Bab XIII - Tewasnya Yang Guang
Yunfei melihat ke arah orang di tengah yang dikeroyok 20 orang lebih pasukan Tujue Timur. Di tangan orang ini sedang memeluk seorang anak kecil yang sepertinya adalah wanita berumur 5 atau 6 tahun. Orang ini memiliki tinggi sekitar 8 kaki, dia termasuk "orang besar".
Yunfei melihat bahwa sekujur tubuh orang di tengah sudah terluka 8 atau 9 bagian akibat sayatan golok pasukan. Segera dia hendak turun ke bawah tetapi tidak begitu mengetahui masalah, dia hanya menunggu sambil membantu jika perlu.
Memang orang ini terlihat cukup gagah, pertarungan dengan pasukan Tujue timur terlihat tetap imbang tetapi stamina orang makin lama terlihat mulai melemah. Sepertinya dia sudah kewalahan menghadapi lawan-lawan yang masih tetap bersemangat. Pasukan Tujue timur bukanlah pasukan pesilat seperti umumnya, mereka hanya mengandalkan bacokan golok yang menyerang ke orang di tengah. Yunfei melihat sekeliling tembok tempatnya berada, ada beberapa bata segenggam tangan. Lantas dia ambil dan dilemparkan ke badan pasukan Tujue timur ini. Beberapa kali lemparan, semua mengenai tubuh pasukan dan kesemuanya tergeletak di tanah tetapi masih hidup sebab Yunfei memang tidak berniat membunuh mereka semua.
Pasukan Tujue timur tidak pernah tahu siapa yang melempar mereka, meski tergeletak mereka memandang ke tembok besar tapi tidak terlihat siapa-siapa. Lantas kesemuanya yang sudah terluka dalam serta muntah darah kemudian bangun sempoyongan dan pergi. Orang di tengah tahu ada yang membantunya tetapi dia juga tidak menemukan siapa-siapa disana.
Tidak lama kemudian, orang ini menggedor pintu sebelah kanan untuk meminta dibukakan pintu. Yunfei melihat ke arah pintu besar itu sesaat, lantas beberapa orang berlari kesana dan ternyata beberapa orang dalam kota mengenali si orang besar, beberapa orang membantu membuka pintu yang berat tersebut. Dengan begitu, orang besar ini telah selamat. Pintu gerbang ditutup kembali setelah orang masuk bersama anak kecil di gendongannya.
Sesaat terdengar suaranya minta tolong tetapi orang-orang disana tidak begitu tahu cara menolong orang.
Yunfei yang di atas tembok, segera turun dan berlari ke orang ini. Dilihatnya, anak kecil telah tersayat golok pasukan tadi karena bajunya telah koyak melintang 2 garis panjang tetapi karena si anak memakai baju warna gelap, tidak ketahuan bahwa darah sudah merembes di pakaiannya. Yunfei segera memondong anak kecil, lantas segera dia berlari cepat ke toko makanannya.
Setelah sampai di tokonya, Yunfei memeriksa nadi anak kecil dan masih berdetak walaupun lemah. Segera dia pijat dan menyalurkan energi penyembuhan pelan ke si anak, beberapa saat setelah detakan jantungnya sudah mulai baik. Dia membuka pakaian anak kecil dan terlihat 2 goresan panjang di punggung yang masih merembeskan darah. Lantas dia mengambil kain bersih, membersihkan luka seadanya, kemudian dia lilitkan dan ikat di punggung si anak.
Dan berbarengan itu, orang-orang baru sampai ke toko makanannya.
Tadinya Yunfei berlari sangat kencang, orang-orang disana sangat terkejut rupanya tukang mie yang penjualannya tidak begitu laku itu adalah seorang pesilat hebat.
Dan si besar juga sudah sampai sambil bercucuran air mata melihat si anak masih tertidur dengan wajah putih pucat. Dia meraung.
"Anakku... Maafkan ayahmu tidak sanggup melindungimu.."
Yunfei melihat orang besar ini, kelihatan dia adalah orang yang sering berlatihan fisik dan seorang yang gagah. Usia-nya mungkin sekitar 30 tahunan. Lantas dia berkata.
"Sudah tidak masalah tuan. Anak anda ini cuma perlu beristirahat, lantas dia akan baik."
Si orang besar bersujud menyembah kepada Yunfei. Yunfei segera membimbingnya berdiri dan merasa terharu akan sikap orang besar tersebut.
"Siapakah nama tuan? Jika ada waktu, diriku akan membalas semua kebaikan tuan.."
Yunfei ingin menjawab dengan namanya sendiri. Tetapi karena dia tidak ingin dikenal setelah balik ke dunia persilatan, dia mengenalkan nama aslinya.
"Diriku bernama Shaoshi, marga Feng."
Bukan tiada alasan dia menyebut marganya adalah Feng. Karena tiada petunjuk terus menerus mengenai keluarga dan keturunan Feng Zhiyan, dia menyebut dirinya bermarga Feng.
"Hamba bermarga Chang, bernama Zi. Penduduk asli di Hancheng..."tutur orang besar ini.
"Saudara Chang... Bagaimana dengan lukamu sendiri?" tanya Yunfei.
Dia perlihatkan dada dan punggungnya, terdapat 3 goresan golok di depan dan 6 goresan golok di belakang. Pakaiannya terlihat masih merembeskan darah tetapi semangatnya tidak runtuh sama sekali. Yunfei sangat salut akan pertahanan diri dan keteguhan pada orang bermarga Chang tersebut.
"Biar kuobati kakak Chang..." tutur Yunfei kembali.
