rumit. Mari akan kuceritakan sesuatu kepadamu.
Ilmu ini berawal dari sekitar tahun 520 Sebelum masehi. Ketika dari dataran tengah ada seorang pesilat dari pertengahan dinasti Zhou (1100 SM - 221 SM). Pesilat ini bernama Feng Qu, seorang yang sangat luar biasa ulet. Dia pembela kebenaran dan menjadi panutan di daratan tengah. Dia membunuh orang-orang yang jahat sampai dijuluki tanpa tanding. Tetapi pesilat meski tanpa tanding selalu merasa kesepian. Dia mendengar di jalur sebelah barat melewati gunung Kunlun sampai ke Tibet. Dan dari Tibet hingga sampai ke Tianzhu, ada seorang suci yang kemampuannya tiada tandingan di dunia. Berbekal "gosip" ini, dia pergi ke barat dan melakukan perjalanan dalam setahun. Akhirnya beliau sampai di Tianzhu, dan menanyain warga sekitar hingga dia bertemu dengan Buddha Gautama."
"Buddha gautama?" tanya Yunfei.
"Betul... Buddha Gautama adalah seorang pangeran yang menyepi, mencapai penerangan. Setelah bertemu, dia mengajak Buddha untuk bertarung silat. Namun hanya 1 jurus, beliau dikalahkan oleh Buddha Gautama. Dan terkesan akan kemampuan Sang Buddha, beliau mempelajari agama dengan Buddha Gautama. Selama 20 tahunan, beliau sudah menjadi seorang bhiksu yang suci. Tahun 543 SM, sang Buddha maha parinibbana ke surga. Lantas beliau yang kehilangan Sang Buddha, beliau melakukan meditasi perenungan dalam 40 tahun terakhir kehidupannya.
Mengikuti selama 20 tahun lebih dalam praktek ajaran Buddha dan meditasi tingkat tinggi, beliau mendapatkan Ilham untuk menciptakan Ilmu Fuo Guang Da Gong. Terdiri dari 3 bagian yang ketiganya berbeda cara pelatihan satu sama lainnya. Setelah parinibbana-nya beliau, Ilmu Fuo Guang Da Gong juga musnah dari dunia persilatan."
Yunfei mendengar dengan sangat tertarik.
"Sampai di saat dinasti terpecah belah setelah runtuhnya dinasti Jin. Saat itu, Dinasti Wei utara mendukung buddhisme dan mendukung pembuatan Kuil di gunung Song. Biksu Fuo Tuo dengan gelar Batuo mendirikan Biara Shaolin, dan dia menjadi pemimpin pertama Biara Shaolin di sekitaran tahun 477. Selang 32 tahun kemudian, Boddhidharma sampai ke kuil Shaolin. Dan Shaolin mengangkat orang suci ini menjadi pemimpin biara. Boddhidharma membawa kultural dari India ke daratan tengah dan tentunya Ilmu silat yang maha tinggi.
Kemudiannya, keturunan dari Feng Qu mencari Boddhidharma untuk mengadu silat. Keturunan dari Feng Qu bernama Feng Zhiyan, seorang yang sangat berbakat tentang ilmu silat dan tenaga dalam. Selain itu Feng Zhiyan juga adalah seorang yang sangat menyukai teknologi. Dia hidup di zaman Dinasti Liang, mendukung dinasti Liang selama 5 tahun, kemudian hidup menyepi.
Feng Zhiyan membawa 2 bilah pedang yaitu pedang merah dan pedang hitam ke kuil Shaolin. Bertaruh dengan Boddhiharma siapa punya ilmu silat lebih jago.
Jika beliau menang, maka dia meminta tongkat pusaka Boddhidharma. Namun jika kalah kedua bilah pedang ini menjadi milik Shaolin.
Boddhidharma kemudian melayani Zhiyan, mereka bertarung 3 hari 3 malam tetapi penentuan pemenangnya adalah siapa sulit ditentukan. Oleh karena itu, keduanya malah menjadi teman. Mereka sering berdiskusi ilmu silat sampai terakhir di 12 tahun diskusi ini. Mereka berdua menemukan Ilmu rahasia yang diciptakan oleh Feng Qu, yaitu Fuo Guang Da Gong.
Feng Zhiyan adalah seorang Taoisme yang hebat sedangkan Da mo Zhusi (Boddhidharma) adalah seorang buddhisme yang maha sakti. Selama 3 tahun kemudian, setelah merangkum semua ilmu rahasia ini dan menemukan bahwa sebenarnya kedua akar Taoisme dan Buddhisme adalah sama. Lantas mereka berdua menamai ulang ilmu silat ini dengan nama Tian Zhong Fuo Guang Da Gong. (TianZhong adalah surga tengah dalam dunia taoisme yang menyebut istilah lain dari Kahyangan Penglai)
Feng Zhiyan tinggal di Hancheng, jaraknya 800 li ke Gunung Shaoshi. Tetapi setiap malam, kedua maha guru ini selalu berdiskusi. Hampir pagi, Feng selalu pulang ke Hancheng. Bisa dibayangkan betapa hebatnya Ilmu silat dari Feng Zhiyan yang dapat menempuh 800 li dalam waktu beberapa jam pulang balik dan itu dilakukan hampir tiap hari. Dan Zhiyan tidak pernah menunggangi kuda ataupun segala hewan transportasi lainnya."