Orang-orang rame memang berada di depan tokonya untuk melihat keadaan Chang Zi. Memang ternyata semua orang ini mengenalnya dan terdengar suara iba dari penduduk disini terhadap keadaan Chang Zi.
Chang Zi tidak menolak Yunfei mengobatinya. Dengan kain-kain yang lain dia bersihkan dan membalut luka dari orang bermarga Chang tersebut.
Tidak berapa lama, Yunfei sudah selesai. Dia periksa nadi Chang Zi, dan merasa normal dan tiada halangan untuk bergerak.
"Kakak Chang, meski lukamu terlihat parah tetapi semuanya adalah luka luar. Bagaimana kamu bisa sampai kontra dengan pasukan Tujue Timur?"
Chang Zi bercerita bahwa istrinya adalah orang dari seberang tembok (Tujue Timur). Karena perang antar Sui dan Tujue Timur maka istri ini tidak pernah diakui oleh orang-tua nya lagi. Namun tentu sang istri rindu sebab sudah 8 tahun meninggalkan kampung halaman. Beberapa waktu lalu, pasukan penjaga di utara sudah pulang kampung karena dinasti Sui tidak menggaji mereka lagi maka sekarang penduduk Hancheng hanya bertahan sebisanya jika pasukan dari Tujue timur menyerang kota. Memanfaatkan momentum ini, Chang Zi membawa istrinya untuk pulang kampung halaman orang tua sang istri. Tetapi ketika sampai disana, orang tua sang istri marah melihat Chang Zi dan cucu mereka. Lantas melapor kepada pemerintah setempat hendak menangkap Chang Zi. Chang Zi yang mengetahuinya, segera berangkat pulang ke Hancheng bersama putrinya, namun sang istri dikurung dan tidak diperkenankan lagi untuk ikut dengannya.
Di tengah perjalanan dia dicegat oleh 20 pasukan yang tadi menyerangnya lantas terjadi baku hantam sampai tembok besar.
Yunfei berpikir peperangan membawa banyak efek yang tidak baik. Contohnya adalah kedua pasangan suami isteri terpisah hanya karena masalah perbatasan. Hanya segaris tembok besar lantas orang jadi bermusuhan dan saling membunuh.
Chang Zi dan putrinya sudah beristirahat karena sudah kecapaian sedangkan masyarakat disana sudah bubar dan keadaan di toko Yunfei sudah sepi. Yunfei membuatkan makanan 3 mangkok mie karena dagangan hari ini sepi dia membuat porsi besar 2 porsi dan seporsi kecil dia hidangkan di meja. Kebetulan Chang Zi sudah terbangun dan waktu juga sudah petang menuju malam. Chang Zi meski adalah orang pekerja keras tetapi dia sangat sopan dan sangat merendahkan dirinya. Melihat putrinya juga sudah mulai bangun, dia girang setengah mati dan terus-terusan dia berterima kasih kepada Yunfei. Yunfei tersenyum melihat anak dan ayah ini sudah sehat-sehat saja.
Lantas mereka bertiga makan lahap dan dengan cepat 3 mangkok mie ini sudah habis.
"Tuan Feng... Anda adalah penduduk baru disini. Jika boleh kutahu, mengapa anda tidak memilih kota yang besar untuk memulai usaha tetapi di kota yang hampir tidak ada penduduk ini?" tanya Chang Zi.
Yunfei menuangkan arak kepadanya lantas berkata.
"Leluhurku adalah penduduk di Hancheng tetapi tiada kuketahui dimana sebenarnya mereka tinggal dan ada tidak keturunan mereka yang masih menetap disini."
"Keluarga Feng?" tanya Chang Zi.
Yunfei mengiyakan perkataan Chang Zi.
"Di kota ini saya hapal semua keluarga, ada Zhang, Wang, Wei, Yuan, Lin, Heng, Bai, Xia, Yuwen, Mao, Deng, Liang tetapi tidak ada yang bermarga Feng." tutur Chang Zi. Tidak lama kemudian dia teringat sesuatu lantas dia menyambung.
"Dahulu ada sebuah keluarga di ujung tembok besar, bermarga Feng."
Yunfei terkejut mendengar perkataan Chang Zi.
"Bisakah saudara Chang menunjukkan dimanakah tempatnya?" tanya Yunfei.
"Dahulu, aku bersama kakek berjalan-jalan keliling kota. Dia menunjukkan rumah besar di ujung barat-laut dari sini. Terdapat sebuah rumah yang besar, disanalah letak tempat tinggal keluarga Feng. Tetapi rumah itu meski masih ditempati seorang kakek Yuan namun tidak pernah terdengar pemilik rumahnya kembali."
Yunfei tergirang mendengar informasi dari Chang Zi dan mengucapkan terima-kasih kepadanya. Tetapi Chang Zi menggelengkan kepalanya dan berkata harusnya dia yang berterima kasih karena pemuda ini sudah menolong dan merupakan orang yang berbudi terhadapnya.
"Rumahku di sebelah timur jika tuan berpikir diriku sanggup aku akan mencoba untuk membuat makanan kepada pelanggan disini mulai besok untuk membalas budi tuan."
Yunfei tertawa mendengar penuturan Chang Zi karena orang ini hendak membantunya. Yunfei menyatakan terserah kepadanya sebab toko ini jangankan untung tetapi selalu buntung setiap saat.
"Asalkan cukup makan dan tidak merampok itu sudah sangat bagus sekali." tutur Yunfei sambil tertawa.
Hingga cukup malam, Chang Zi mohon pamit bersama putrinya. Yunfei sekali lagi memeriksa nadi si kecil, dan sekarang si kecil sudah bersemangat terlihat dan tiada masalah lagi.
Yunfei yang sudah menutup toko, segera memakai pakaian yang agak tebal dan segera dia meluncur kencang ke arah rumah yang di tunjuk oleh Chang Zi. Malam ini tiada berbintang dan berbulan, keadaan gelap dan hujan salju turun meski ini sudah permulaan musim semi. Keadaan Hancheng yang di barisan pegunungan memiliki cuaca yang agak berbeda dengan daerah lain.
Baru bergerak sebentar, Yunfei sudah sampai di rumah yang ditunjuk. Terlihat rumah sepertinya ada orang yang tinggal sebab terang lilin masih terlihat. Yunfei berpikir tidak baik baginya jika langsung menerobos, dia mengetuk pintu.
Tak lama setelah ketukan pintu, ada seorang tua yang membukakan pintu.
Yunfei memberi hormat kepada orang tua ini, lantas dia bertanya.
"Apakah tuan Feng berada disini?"
Kakek ini menatap tajam kepadanya. Lantas berkata tidak ada yang bermarga Feng disini.
Yunfei lantas bertanya apakah dia adalah kakek Yuan. Sang kakek tidak menjawabnya dan lantas menutup pintu.
Yunfei yang melihat kelakuan sang kakek yang luar biasa segera berkata.
"Aku beberapa bulan lalu ke Shaolin, pemimpin biara memintaku ke Hancheng."
Lantas pintu kembali dibuka oleh sang kakek. Kemudian Yunfei memberikan sebuah kode yaitu "Misteri".
Kakek ini memandang sesaat ke Yunfei lantas dia tertawa besar dan mempersilakan Yunfei masuk ke dalam rumah.
Yunfei merasa rada was-was karena kelakuan kakek yang agak aneh ini membawa hawa dan perasaan yang kurang enak. Berjalan puluhan langkah mereka sudah sampai ke ruangan utama rumah.
Si kakek meminta Yunfei duduk terlebih dahulu. Dan tidak berselang lama, dia membawa seguci teh keluar dan dihidangkan kepada Yunfei. Yunfei berkata kepadanya.
"Kakek Feng yang memintaku ke Shaolin, setelah itu pemimpin biara Shaolin memintaku kemari."
Wajah kakek terlihat berbinar, muka tuanya seketika tersenyum girang. Lantas tiba-tiba dia bersujud kepada Yunfei. Tentu ini membuat Yunfei terkejut tidak kepalang dan membangunkan kakek.
"Maafkan hamba tuan muda..." dia berkata kepada Yunfei. Yunfei merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Kemudian si kakek mengambil sebilah pedang di dinding dan menyerahkan kepada Yunfei, pedang ini adalah pedang kayu. Dan si kakek juga mengambil sebilah di samping dinding.
"Maafkan hamba jika untuk meyakinkan apakah tuan adalah tuan muda."
Begitu tutup mulut, si kakek menyerang Yunfei dengan serangan tajam ke arah mukanya.
Yunfei mengangkat pedang kayu untuk ditahan, tajam pedang kakek mengenai sisi tengah pedang kayu, kemudian Yunfei menyerang ke arah perut si kakek. Kakek ini mundur 3 langkah ke belakang dan lantas maju kembali menusukkan pedang lurus ke ulu hati Yunfei. Ketika laju pedang kakek selisih sekitar sejengkal dari ulu hati Yunfei, pemuda memajukan pedang menyerang ke arah jari si kakek dan menepuknya pelan. Tusukan dari kakek yang tadinya sudah dekat ke ulu hati, dihindarinya ke kanan. Seiring tepukan ringan ke tangan kakek, pedang meluncur ke bawah tetapi Yunfei menyapu pedang kayu ringan memutar dan kembali dia arahkan ke tangan kakek ini.
Kakek terkejut melihat keahlian pedang Yunfei lantas melempar pedang ke bawah dan bersujud kepada Yunfei.
"Tuan muda... Maafkan hamba mengetes apakah yang datang memang tuan muda atau bukan..."
Yunfei membimbingnya berdiri kembali. Lantas berkata.
"Aku ingin mengetahui asal usul tentang diriku..."
Si kakek segera membawa Yunfei ke belakang rumah, melewati taman. Yunfei mengikutinya sampai di ruangan pintu belakang yang berbatasan dengan tembok besar. Si kakek membuka kunci pintu lantas meminta Yunfei masuk bersamaan dengan dirinya.
"Ini adalah altar leluhur dan di samping ini adalah tempat Tuan besar atau ayahanda serta kakek tuan besar berlatih Ilmu.." tutur kakek Yuan.
Yunfei melihat ke arah tengah terdapat altar keluarga Feng. Terlihat paling atas adalah papan nisan Feng Zhiyan. Di bagian sampingnya terlihat nama Yu Shi yang merupakan istrinya, Yunfei melihat susunan papan nisan sejauh ini terlihat 7 tingkatan. Di tingkatan ke 5 dari atas tiada bernama tentunya orang masih hidup dan di sebelahnya di tingkatan 5 dari atas juga masih belum terisi nama sedangkan di bawahnya yaitu tingkat ke 6 dari atas terlihat nama Feng Jiong, di sampingnya terdapat nama Dugu Xingxu. Lantas di tingkat ke 7 dari atas (posisi paling bawah) papan nisan tetap masih kosong tidak bernama, tetapi di meja altar tertulis nama Feng Shaoshi. Membaca tulisan di meja, sesaat membuat Yunfei berkeringat dingin dan merinding. Ini adalah papan nisannya jika suatu saat dia mati, dari sini dia sudah yakin 80 persen bahwa memang dia adalah keturunan dari Feng Zhiyan.