Yunfei yang mendengar penjelasan kakek Feng merasa sangat kagum akan kehebatan Ilmu silat Feng Zhiyan.
"Feng Zhiyan memiliki keturunan dan silsilah keluarga yang dimana keluarganya tinggal di desa misteri ini." tutur sang kakek kembali.
"Eh?" terkejut Yunfei mendengar kata-kata sang kakek.
Kakek dan Nenek tersenyum melihat sikap Yunfei. Lantas melanjutkan penjelasan.
"Sekarang Iblis pedang ingin ke India untuk mencari ilmu ini, dia tidak tahu bahwa di India sudah tiada lagi ilmu tersebut."
"Pengaburan sejarah.. "Tutur Yunfei tersenyum. Lantas dia bertanya kemudian dengan heran.
"Jika begitu, Biara Shaolin dalam bahaya besar."
Kakek Feng mengiyakan perkataan Yunfei. Lantas dia menyambung.
"Ilmu rahasia itu harus kamu yang pergi untuk mengamankannya. Sekarang kepala biara shaolin adalah pelaksana saja yaitu bergelar Lei Wu Dashi. Sedangkan pemimpin yang mereka siapkan masih bermeditasi bernama Dayi Daoxin, ilmu buddha dan silat dari pemimpin mereka sangat tinggi. Tetapi Dayi Daoxin masih bermeditasi dengan ketat."
Yunfei mengiyakan kata-kata sang kakek.
"Yunfei akan berusaha semaksimal mungkin. Untuk membalas kebaikan kakek dan nenek di sini." Sambil dia menyembah 3 kali kepada mereka berdua.
Air mata Yunfei mengalir mengingat kebaikan mereka berdua, selain menyelamatkannya juga mengajarkan banyak sekali hal-hal. Kakek meminta Yunfei memakai kuda yang berwarna putih keperakan itu.
"Kuda ini tidak pernah turun gunung. Orang tuanya adalah kuda terbaik dan termasuk Qianli ma (Kuda ribuan Li), kedua orang tua kuda ini telah mati. Setidaknya jika tidak, minimal 500 Li sehari cukup waktu bagimu untuk mengejar ke gunung Shaolin."
Yunfei mengiyakan. Dan melihat di arah utara, Kuda sudah siap.
"Jika kamu balik, bawalah istri untuk tinggal disini. Kami selalu menunggumu.. Ketika kamu sampai kemari, tinggi dirimu hanya 5 kaki, sekarang ketinggianmu meningkat banyak. Wajahmu juga sudah agak berbeda" tutur sang nenek.
Yunfei memberi hormat dalam kepada sang nenek. Dia berjanji akan balik suatu hari. Yunfei berpikir memang benar kata-kata sang nenek. Dirinya sekarang sudah berbadan tegap akibat dirinya berlatih fisik dalam setahun terakhir , wajahnya sudah terlihat agak keras dan sudah sangat berbeda dengan ketika dirinya turun gunung Tianmen. Tingginya sekarang sudah lebih sejengkal dari dulu ketika dia sampai.
"Ini karena kamu latihan di Tianmen, waktu berhenti lama. Sekarang kamu berada di sini lebih dari 1.5 tahun. Sepertinya beberapa tahun kemudian ketika usiamu mencapai 15 tahun, kamu sudah dewasa seperti orang-orang usia 30 tahun." tutur nenek sambil tersenyum.
Kakek Feng kemudian menyerahkan sebuah bungkusan kepadanya.
"Di dalam ini ada sebuah plakat dan surat serta sebuah peta keluar dari desa misteri. Selain itu, ada beberapa perlengkapan yang kamu butuh. Plakat ini kamu butuhkan untuk diberikan ke ketua biara. Katakanlah margamu Feng. Dan satu hal lagi, untuk mencapai gunung Song, kamu hanya perlu ke arah barat. Mungkin dalam sehari kamu bisa sampai. Segeralah berangkat cucuku..."
Yunfei berjanji akan melaksanakan perintah dari sang kakek.
Dan terakhir kakek memberikannya sebuah pedang bambu yang dibuat sedemikian rupanya.
"Ini bukan pedang sakti. Tetapi ketajamannya terletak di ujung bambu, sedangkan di sisi bambu ini adalah hanya bambu biasa."
Yunfei menerima pedang bambu ini, dia amati bahwa pedang panjangnya hampir 5 kaki. Termasuk bambu yang panjang.
Lantas dia berterima kasih, kemudian berjalan ke sang kuda yang bersifat sombong tersebut. Dia tertawa mengelus kuda, dan dengan loncatan ringan. Dia sudah duduk di punggung kuda.
Sambil melambaikan tangan, Yunfei meminta pamit kepada kedua orang tua yang telah sangat berbudi kepadanya.
(tamat bagian I)
0 komentar:
Posting Komentar