Lantas kakek Yuan sudah menghidupkan dupa dan menyerahkan 3 batang dupa kepadanya. Dia berlutut dan menyembah sebanyak 3x ke altar, kemudian berdiri dan kakek Yuan sudah mengambil dupa dan menusuk menberdirikan ke tempat abu sembahyang.
"Tuan muda mari ikuti aku.." kakek Yuan menunjuk ke ruangan samping. Ruangan samping terdapat meja lebar dan tertata rapi. Sedangkan di bagian dalam ada terdapat sebuah pintu kecil yang terbuat dari batu.
"Biasanya kakek tuan mudalah yang pernah kemari sedangkan ayahanda tuan muda tidak begitu menyukai silat tapi dia adalah seorang yang pintar dan membantu Kaisar mengamankan negara."
Yunfei langsung terpikir bahwa ayahnya membantu Kaisar Sui, Yang Jian.
"Supaya tidak pusing untuk Tuan muda maka akan kuceritakan ulang silsilah keluarga Feng dari leluhur pertama saja." tutur kakek Yuan. Lantas dia memulai.
Feng Zhiyan adalah seorang yang sangat berbakat di dunia persilatan, seluruh hidupnya dia tekankan untuk menciptakan ilmu silat. Dia lahir di Hancheng di tahun 455 Masehi (163 tahun yang lalu) pada masa dinasti Zhou utara berkuasa (dinasti utara dan selatan yang terbentuk setelah kekuasaan Dinasti Jin terpecah). Berlatih 50 tahun di timur di danau Changbai (ruang waktu) dan dibimbing oleh Taiyi Zhenren.
Di usia dirinya genap 20 tahun waktu asli, beliau keluar dari pelatihan di timur dan menuju ke selatan, Ia sempat 5 tahun mendukung dinasti Liang sebagai jenderal bagian logistik tetapi terakhir beliau pulang ke kampung halaman dan mendalami ilmu silat. Selang 40 tahun kemudian di usianya yang ke 65, dia pergi ke kuil Shaolin dan menantang Damo Zhusi. Ilmu silat dari leluhur Feng yang terutama adalah ilmu pedang 3 bagian terdiri dari 9 tingkat, menguasai 9 tingkatan Beiji Shengong.
(Untuk selajutnya, sudah diceritakan kakek Feng di Desa misteri - Baca BAB X)
Setelah itu, kabar Damo Zushi sudah parinibbana membuat leluhur Feng Zhiyan berduka. Dia sempat pulang dan menitip pesan kepada pengurus rumah terdahulu. Tidak berselang lama, terdengar bahwa dirinya juga sudah wafat. Sampai sekarang wafatnya leluhur Feng benar-benar jadi misteri dan tidak ada yang tahu. Keturunan selanjutnya lebih senang mendukung kerajaan dan hanya belajar ilmu silat sekedarnya sampai ke kakek tuan muda. Kakek tuan muda terlihat adalah seorang pesilat ulung. Keluarga Feng menaruh harapan yang tinggi terhadapnya namun kejadian malang tidak bisa ditolak. Kakek tuan muda meskipun berhasil meyakini ilmu silat tingkat tinggi namun karena tidak menguasai Beiji Shengong, dia mencoba menguasai Tian Zhong Fo Guang Dagong dan dia gagal. Ilmu tenaga dalamnya sudah tidak dapat pulih lagi selama-lamanya, Kakek tuan muda sekarang hidup di desa misteri bersama istrinya. Sedangkan ayahanda tuan muda mengganti namanya setelah keluar dari Hancheng, sangat tertarik terhadap literatur dan mengurus negara. Dia mengabdi kepada Kaisar Wen dari awal sebelum naik tahta, dia membantunya sampai Dinasti Sui terbentuk. Ayahanda tuan muda adalah panutan semua orang di masa itu, dia jujur, berbakat, ahli strategi dan seorang pahlawan.
Beberapa orang yang direkomendasi oleh ayahanda tuan seperti Su Wei, Yang Su, Heruo Bi, Han Qinhu adalah orang-orang yang berbakat dan sanggup mendukung negara. Salah satu saja di antara mereka jika didengar maka negara sudah makmur. Dinasti Sui mendadak maju dalam 20 tahun terakhir adalah karena beberapa nama ini.
Namun malang tidak bisa ditolak ketika Kaisar Wen hendak mengangkat Selir Zhang dari kerajaan Chen terdahulu untuk menjadi Selirnya sendiri. Ayahanda tuan muda menolak habis-habisan di kala itu. Dia berkata bahwa selir Zhang tidak cocok sebab sifatnya dengki dan berbahaya, ayahanda tuan membandingkan sifat Selir Zhang seperti Daji (Selir raja Zhou dari Shang). Kaisar Wen tidak mendengarnya dan tetap mengangkat selir Zhang ini untuk menjadi selir. Malang tidak bisa ditolak, sebenarnya Putra kaisar Wen, Yang Guang sangat mencintai selir Zhang dan ingin mengambilnya sebagai miliknya sendiri karena Yang Guang sangat gila dan terobsesi wanita cantik. Selir Zhang diberitakan adalah wanita yang paling cantik di dunia saat itu, kabarnya selir Zhang memiliki wajah yang mirip 1/2 orang dataran tengah dan 1/2 orang utara ujung (Sekarang Russia).
Di tahun 604, terjadi pembunuhan Yang Jian atau Kaisar Wen oleh Jianmo atas perintah Yang Guang. Yang Guang segera naik tahta dan orang pertama yang hendak dibunuh ketika itu adalah Ayahanda tuan.
Selama 3 tahun dia hidup dalam pelarian karena Jianmo dan semua anggotanya mengejarnya habis-habisan.
Bahkan sebelum dia sempat hidup menyepi di Desa misteri, di Nanyang ayahanda tuan tewas di tangan Jianmo.
Pada saat kejadian, tuan besar telah menitipkan tuan muda kepada hamba. Hamba dan tuan muda hanya bisa bersembunyi tanpa berani mengeluarkan suara saat itu. Tuturan terakhir dari kakek Yuan membuatnya menangis tersedu sedu teringat akan tragedi masa lalu.
Yunfei terkejut mengetahui bahwa ayahnya adalah menteri setia Dinasti Sui, Gao Jiong. Gao Jiong sangat terkenal akan kemurahan hatinya sebagai menteri tinggi di pemerintahan Dinasti Sui ketika Yang Jian (Kaisar Wen) masih berkuasa. Negara makmur dan rakyat hidup berkecukupan karena dasar politik dan jiwa luas yang selalu memberi yang terbaik untuk rakyat.
Gao Jiong memang sangatlah terkenal. Setelah tahun 604, banyak yang menyesalkan Gao Jiong terusir dan ketika dirinya tewas, semua orang bersedih hati ketika mendengarnya.
Lalu Kakek Yuan melanjutkan,
"Tuan muda kubawa ke selatan saat terjadi krisis ayahanda tuan yang bertemu dengan Jianmo. Meski diriku tidak terkejar, nyawa tua tak berguna ini adalah pemberian tuan besar dan nyonya besar. Hamba membawa tuan muda yang masih berumur 7 tahun ke Tianmen. Karena tidak rezeki, diriku tidak bisa masuk ke gerbang Tianmen mengawal dan menjaga tuan muda. Hanya berbekal sebuah surat dari tuan besar, tuan muda diselamatkan oleh orang tua yang keluar dari gerbang Tianmen, menggandeng tuan muda. Dan hanya sekejap saja 7 tahun sudah terlewati."
Yunfei sudah yakin 100 persen bahwa Ia lah anak yang dimaksud oleh Kakek Yuan. Tetapi karena tidak ingin menyembunyikan sesuatu dia lantas berkata.
"Sebenarnya ingatanku sejujurnya ketika berumur 7 tahun, sudah hilang kesemuanya."
Kakek Yuan membenarkan perkataan Yunfei.
"Benar sekali sebab waktu itu orang tua yang muncul dari gunung Tianmen mengatakan bahwa tuan muda terlalu shock melihat ayahanda tuan dan ibu dibantai oleh pasukan kerajaan. Dia berniat menghapus ingatan tuan muda kemudian menerima tuan muda sebagai muridnya."
Semua puzzle hati Yunfei sekarang telah terselesaikan. Dia melihat ke arah nisan kembali, melihat ke arah nisan kakek Feng yang masih kosong namun tertulis nama di meja altar "Feng Quyao" dan nama wanita di sebelahnya adalah "Huo Liangyi".
"Kakek pasti marah ketika mendengar bahwa ayahanda telah tewas terbunuh, lantas kemari dan hendak belajar Tian Zhong Fuo Guang Da Gong..."
Kakek Yuan terkejut mendengar perkataan Yunfei. Lalu dia membenarkan memang begitu kejadiannya dan sebenarnya kakek Feng mengurus desa misteri dan ketika mengetahui bahwa puteranya sedang dikejar di Nanyang, dia hendak memburu kesana. Namun sebelum dirinya sampai, sang putera telah tewas. Dia yang menguburkan puteranya dan menantunya sendiri di Nanyang bagian utara.
"Jika suatu saat tuan muda ada ke Nanyang utara, disana ada bukit kecil yang bernama bukit Yinwo, tuan muda hendaknya bersembahyang kesana."
Yunfei mengiyakan perkataan kakek Yuan. Lantas dia mohon sesuatu hal kepada kakek Yuan.
"Itu temanku bernama Chang Zi, mohon kakek Yuan memberitahukannya untuk tinggal di rumahku saja dan jika dia berkenan, bisa mengelola rumah makanku yang tidak seberapa itu."
Kakek Yuan menanyainya.
"Lantas tuan muda hendak kemana."
"Mencari Yang Guang..."
Kakek Yuan bangga kepada tuan muda karena seketika dia hendak membalas dendam orang-tuanya yang tewas meski di tangan Jianmo tetapi atas perintah kaisar Yang Guang.
Yang Guang memang telah turun tahta. Yunfei tidak tahu harus kemana mencarinya, tetapi jarak di sini ke Luoyang cukup dekat. Disana Ia akan menanyai atau mendengar orang-orang yang tahu dimana Kaisar pensiun ini berada.
Yunfei balik ke rumahnya sendiri mengepak barang-barang keperluannya dan balik mencari kakek Yuan. Dia menyerahkan sebuah bungkusan dan meminta kakek Yuan menyimpannya.
Selanjutnya dengan membawa pedang Kebajikan dan beberapa keperluan serta pakaian, dia berangkat ke arah selatan menggunakan kudanya.
Tengah malam, Yunfei mengejar ke sungai Huang. Sebelum matahari terbit, dia sudah sampai di sungai. Menunggu 1 jam lebih, dia mendapat perahu yang menyeberanginya ke selatan. Lantas dia arahkan kuda ke arah tenggara ke Luoyang. Menjelang lewat tengah hari dia sudah sampai ke Luoyang dan beristirahat sebentar.
Dia duduk di sebuah restoran paling besar karena biasanya gosip kekaisaran dan dunia persilatan sering terdengar. Tidak perlu lama dia sudah mendapat informasi bahwa Yang Guang sekarang berada di Danyang, sebelah timur dari kota Hefei. Menimbang-nimbang, Yunfei merasa jauh lokasinya dengan Danyang adalah sekitar hampir 2.000 li. Jika ditempuh dengan kudanya bisa saja selama 3 hari sesuai dengan nama kuda Qianli-ma. Hanya saja istilah Qian-li ma bisa terlaksana jika jalanan rata dan kuda tidak istirahat sehari semalam. Ini sangat mustahil dilakukan. Dengan menghitung-hitung waktu, Yunfei merasa selama 10 hari dia bisa sampai.
Setelah membeli perlengkapan seadanya, Yunfei kembali bergerak ke arah tenggara. Kuda Yunfei sepertinya tahu maksud Yunfei yang ingin segera mencapai ke kota Danyang. Sehari dia tempuh perjalanan selama 15 jam dengan kencang dan teratur. Yunfei terkejut dan berpikir bahwa kuda miliknya memang bukan kuda sembarangan sesuai namanya Qianli-ma, sehari ditempuhnya sekitar 600 Li dalam waktu 14 jam.
Tetapi di hari kedua, perjalanan tidak begitu lancar sebab hujan terlalu deras, banjir menghambat seluruh perjalanannya.
Merasa kasihan terhadap kudanya, Yunfei turun dan berjalan bersama kudanya, kemudian mencari penginapan di Luo He sebelah tenggara dari kota besar Xuchang sedangkan sang kuda dia letakkan di samping penginapan yang tersedia tempat untuk kuda tamu. Melihat hujan deras dan petir menyambar terus menerus, dia merenung dan berpikir bahwa dirinya terlalu bernafsu untuk mengejar Yang Guang. Sekarang tidak ada beda dirinya dengan tukang bunuh atau pembunuh bayaran yang haus darah.
Tadinya hatinya terlalu penuh dengan kedengkian dan sekarang dalam keadaan sadar, Ia berpikir bahwa Ia bisa menjadi seorang yang tidak manusiawi lantas dirinya insyaf, memang dia masih berniat balas dendam tetapi tidak harus di saat ini.
Yunfei selanjutnya bergerak pelan saja ke Danyang, dia berpikir jika memang dia ditakdirkan berhasil pasti Yang Guang bisa diselesaikannya. Dia perlambat perjalanan dan menikmati perjalanan dengan santai-santai saja. Sepanjang jalan dia mendengar kisah kepahlawanan Li Yuan yang sekarang mendapat gelar raja dan putera keduanya Li Shihmin adalah seorang jenderal yang sangat berbakat. Dia juga mendengar kabar Li Xiaoping sudah diangkat menjadi seorang puteri, satu-satunya wanita yang mempunyai jabatan militer di kerajaan Sui.
Li Yuan mengangkat cucu kaisar Yang Guang, Yang You untuk menjadi kaisar boneka.
Yang Guang yang menjadi taishangwang (kaisar pensiun) mendapat posisi kerajaan di Danyang (Nanjing sekarang). Meski sudah turun tahta, Yang Guang masih dimaki-maki oleh penduduk setempat dan bersyukur bahwa suatu saat Li Yuan dapat bangkit dan menjadi seorang Kaisar. Harapan rakyat kepada Li Yuan sungguh besar karena memang benar Li Yuan mencintai pasukan seperti anak kandungnya sendiri. Jika dulu pasukan Sui di bawah Yang Guang semuanya jemawa, sering terlibat pertarungan dengan orang tidak berdosa dan ketika berada di desa juga sering merampok makanan meski tidak sampai sembarang membunuh. Sedangkan Li Yuan sangat berbeda, aturan dan hukuman di terapkan sangat ketat. Pujian terhadap puterinya, Li Xiaoping bahkan lebih banyak terdengar dibanding Li Jiancheng yang praktis putera sulungnya. Nama kedua putera puteri Li Yuan yaitu Shihmin dan Xiaoping sudah termashyur selain di ibukota. Li Yuan diyakini semua rakyat hanya tinggal menunggu waktu naik tahta menjadi kaisar.
Yunfei merenung dan berpikir bahwa bagaimanapun jenis kekuasaan hanya bersifat sementara, dipikirkan dari dulu dinasti terus menerus berganti. Hanya kaisar yang baik yang bisa mempertahankan kerajaannya "lebih lama" tetapi tidak selama-lamanya karena suatu saat akan ada keturunan sang kaisar yang tidak becus dan hal demikian selalu dan selalu terjadi. Yunfei sesaat berpikir dia sangat berbeda dengan ayahandanya, Gao Jiong / Feng Jiong karena pemikiran Yunfei lebih bersifat ke atraktif sedangkan ayahnya harusnya bersifat lebih kaku dan administratif. Ia merasa dirinya lebih terbuka dan tidak akan ngotot terhadap sesuatu hal dan pemikirannya lebih bersifat bebas namun terkendali. Yunfei pernah membaca literatur tentang hidup orang-orang bijak di desa misteri, mengenai riwayat Gao Jiong tentu pernah dibacanya dan dari sini dia menilai bahwa sang ayah adalah orang yang sangat keras.
Perjalanan dilanjutkan dengan sehari dia hanya menempuh sekitaran 50 li saja, sampai di awal musim panas di bulan 4. Yunfei sudah menyeberangi sungai Yangtze (Changjiang) dan letak Danyang sudah tidak jauh karena kota Danyang dialiri oleh Changjiang dan dekat ke muara sungai terpanjang di daratan tengah ini. Sekarang dia sudah sampai ke Jinling, sebuah kota ramai di timur. Melihat keadaan sekitar, Yunfei kagum akan kehidupan selatan. Dulu ada yang menulis sajak:
"Tian Xia Di Yi Jiangshan" (Di bawah langit nomor 1) ini terletak di Jiangnan. Setelah Yunfei berkeliling dan menikmati, dia merasa julukan itu memang tidak salah. Musim semi baru lewat, musim panas sudah berjalan beberapa hari. Angin dan udara Jiangnan tidak dingin seperti di utara, udara disini sifatnya lembab, seribu sungai kecil bisa dilihat dari perjalanannya yang sering melewati parit dan jembatan sungai kecil.
Yunfei tiba di kota Danyang pada bulan ke 4 tanggal 10. Lantas memilih penginapan kecil, dia beristirahat. Malamnya, dia menanyai pemilik penginapan dimana lokasi istana kaisar Taishanghuang (Kaisar pensiun Yang Guang). Pemilik penginapan menunjuk ke arah selatan kota, disana terdapat sebuah istana yang cukup besar yang dibangun pada masa Dinasti Jin selatan.
Yunfei menyiapkan diri sedemikian rupa, ketika tengah malam, dari jendela dia loncat melalui atap ke arah istana. Bergerak di malam hari lebih leluasa tentunya untuk Yunfei. Hanya selang beberapa menit dia sudah mendarat di atap rumah terbesar yang diyakini tempat tinggal Yang Guang. Penjagaan istana ini ketat seperti istana kota raja karena tentu Li Yuan juga tidak ingin kaisar pensiun Yang Guang ini mencari momentum mendirikan kerajaan kembali. Semua akses dan pertemuan di blok, kaisar pensiun ini tidak berhak menemui siapapun meski dirinya hidup di istana atau boleh dibilang ini lebih cocok sebagai penjara yang sangat-sangat mewah.
Yunfei segera membuka genteng untuk mengintip ke dalam ruangan taishanghuang dan menemukan ada seorang pria berumur 50 tahun sedang memeluk dua wanita sambil berpesta minum-minuman arak. Kedua wanita disini setengah telanjang dan melayani nafsu taishanghuang. Namun tidak lama, Yunfei tahu ada seorang wanita berjalan dan mendorong pintu masuk ke dalam ruangan Yang Guang. Yang Guang yang melihat wanita ini adalah permaisurinya lantas marah murka. Ketika permasisuri ini hendak mengatakan sesuatu, Yang Guang meneriaki kasimnya. Kasim langsung masuk ke dalam ruangan, dia meminta permaisuri ini dibunuh di depannya. Lantas mengangkat pedang, kasim langsung menebas permaisuri meski permaisuri sudah minta ampun kepada Yang Guang.
Yunfei yang melihat kekejaman kaisar Yang Guang ini seketika emosi dan hendak turun untuk membunuhnya. Tetapi dari arah gerbang depan dia merasakan banyak orang telah masuk ke dalam istana. Yunfei melihat ada sepasukan yang menerjang masuk, membunuh semua pengawal-pengawal istana. begitu sampai di dalam, melihat ada 4 kasim disana langsung diterjang oleh mereka. Namun kasim-kasim yang diterjang oleh pemimpin ini memiliki ilmu silat yang lumayan tinggi. Empat orang kasim yang berjaga melihat pasukan lawan berjumlah lebih dari ribuan orang lantas semuanya lari menerobos jendela belakang ruangan istana. Sekarang hanya tinggal Yang Guang dan kedua selirnya yang ketakutan.
"Yuwen Huaji!!! Apa yang kau lakukan???" Teriak Yang Guang.
"Tentunya memberontak Yang Mulia.." tutur orang bernama Huaji ini tertawa.
"Tidak sedikit kebaikan kuberikan kepada kalian ayah dan anak bahkan adikmu kunikahi dengan puteriku, mengapa kau lakukan hal ini?" tanya Yang Guang kepadanya.
Lantas Yuwen Huaiji berkata.
"Perbuatanmu terlalu laknat.. Seluruh bumi berpijak ini sudah terlalu marah padamu, dan bukan hanya saya seorang yang memberontak" jawab Yuwen Huaji dan dia meminta Yang Guang memilih bagaimana cara mati yang paling baik untuknya. Yang Guang meminta arak beracun untuk kematiannya tetapi ditolak oleh Huaiji karena tidak gampang ditemukan arak beracun disekitaran sini.
"Jika begitu mati dicekik lebih baik.." tutur Yang Guang. Tetapi dia meminta sebilah pedang kepada prajurit. Yuwen Huaiji mengiyakan permintaan Yang Guang dan segera dia berbalik dan menusuk mati kedua selirnya yang masih berada di ranjang. Lantas dia membuang pedang dan duduk di kursi samping terbengong. Dari belakang, Linghu Xingda lantas membuka baju dan menggunakan kain dari bajunya dari belakang mencekik Yang Guang. Selang beberapa menit, Yang Guang sudah tewas.
Yuwen Huaiji tidak yakin dan bisa saja Yang Guang pura-pura mati. Linghu Xingda sekali lagi mengangkat pedang menggorok leher Yang Guang dan akhir kehidupan dari Kaisar laknat ini hanya tewas di tangan orang rendahan.
(Kisah pembunuhan Yang Guang di bulan ke 4 tanggal 11 adalah sesuai sejarah, bukan fiksi. Yuwen Huaiji memberontak dan masuk ke dalam istana juga adalah sejarah, Yang Guang tewas dicekik menggunakan kain oleh Linghu Xingda juga tercatat di sejarah)
Belakangan Linghu Xingda juga mati karena perkara sepele, dia memaki penjagal babi di kedai arak pada saat keduanya sedang mabuk. Penjagal babi itu marah dan membacoknya dengan golok, Linghu Xingda juga tewas di tangan orang rendahan.
Semua proses kematian Yang Guang disaksikan oleh Yunfei di atas atap. Dia segera pergi ke penginapan dan tanpa ada rasa gairah dia berkuda ke barat laut dengan perlahan. Yunfei merasa kematian Yang Guang dengan mudah di tangan orang-orang rendahan, di tangan pengkhianat kerajaan dan orang-orang yang dipercaya oleh Yang Guang sendiri. Seketika dia sangat muak akan yang namanya politik dan kerajaan mengingat ayahnya juga tewas karena berkecimpung di politik.
Begitu ibukota tahu bahwa kaisar taishanghuang tewas dan Yuwen Huaiji mengangkat dirinya menjadi kaisar dan mencaplok wilayah Jiangnan. Li Yuan memerintahkan untuk meminta mayat dari Yang Guang, dan Yuwen Huaiji setuju untuk mayat Yang Guang dikirim ke ibukota. Tetapi sepanjang perjalanan untuk sampai ibukota, mayat di dalam peti mati berkali-kali dihantam oleh halilintar. Ketika sampai di kotaraja, mayat Yang Guang sudah hangus terbakar bahkan tubuhnya sudah tidak utuh. Bahkan langit marah memerintahkan petir menyambar mayat Yang Guang beberapa kali.
Li Yuan memimpin upacara untuk pemakaman mantan kaisar Sui dan pemakaman dilaksanakan dengan khidmat sesuai adat kerajaan.
Yunfei yang berjalan perlahan dengan kuda dari Danyang. Dia teringat bahwa kedua orang tuanya terbunuh di Nanyang, karena termasuk searah dia memutar sedikit dan selang 10 hari dia telah sampai dan dengan mudah menemukan makam kedua orang tuanya.
Gao Jiong terkenal semasa hidupnya jadi kuburan miliknya sering disembahyangi orang orang yang lewat baik pelancong ataupun orang orang yang kenal dengannya. Yunfei menyiapkan perlengkapan sembahyang dan bersujud di makam kedua orang tuanya, ia tinggal 3 hari disana, membersihkan makam dan menyembahyangi mereka. Kemudian Ia berangkat kembali ke Hancheng.
Yunfei akhirnya sampai kembali di Hancheng dalam tempo 15 hari dari Nanyang.
Dia melihat bahwa tokonya sekarang jauh lebih laris ketika dikelola oleh Chang Zi, ia merasa malu bahwa dirinya selain bersilat tidak bisa melakukan apapun meski hanya menjual mie dan bubur. Chang Zi menyambutnya dengan berbahagia lantas membuatkan mie sapi untuk mentraktir bossnya sendiri. Yunfei tertawa melihat Chang Zi dan putrinya yang telaten melayani pelanggan. Semua rasa suntuk di dalam hatinya sudah terbayarkan dengan kehangatan ayah dan anak ini. Sekarang usaha dia diberikan kepada Chang Zi sepenuhnya. Berulang kali Chang Zi berterima kasih kepada Yunfei. Yunfei senang melihat kelakuan orang yang memang sebenarnya tidak begitu cocok dengan pembawaannya. Chang Zi terlihat besar dan kasar sedangkan kelakuannya sangat sopan dan merendahkan diri.
Lantas Yunfei berjalan ke rumahnya sendiri. Kakek Yuan menanyainya bagaimana kondisinya? Yunfei bercerita bagaimana dirinya sampai ke Danyang dan bagaimana dia melihat Yang Guang tewas di tangan anak buahnya sendiri. Serta dirinya juga sempat menyembahyangi makam kedua orang tuanya di Nanyang.
Kakek Yuan berbahagia, dia berlutut ke arah nisan ayahanda dan ibunda Yunfei dan menyembah beberapa kali.
"Sekarang hanya tinggal seorang Jianmo, jika tuan muda ada waktu harus membalaskan sakit hati tuan besar dan nyonya besar."
Yunfei bersujud ke arah nisan orang-tua nya memberi hormat dan menyembah lantas dia berjalan ke meja di dalam.
"Tuan muda, mari kutunjukkan sesuatu..."
Kakek Yuan membuka pintu batu di depan ruangan Yunfei berada. Pintu batu bergeser dan di depannya terlihat seperti sebuah kolam kecil dan kiri kanannya adalah jalan buntu. Dia menunjuk.
"Di dalam adalah sebuah kolam yang berasal dari danau di seberang. Dengan menyelam selama setengah jam, Tuan muda bisa sampai ke tempat rahasia keluarga Feng."
Yunfei terkesima dan tidak disangkanya ruang rahasia keluarganya sendiri juga rumit, serumit teknologi di gunung Sanqing.
"Lorong ini dahulu dibuat leluhur Feng Zhiyan, Kakek dari tuan muda pernah pergi kesana dan hampir kehilangan nyawa pada saat dirinya balik. Untung nenek tuan muda adalah ahli pengobatan dan dalam 3 malam nyawa kakek tuan muda bisa ditolong."
Yunfei berdiri dan melihat ke arah lorong yang berisi air. Dia berpikir bahwa sang kakek kehilangan tenaga dalam di ruang rahasia dan terpaksa balik mengandalkan diri sendiri tanpa dilindungi tenaga dalam dan ini tentu sangat membahayakan dirinya.
Bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar