Pages

Jumat, 19 Maret 2021

Novel Riakan Awan Iblis Pedang Bab 20

 

Bab XX - Akhir Hidup Zhao Pingyang

Akhir tahun 621 Masehi, Yunfei mulai melakukan pelatihan di Danau Surgawi, Ketika malam tiba disini selalu hujan salju, angin dingin menderu-deru menghempaskan danau. Air danau sudah hampir beku ke-semuanya.

Yunfei memulai latihan di hari pertamanya dengan seharian bermeditasi melakukan kontemplasi terhadap Beiji Shengong, Ilmu tinju 365 gerakan dan Ilmu pedang serta Tenaga dalam Tianzhong Dagong. Seperti dahulu saat dia berlatih di Desa misteri, dia bangun pagi-pagi menyiapkan diri kemudian bermeditasi menghadap danau, ketika sore menjelang malam dia sudah balik ke rumah. Ashina Yuelin, atau Ibunda Li Yanping melayaninya memasak makanan tadi pagi dan malam ini. Sewaktu malam, Ibunda Yanping menanyainya tentang kabar puterinya itu.

"Dia sehat-sehat seharusnya bibi. Bibi ingin menjumpainya?" tanya Yunfei.

Tetapi dia hanya diam saja, segaris rasa rindu kesepian terhadap sang puteri terlihat di kedua matanya.
"Apakah Zhenren memperbolehkan kalian bertemu?"

"Zhenren tidak pernah melarang, tetapi dia berada di dunianya sendiri, sedangkan aku..." tutur bibi Ashina ini, tidak lama kemudian terlihat dia menangis.

Yunfei menghiburnya dan berkata jika Zhenren tidak menolak dia datang, maka Yunfei hendak membawanya kemari.
"Dia itu anak belum sanggup kemari... Bagaimana bahayanya air terjun itu nak Yunfei juga tahu."

Yunfei menimbang-nimbang, memang sangat bahaya jika harus menerjang masuk dari pintu air terjun yang deras itu tetapi Yunfei berjanji akan membawa nona untuk kemari.
"Setidaknya kita bisa datang lewat utara."

Ashina Yuelin yang mendengar perkataan Yunfei seketika wajahnya bersemangat, dia berkata.
"Tubuhku sudah rusak belasan tahun yang lalu, sekarang hanya tersisa roh meskipun kasar tetapi aku tidak bisa memeluknya. Berbeda dengan kakak seperguruan, Ia yang masih hidup dan dia bisa keluar dari tempat ini ke Yunnan karena sekarang dia sudah termasuk ke manusia abadi yang berlatih untuk mencapai tingkat dewa, air terjun itu tidak berefek sama sekali kepadanya sedangkan diriku tidak bisa meninggalkan wilayah ini."

Yunfei tersenyum, dia berkata.
"Bibi tidak usah khawatir, jika saja Yanping tahu bahwa dia bisa melihat Ibunya tentu dia akan sangat senang. Dan aku akan mengusahakan yang terbaik untuk dirinya dan bibi juga."

Ashina Yuelin berterima-kasih kepada Yunfei. Dia meminta pemuda untuk bercerita mengenai sang puterinya. Yunfei tidak tahu bagaimana diri si nona dulu, setahunya dia melakukan pelatihan di gunung Song dalam jangka 2 tahun waktu dunia keabadian, dan ketika pertama kali bertemu dengan si nona di Desa Wang. Yunfei menceritakan semua hal-hal antara dia dan si nona sampai terakhir dia dikurung di Chang-an dan dalam waktu 3 bulan kemudian dia baru boleh keluar dari kota-raja untuk hanya di Chang-an dan 3 bulan kemudian dia barulah diperbolehkan keluar dari ibukota.

Ashina Yuelin terlihat tidak senang, dia berkata.
"Dahulu suamiku tidak begitu, kenapa dia bisa-bisanya memaksa kehendak puteriku dan memisahkan kalian?"

"Ini semacam pernikahan politik, sebenarnya tujuannya tidak buruk, hanya saja sekarang orang yang merusak peradaban itu berada di Tujue timur. Dan tujuannya entah apa kita juga tidak tahu dan jangan-jangan malah pernikahan ini merupakan idenya." tutur Yunfei.

"Tidak bisa jadi...
Klan Ashina adalah klan yang dianggap suci di utara. Jadi sebenarnya diriku juga termasuk sepupu dari Kaisar sekarang. Jadi kita semua masih berkeluarga, marahnya diriku karena kenapa Li Yuan tidak menyebut bahwa diriku berasal dari klan Ashina? Malah hendak menikahkan puterinya yang masih 1/2 darah keluarga suci utara dengan orang yang termasuk abang sepupunya."

Yunfei berpikir benar juga perkataan Nyonya ini. Di daratan tengah pernikahan antara sepupu mungkin masih ada dalam batasan tetapi masih termasuk wajar sedangkan di utara, sangat ditentang hal demikian.

"Bibi jangan terlalu bersedih dan marah, nantinya akan kuatur pertemuan dengan puteri sehingga sama-sama baik bibi dan Yanping juga berbahagia." tutur Yunfei kembali dengan tersenyum.

Bibi Ashina segera memberi hormat dan berterima kasih kepada Yunfei.
Hari ke 7, Yunfei tetap melakukan kontemplasi terhadap ilmu silat yang sudah diyakininya semua. Dia merasa kemajuannya lumayan baik, dengan mencari celah ilmu silat nya sendiri maka dia bisa membendung, menahan dan merancang kembali jurus-jurus yang tidak perlu tetapi menajamkan jurus yang ada terlebih dahulu.
Selang 10 hari, dia menulis surat kembali ke Chang Zi dan Xia Yi. Kali ini dia menulis bahwa mungkin dia akan lama berada di sini. Jadi jika Chang Zi hendak balik ke utara, bisa dia meminta bantuan orang desa misteri untuk membawanya kembali ke Hancheng. Dia juga selipkan suratnya untuk Yanping meski dia masih yakin si nona belum bisa keluar istana untuk ke rumah kecil di Chang-an.

Tanpa terasa sebulan sudah terlewati, hari-hari Yunfei selalu melakukan meditasi saja dan tidak sekalipun dia bergerak melatih jurus. Dia masih tetap merangkai kembali ilmu silatnya dan mencari gerakan baru yang lebih sempurna. Berbeda dengan pada saat dia datang, jika pada awal dia masih bingung seperti menyusun puzzle, sekarang dia sudah lebih terkonsen akan semua jurus yang perlu dan yang tidak perlu. Dia merasa bahwa telapak adalah solusinya untuk pertarugan jarak dekat, dan setiap telapak bisa berubah sesuai kondisinya menjadi tinju, cakar, tutukan jari, tamparan, sentilan, sampai mencengkram. Sekarang memang saat yang paling susah untuk Yunfei yaitu mencari cara untuk mengganti jurus dan menerapkan setiap jurus hingga mengandung tipuan.

Yunfei teringat ilmu pedang tanpa suara dan suara menderu, dia jadikan dasar ilmu pedang ini untuk melatih tapaknya. Di bulan keduanya, dia baru mencoba berlatih semua jurus-jurus yang sudah dipikirkannya sedemikian rupa. Tetapi Ia merasa masih ada sedikit-banyak kekurangan namun Ia kadang tidak tahu dimana kekurangannya. Hari-hari dilewati oleh pemuda untuk berkonsentrasi melatih silatnya, sekarang dia merasa tinjunya yang 365 gerakan sudah hampir dilupakan semua terutama ilmu silat yang berpola, dia pangkas menjadi 72 gerakan yang lebih efisien tetapi tidak melulu tinju terkandung di dalamnya, banyak malah adalah tenaga luar dari silat tangan kosong.

Pada suatu malam, dia duduk di sebelah danau yang hampir mencair itu dan minum arak yang di bawa oleh Chen Chang. Chen Chang telaten keluar dari gua dan kembali membawa arak titipan dan kali ini dia membawa surat untuk Yunfei.
Yunfei tahu bahwa surat ini dari Li Yanping, dia buka dan baca.

"Teruntuk Kakak Yunfei yang kucintai,
Betapa senangnya diriku membaca setiap 10 hari kamu mengirimkan surat untukku. Namun aku hanya sanggup membalas suratmu ketika sudah sebulan. Aku baik-baik saja dan selama ini kakak-ku selalu menjagaku dengan sangat baik. 3 bulan kemudian aku akan mencarimu di Yunnan, di saat itu kuharapkan bisa bertemu denganmu.
Dari,

Li Yanping yang selalu menunggumu."

Setelah membaca surat dari Yanping, Yunfei bergembira hati. Dia tidak dalam keadaan gundah lagi karena tidak menemukan pemecahan ilmu silatnya sendiri dalam 2 bulan lebih ini. Lantas dia masuk ke dalam rumah dan membalas surat menyatakan bahwa dia akan menunggunya di Yunnan.

Kembali Yunfei duduk di danau, mengambil posisi 1/2 tidur bersandar. Dia melihat ke arah bintang di langit yang terang benderang, dia tahu ini adalah musim semi dan cuaca di sini sudah agak membaik meski udara masih terasa dingin. Bintang bersinar dengan terang dan membentuk rasi bintang yang cantik menerangi semesta yang gelap.

Dan tanpa terasa, dia telah tertidur.
Di dalam mimpi-nya, dia melihat pertarungan 2 orang, sama-sama keduanya memakai baju perang indah berwarna keemasan dan kondisi di sekitaran sangat terang.
Kedua orang tidak dikenalinya, diperkirakan umurnya sekitaran 30-an tetapi ilmu silat keduanya yang sedang bertarung memainkan gerakan tangan menggunakan telapak keras.

Dia melihat dengan jelas bahwa ilmu silat kedua orang menggunakan tenaga dalam yang merapat terus menerus, ratusan jenis serangan ilmu tangan kosong dan pergerakan setiap tipuan telapak mereka tunjukkan untuk saling bertarung tetapi hasilnya tetap berimbang. Kemampuan silat tangan kosong kedua orang ini bisa dibilang sudah sangat lihai, semua ilmu yang keluar dari tangan dan kaki mereka tidak terbendung seharusnya namun baik menyerang dan bertahan keduanya tetap sama kuat.

Kemudian keduanya memainkan tinju dan tendangan yang lembut, berbeda dengan tadinya mereka kedua bertarung dengan keras, Ilmu tangan kosong meliputi kaki juga, tendangannya terlihat lambat dan terlihat tidak berenergi namun nyata tenaga dalam keduanya sangat hebat karena sapuan tenaga lambat ini malah lebih kuat energi dalamnya daripada serangan keras tadinya. Ratusan jurus sudah dikeluarkan mereka berdua dengan pertandingan lambat namun tetap sama hasilnya keduanya tidak sanggup saling mengalahkan.

Yunfei terkagum dan menyadari di dunia ini masih ada ilmu silat tangan kosong yang begitu lihai dan Ia berpikir jika salah satu saja merupakan lawannya, dia tidak akan sanggup bertahan 3 hingga 4 jurus saja. Sesaat kemudian dia melihat kedua orang datang kepadanya, dan orang pertama terlihat bergerak hendak memukulnya. Yunfei segera bertahan di kiri dan kanan, dengan gerakan tangan kiri mencengkram dan tangan kanan memukul dengan telapak, Yunfei melayani panglima perang ini. Dia mainkan 72 jurus yang sudah dipangkasnya dari 365 gerakan, dengan luwes melayani panglima perang.

Pukulan Yunfei tepat menghantam ke dada orang di depan, tetapi kedua pukulannya sebelum sampai sudah dibendung lawan dengan menyingkirkan telapak dan cengkraman-nya hanya dengan menepis menggunakan tangan. Segera Yunfei tahu kedua serangannya tidak mendapatkan mangsa. Dia ubah jurusnya menjadi satu tinju dan satu lagi ilmu jari. Tangan kiri dia arahkan dengan tinju ke ulu hati lawan, sedangkan tangan kanan di arahkan energi jari ke muka. Panglima perang ini hanya mengangkat sebelah tangan menyapu ke bawah, energi jari lantas sudah dimusnahkan dan tinju Yunfei ditahan dengan sebelah tangan. Suara plokk keras terdengar, sebelum Yunfei hendak mainkan tinju diubah ke telapak.
Orang ini sudah memukul lurus dengan telapak ke dada Yunfei. Yunfei yang sudah siap segera melayani dengan telapak menahan ke depan. Kedua telapak terdengar menimbulkan suara keras, terlihat bahwa kedua telapak sama kuat, tetapi Yunfei segera menyadari bahwa energi telapak yang terlihat menghantam 1 arah ternyata menyimpan energi melingkar yang kuat dan energi lingkaran ini membuat Yunfei terlempar sangat jauh, jatuh ke lantai dan sesaat itu dia tiba-tiba tersentak bangun. Dia merasa berkeringat dingin di cuaca yang dingin seperti demikian dan melihat di sampingnya sudah berdiri Zhenren.

"Bagaimana?" tanya Zhenren.
Yunfei bangun dan bersujud kepadanya. Dia berkata.
"Pukulan kedua orang dalam mimpi ini sangatlah bagus. Bahkan dalam 3 jurus aku sudah kalah dan terjatuh."

Zhenren tertawa, lalu Ia menjelaskan.
"Kedua orang itu adalah Dewa perang dari langit ke tujuh. Yang memukulmu tadi adalah Li Guang, sedangkan 1 lagi adalah Huo Qubing."

Yunfei terkejut mendengar perkataan Zhenren, dia tahu dalam sejarah Han bahwa kedua jenderal perang  adalah jenderal yang tak tertandingi yang mengusir bangsa Xiongnu dari utara. Keduanya adalah pahlawan zaman dinasti Han barat yang berhasil mengusir bangsa Xiongnu sampai ke Danau Baikal (sekarang Russia).

"Melihatmu begitu konsentrasi melatih ilmu tangan kosong, keduanya memberikan petunjuk untukmu. Tadi mereka meminta izin kepada diriku untuk menunjukkan beberapa gerakan yang sangat sakti untuk pertarungan tangan kosong."

"Pukulan mereka sangat luar biasa, tidak ada celah penyerangan karena semua arah serangan sudah tertutup oleh serangan. Jadi bisa dibilang bahwa energi menyerang mereka melingkup dengan bertahan, kedua jenderal yang saling menyerang juga sekalian bertahan. Jika tadi diriku memakai pedang pun tidak tahu harus menyerang darimana dan kemana." tutur Yunfei.

Zhenren tertawa, dia mengatakan.
"Ilmu silat mereka berdua sudah tiada bandingan sekarang di langit, keduanya menjadi penjaga langit karena kemampuan mereka. Hari ini mereka turun ke dunia untuk mempertunjukkan keahlian kepadamu, ini termasuk adalah rezeki yang sangat besar." Begitu dia selesai mengatakan hal ini, Zhenren terlihat jalan ke arah danau dan dirinya sekejap sudah hilang.

Yunfei bersujud kepadanya kemudian menghadap langit dia bersujud menyembah dan berterima kasih kepada kedua Jenderal langit yang membantunya untuk memecah kebuntuan pikiran. Lalu dia masuk ke dalam rumah bambu dan mencari kertas dan alat tulis. Ia masih terbayang-bayang pukulan ilmu tangan kosong keduanya, dia segera menggambarkan beberapa pose silat dari kedua dewa. Dan meskipun jurus mereka tadi ditunjukkan sebanyak ribuan gerakan ilmu tangan kosong, Yunfei hanya sanggup menyerap dan mengingat sekitar 1/4 saja dari semua gerakan yang dipraktekkan Jenderal Li Guang dan Huo Qubing. Sisa pergerakan jurus kedua jenderal langit itu, nantinya akan dipikirkan kembali pada saat senggang.

Yunfei masuk ke rumah bambu dan beristirahat. Keesokan harinya dia bangun dengan bersemangat, melihat kembali isi buku yang tadi malam digambarnya. Kemudian keluar rumah untuk mempraktekkan jurus telapak, hasilnya sangat baik sebab pukulan dia yang didukung tenaga dalam Tianzhong Dagong sangat memadai, dia ingat langkah kedua panglima langit itu dan meniru beberapa gerakan. Kemudian menciptakan jurus yang menyerang tetapi juga bertahan dan setiap serangan mengandung 1/2 tipuan dan tidak ada serangan yang betul-betul keras jika belum mengenai lawan. Sore harinya, dia sudah menyerap semua gambar silat itu dan memainkan pukulan telapak yang dahsyat.

Setiap dia mengeluarkan jurus, dia berpikir gerakan tipuan yang dibuat jenderal, dia ingat-ingat kembali setiap pose mereka berdua lalu dicatat jika dia merasa bisa lupa. Dalam waktu 4 bulan lebih  kemudian, dia sudah menguasai semua 1/4 dari total jurus yang dipraktekkan oleh kedua Jenderal.
Dia menghitung-hitung hari sudah dekat bahwa Yanping pasti akan mencarinya di air terjun Yunnan ini.
Selama ini balas membalas surat keduanya tetap lancar, lalu dia mencari bibi Yuelin.
"Bibi... Menurut perkiraanku, Yanping pasti akan ke Yunnan. Dalam beberapa hari ini, aku akan membawanya kemari. Hendak diriku meminta izin dari Zhenren."

"Tetapi... Apakah bisa dirimu nak?" tanya Ashina Yuelin.

"Akan kami usahakan, dan diriku punya keyakinan pasti bisa.." tutur Yunfei sambil tersenyum.

Zhenren sudah di depan pintu rumah bambu, dia berkata.
"Tentu sangat boleh, kenapa tidak?"

Yunfei berbalik dan bersujud, dia menyatakan terima kasih, Ashina Yuelin juga melakukan hal yang sama.

"Itu air terjun memang sangat deras, kemampuanmu sudah cukup untuk membawa puteri Changsha masuk kemari. Nanti kuminta Chen Chang untuk memblokir air terjun itu sebentar." tutur Zhenren dengan tersenyum.

"Ashina Yuelin... Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuanmu juga cukup baik. Aku tidak akan menghalangi pertemuan kalian hanya saja kamu harus ingat bahwa kalian di dunia yang berbeda. Suatu saat memang akan berkumpul balik, untuk sementara kamu boleh bertemu dengannya. Tetapi setelah itu, rajin-rajinlah mencapai kesempurnaan. Begitu dirimu sempurna maka tiada halangan bagimu untuk bertemu selanjutnya." tutur Zhenren.

Ashina Yuelin bersujud menyembah Zhenren dan menyatakan terima kasih sambil berurai air mata. Dia selalu berpikir bahwa sang guru sangat serius dan tidak pernah berani menyatakan permintaan seperti demikian, tetapi dilihatnya sang guru juga sangat menyayangi dirinya dan sangat fokus membimbing pelatihannya.

Perkiraan Yunfei tidak salah, beberapa hari kemudian sudah ada informasi bahwa Li Yanping sudah sampai di rumah bambu di depan air terjun Huangguoshu, Yunnan. Dia menuliskan surat untuk Yunfei yang mengatakan dia sudah berada di sana. Malamnya, Yunfei bersama Chen Chang keluar dari air terjun. Yunfei mencoba ilmu telapak yang baru dilatihnya, dia tidak akan menggunakan cara yang sama ketika dia datang kemari. Dia kumpulkan energi Tianzhong Dagong, di depan air terjun deras itu segera dia majukan kedua tangan mengarah ke atas. Air terjun yang harusnya turun ke bawah itu, terdorong oleh ilmu telapak saktinya ke atas, dan memanfaatkan momentum ini Yunfei mainkan kakinya dan bergerak meloncat. Dalam 10 langkah, dia sudah tercebur ke sungai dan air terjun yang bergerak ke atas itu kemudian turun ke bawah dengan lebih deras. Yunfei pernah melatih fisiknya pada saat di desa Misteri, meski terjangan air terjun ke bawah sangat deras namun tidak sampai membuatnya terseret tenggelam, dia berenang santai ke tepian.

Chen Chang berdiri di samping air terjun, tidak ikut masuk ke rumah bambu melainkan menunggunya di depan air terjun. Yunfei segera bergerak ke darat dan menemukan Li Yanping sudah menunggunya di dalam rumah.

Dengan bersemangat, dia menghampiri rumah bambu. Melihat bahwa Yunfei sudah sampai, Yanping maju ke depan dengan segera berurai air mata, Ia memeluk pemuda dan berulang kali meminta maaf bahwa dia baru saja bisa sampai kemari setelah 6 bulan tidak diperbolehkan keluar dari Chang-an. Yunfei memintanya untuk ikut dirinya, tetapi melihat sekitaran rumah bambu kosong, dia bertanya.
"Dimana Xia Yi dan Chang Zi?"

"Xia Yi membangun rumah kecil di ujung sana, tadi dia memanduku kemari. Sedangkan Chang Zi kabarnya sudah berangkat ke Hancheng 3 bulan lalu untuk kembali ke rumah keluarga Feng."

Yunfei mengangguk-angguk. Lalu dia tulis surat segera dan diletakkan ke meja bambu, surat ini ditujukan untuk Xia Yi dan memberitahukan bahwa Ia membawa Yanping ke dalam gua air terjun.

Yunfei segera menggandeng tangan si nona keluar rumah menuju ke arah air terjun.
"Aku hendak membawamu ke suatu tempat."

"Air terjun itu?" tanya Yanping menunjuk.

Yunfei tersenyum mengiyakan.

"Tetapi tidak mungkin diriku bisa sanggup masuk kedalam." Dilihatnya si nona berkerut kening.

"Bisa... Tenang saja, ada seorang manusia abadi yang akan memblokir air terjun. Kita akan kesana.." tutur Yunfei.

Begitu sampai di bawah air terjun, Yunfei melihat air melalui sinar bulan tiba-tiba seperti menyingkir dari samping. Memang jauh lebih hebat kemampuan Chen Chang karena kemampuan manusia abadi memang lain daripada yang lain. Terlihat Chen Chang memakai sebuah kipas mengipasi air terjun dan gua di belakang segera nampak.
Yunfei menggandeng nona dan sama-sama mereka menggunakan ilmu ringan tubuh, belasan langkah mereka sudah mencapai gua yang dimaksud.

"Ini adalah Tuan Chen Chang, dia adalah murid dari orang tua sepanjang masa." tutur Yunfei mengenalkan dan mengenalkan Li Yanping kepada Chen Chang. Chen Chang baik sikap dan pembawaannya dingin, dia tidak berbicara banyak tetapi memberi hormat mendalam dan Yanping juga membalasnya dengan merangkapkan tangan memberi hormat dalam.

"Jadi selama ini kakak Yunfei dilatih oleh orang tua sepanjang masa?" tanya Nona.

"Betul sekali, beliau memberiku banyak petunjuk." tutur Yunfei. Kemudian karena di depannya gua yang gelap, Yunfei menggendong si nona dan berjalan sampai ke ujung jalan, membuka pintu dan muncul ke danau Changbai. Yanping terheran-heran, jika di dalam gua tadi suara air terjun masih terdengar deras sekarang daerah ini sangat damai tenteram tidak ada suara.

"Ini....." Yanping agak bingung.
Yunfei tertawa melihat reaksinya.

"Disini dingin..."

"Ini adalah danau surgawi, dan gunung di depan itu adalah gunung Changbai."

Si nona terkejut, dia tentu tidak percaya.
"Bagaimana bisa?"

"Pintu gua tadi menghubungkan jauh ke utara, ini adalah keajaiban surgawi. Tetapi tentunya aku membawamu kemari bukan untuk ini." tutur Yunfei.

"Karena apa?" si nona masih terbingung.

Mereka berjalan dan sudah sampai di bawah lembah yang terdapat sebuah rumah bambu. Si nona melihat di depan ada seorang wanita berdiri. Dia sedikit bercuriga namun begitu sampai disana, dia melihat wajah wanita ini, putih dengan rambut tersanggul rapi sepertinya berwarna coklat mirip dengan orang utara dan dia berpikir malah sedikit mirip dengan dirinya sendiri. Sedangkan si wanita sudah berurai air mata melihatnya, Li Yanping tentu heran melihat sikap wanita ini terhadapnya. Yunfei mengenalkan ke Yanping,
"Bibi ini adalah Ashina Yuelin, dia dari klan Ashina dari utara."

Yanping tidak percaya, dia melihat ke Yunfei dan melihat ke arah wanita.
"Dia.... Ibu..ku ber-nama sama dengan..nya..." tutur nona terbata-bata.

"Benar.. Dia adalah ibumu.." tutur Yunfei.

Yanping melihat ibunya, tanpa terasa airmatanya menetes. Dia berteriak memanggilnya Ibu dengan keras. Tetapi Yunfei menahan Yanping,
"Ibumu sebenarnya sudah meninggal, ini adalah roh kasar miliknya. Kamu tidak sanggup menyentuhnya."

Ashina Yuelin maju beberapa langkah, sambil menangis dia melihat puterinya, tetapi tangisannya adalah tangisan kebahagiaan.
"Puteriku... Kamu sudah dewasa..."

"Ibu... Jika kamu disini kenapa dari jauh hari tidak memberitahuku?"

Ashina Yuelin menjelaskan perlu waktu 10 tahun lebih baginya untuk mendapatkan kembali tubuh yang berupa roh kasar ini, karena masih dalam pelatihan dia tidak bisa meninggalkan tempat. Tiada jalan lain dan kebetulan Yunfei sampai kemari dan dia adalah kekasih si nona barulah pertemuan hari ini bisa terlaksana. Yanping masih berurai air mata, dia diantar Yunfei ke rumah bambu. Dan bersama Ashina Yuelin mereka berbicara banyak sedangkan Yunfei tidak enak mengganggu keduanya dan dia berjalan ke depan duduk di danau untuk minum arak dan menikmati malam.

Sampai saban tengah malam, Yanping menemuinya. Wajahnya terlihat sangat berbahagia, dia duduk di samping Yunfei.
"Ini hari yang paling bahagia selama diriku hidup."

"Syukurlah... Sungguh senang hatiku bisa membantumu mewujudkannya." tutur Yunfei sambil tersenyum terharu melihat si nona.

Si nona hendak bergelayut di bahu Yunfei, tetapi Yunfei mencegahnya sambil tertawa.
"Ini adalah tempat suci."
Si nona terkejut, dia merasa tidak enak hati karena orang-orang disini adalah orang dalam pelatihan mencapai tingkatan manusia abadi.

"Sungguh minta maaf...
Bagaimana hari-harimu kakak Yunfei?"

Yunfei menceritakan sepanjang dirinya yang sudah 6 bulan berada disini. Pelatihan dirinya sudah cukup baik dan kemampuan silat untuk tangan kosongnya mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Tentu si nona sangat senang mendengarnya. Yunfei juga menanyai kabarnya bagaimana keadaannya sejak dikurung. Si nona menjawab bahwa dia latihan ilmu silat dan tenaga dalam selama dirinya tidak bisa diperbolehkan keluar dan sekarang dirinya sudah mencapai masing-masing 7 tingkatan Nanji dan Beiji Shengong, sedangkan Yi Wu shengong juga mencapai kemajuan hingga tingkat ke 5. Yunfei memujinya setidaknya meski dikurung, ilmu silat si nona juga mencapai banyak kemajuan.

"Ibukota kurang kondusif sekarang. Tajamnya persaingan antara kakak pertama dan kedua sudah mencapai tahap tindakan. Kakak kedua hampir tewas diracuni oleh kakak pertama, untung saja Chai Shao, Qin Qiong, Yuchi Gong dan Chen Yaojin menolong-nya."

Yunfei terkejut mendengar adanya informasi begitu. Lalu dia berkata.
"Pada saat ayahmu naik tahta memang kabarnya dia hendak memberikan status putera mahkota kepada kakak keduamu, Li Shihmin karena jasa dan kemampuannya memimpin. Yang ku-khawatirkan sudah terjadi karena kakak keduamu sangat populer melebihi kakak pertamamu yang adalah putera mahkota."

Yanping mengiyakan.
"Keadaan keluarga kami sudah tidak harmonis lagi. Kakak keempat, Li Yuanji mendukung kakak pertama sedangkan kakak ketiga netral tidak ingin mengurus masalah keluarga. Kakak Xiaoping lebih condong ke kakak kedua bersama diriku karena dari dulu kakak kedua bertindak seperti seorang ayah menjaga kami berdua. Sedangkan ayahanda kaisar sepertinya pura-pura tidak tahu, dia hanya berkonsentrasi ke politik dan bermain strategi untuk menahan serangan dari utara."

Yunfei menghela nafas membayangkan terjadi perebutan kekuasaan begituan, disini tidak ada yang salah dan benar. Li Jiancheng terlalu takut bahwa jenderal-jenderal dan ahli strategis lebih mendukung adik keduanya daripada dirinya, hanya saja dia memiliki seorang Wei Zheng yang sangat pintar. Memang secara logis misalkan Li Jiancheng naik tahta pun, dia dalam kondisi yang berbahaya karena sekitar 3/4 kekuasaan militer berada di tangan adik keduanya.

"Lalu bagaimana rencanamu?" tanya Yunfei kepada nona ini.

"Tidak ada rencana-rencanaan. Aku akan mengikutimu seumur hidupku..." tutur si nona sambil tersenyum mesra kepadanya.

Yunfei yang melihat pembawaan si nona, hatinya terasa sangat sejuk. Dia tersenyum dan berkata.
"Ikut diriku yang hanya tahu hidup bersilat, minum arak apa tidak rugi bagimu? Haha.."

Yanping tertawa, dia tidak menjawabnya lama. Kemudian Ia berkata.
"Menikmati hari ini dan hari per hari jauh lebih baik daripada harus memikirkan ke depannya seperti bagaimana..."

Keduanya duduk lama sekali di depan danau sampai hampir subuh, Yunfei mengajak si nona beristirahat. Dia mengambil rumah samping yang kecil dan memberikan rumah bambunya kepada Yanping dan ibundanya untuk beristirahat.

Keesokan hari, Yunfei tetap masih berlatih dan karena tiada kerjaan Yanping juga melakukan hal yang sama, berlatih terus di pagi hari dan sore hari kembali ke rumah. Ketiga orang berbicara satu sama lainnya dan Ibunda Yanping melayani makan mereka.

Hari-hari baik demikian berlanjut hampir setahun. Yunfei merasakan kemampuannya sudah jauh lebih baik, kemampuan pukulan telapak miliknya sudah 3/4 dari Ilmu telapak kedua jenderal dewa dan berpikir bahwa sekarang dia sudah jarang ada tandingan untuk urusan tangan kosong. Dia hendak pamitan untuk kembali ke dunia persilatan tentunya tujuan utamanya adalah mencari Iblis pedang, Jianmo.

********************
Tahun 623 M, ketika musim semi sudah hendak berganti ke musim panas.
Di Zhengzhou sebelah timur Luoyang, pasukan Li Shihmin sudah bersiap untuk menyeberangi sungai Huang untuk mengejar Liu Heita. Liu Heita adalah jenderal di bawah Dou Jiande yang sudah dieksekusi di tahun 621, dia memberontak terhadap Tang atas bujukan Gao Yaxian yang percaya bahwa Kaisar dinasti selanjutnya harusnya bermarga Liu. Liu berhasil dibujuk oleh Gao untuk memberontak, dia mengambil wilayah kekuasaan sebelah utara dari Sungai kuning sebelah timur hingga ke utara. Liu dibantu oleh Tujue timur dari utara arah barat. Li Jiancheng bergerak dari Taiyuan ke utara untuk mempertahankan Ma Yi, sedangkan Li Shihmin membawa jenderal-jenderal terbaiknya untuk menyelesaikan kepemimpinan Liu Heita dan secara habis-habisan. Qin Wang membawa 30.000 pasukan untuk berperang kali ini. Dan jenderal yang mengikutinya adalah Cheng Yaojin, Chai Shao, Qin Shubao, Yuchi Gong dan adik perempuannya Puteri Pingyang.
Peperangan Qin Wang menampakkan hasil yang baik, Liu Heita kalah karena stok makanan pasukan dan kuda menipis, Ia sepanjang jalan terus melarikan diri ke utara dengan tujuan ke Perfektur Rao.

Justu waktu ini, Li Xuanba terlihat memacukan kudanya ke arah Yecheng yaitu ke arah pasukan Liu Heita berada. Li Shihmin yang mendapat informasi adik ketiganya sendirian menuju ke kamp musuh, menanyai informan apa yang terjadi. Informan mengatakan bahwa kota Yecheng sudah tidak dijaga oleh Li Jiancheng, dia menarik pasukan untuk segera ke arah Ma Yi hendak menyelesaikan sisa pasukan Liu Heita dan Tujue timur disana. Li Shihmin terkejut tidak kepalang, dia berkata ke Puteri Pingyang.
"Adik ketiga memiliki emosi yang tidak baik meski dia sangat kuat, jika musuh memasang perangkap maka akan sangat berbahaya untuknya. Yunruo adalah bakal istrinya tetapi dia adalah putri Jianmo, jika Jianmo hadir disana maka niscaya nyawa adik ketiga sangat berbahaya."

Puteri Pingyang menyetujui perkataan kakak keduanya, mereka harusnya ke arah utara tetapi pasukan Li Shihmin segera di arahkan ke barat laut terlebih dahulu untuk menjamin adik ketiganya selamat dan tidak ada sesuatu kekurangan barulah dia hendak menyerang ke perfektur Rao.

*****

Di Pegunungan Changbai, Danau surgawi.
Yunfei merasa pelatihannya di tempat ini sudah cukup dan sejauh ini kemajuan dirinya sudah terlalu signifikan  dan untuk maju lebih jauh, dia belum menemukan ide baru.
Lalu Ia nyatakan keinginannya untuk kembali ke daratan tengah. Yanping tentu setuju karena bagaimanapun keputusan pemuda ini, dia ikuti dan dukung sepenuhnya.
Ketika mereka sudah mengucapkan perpisahan kepada Ashina Yuelin dan Chen Chang. Taiyi Zhenren juga muncul. Yunfei dan Yanping yang melihatnya, segera bersujud menyembah.

"Ilmu silatmu sekarang sudah jarang bandingannya, mencapai ke tahap ini sebenarnya membuatmu kesepian nantinya. Apakah tidak menyesal?" tanya Zhenren.

Dia dan Yanping menyembah beberapa kali kepada Zhenren, dan pemuda ini berkata.
"Balas dendam tiada berakhir juga tidak baik, hanya saja musuh peradaban Jianmo tidak akan berhenti sebelum diselesaikan."

Zhenren mengiyakan, dan berkata.
"Suatu saat kalian tentu akan menjadi manusia abadi juga. Jika sudah mencapai taraf keabadian, sudah dilarang mengurus masalah duniawi apalagi membunuh manusia biasa. Contohnya adalah Chen Chang ini, seumur hidup dia sangat mempercayai kakak angkatnya, Hou Andou. Tetapi tanpa disangka Hou Andou hendak membunuhnya untuk sebuah pangkat dan nama baik di ketentaraan. 2 tahun disini, dia masih hendak membalas dendam, ketika tahu di tahun ke 3 Hou sudah tewas, dia baru sanggup mencapai tingkat manusia abadi. Lepaskanlah dendam, dan semua hal akan menjadi baik namun jika tiada pilihan baru boleh melenyapkan orang-orang yang berbahaya untuk manusia lainnya."
Chen Chang yang bersujud, terlihat agak malu dan berkata.
"Dahulu jika tanpa pengajaran dari guru, hamba hanya tetap menjadi orang yang hidup dalam dendam."

Yunfei bersujud menyembah Zhenren dan berjanji akan mengingat dan melaksanakan perintah Zhenren. Zhenren memberikan sebuah hadiah kipas untuknya, kipas ini adalah yang pertama dipegang oleh Ibunda Yuelin ketika dirinya baru sampai disini. Dia menerima dan merasakan kipas terasa lebih berat dan sepertinya tulang dari kipas terbuat dari logam. Kemudian Ia berterima kasih kepada Zhenren.

"Ini bukan kipas yang sakti milik para dewa tetapi kipas ini dibuat dari bahan tembaga dari aliran sungai dewa. Jadi kipas ini juga termasuk sebagai barang yang sangat langka dan diharapkan setiap kamu melihat kipas ini, maka akan teringat supaya tidak sembarang membunuh jika tidak terpaksa. Hanya kepada orang yang jahat dan sudah keterlaluan barulah boleh bertindak, selalu mengendalikan amarah. Dipikirkan selalu jika orang ini sudah sembarangan membunuh, barulah dia boleh dihabisi untuk mencegah nyawa lain yang tidak berdosa dikorbankan."
jelas Taiyi Zhenren kepadanya.

"Untuk puteri Changsha, Ibumu memberikan sebuah tanda mata kepadamu juga." Dia meminta Ashina Yuelin untuk menyerahkannya.

Nona menerima di tangan dan melihat bahwa barang ini adalah kain berwarna merah, yang tiada lain adalah sepasang baju pengantin. Si nona segera malu dan wajahnya memerah namun ibundanya berkata.
"Jika suatu hari ayahmu masih melarangmu untuk menikahi nak Yunfei, kamu tidak usah menghiraukannya, tetapi menikah dan menyembah langit, untuk orang tua kamu hanya perlu menyembah ke arah danau Changbai, ribuan li pun aku akan merestuimu."

Si nona terharu dan menyembah ibundanya, air matanya menetes deras. Dia berterima kasih baik kepada Zhenren dan Ibundanya, sedangkan Ibundanya tersenyum bangga terhadap sang puteri.

"Untuk daerah keabadian banyak yang salah persepsi, pelatihan di daerah abadi tidak akan membawa banyak kemajuan. Misalnya diriku membawamu ke Gunung Baekdu disana, 10 tahun pun belum tentu dirimu bisa semaju sekitaran 1.5 tahun disini. Wilayah keabadian hanya cocok untuk penyembuhan penyakit atau semisal cedera parah sedangkan pelatihan ilmu silat tidak begitu maju dibandingkan seperti dunia biasa. Leluhurmu Feng Zhiyan sangat menyadarinya dan tidak pernah hendak menginjak lagi ke dunia keabadian sejak dirinya keluar dari gunung Baekdu."
(Gunung Baekdu adalah puncak gunung tertinggi dari rentetan pegunungan Changbai, lembahnya adalah danau surgawi. Sekarang danau surgawi terletak di daerah China sedangkan Baekdu adalah sekarang wilayah Korea Utara.)

"Kita akan melalui jalur utara ini saja." tutur Yunfei. Yanping mengiyakan, kemudian keduanya mohon pamit, mereka memakai jalur darat memutar danau untuk keluar dari pegunungan Changbai.

Mereka berjalan sepanjang jalan bergandengan tangan selama seharian, sampai ke propinsi Heilongjiang. Dan masuk ke kota untuk beristirahat. Propinsi Heilongjiang sangat sepi karena daerah peperangan, hanya tersedia beberapa tempat kecil untuk beristirahat, masyarakat disini rata-rata adalah campuran berbagai suku tetapi mereka hidup rukun karena sejak dahulu sudah bersama-sama. Sebagian penduduk berasal dari bangsa Han, sebagian dari Tujue timur dan sebagiannya dari Gogreyo.

Keesokan harinya, mereka berangkat dengan mengambil arah barat daya, di tengah jalan mereka menemukan banyak kuda karena daerah utara ini populasi kuda sangat-lah banyak bahkan bisa-bisa tiada yang memiliki kuda-kuda tersebut, segera mereka memilih 2 ekor kuda meski tanpa sadel mereka naik dan kuda berlari dengan kecepatan biasa, kemudian di sorenya mereka telah mencapai Xiangping. Perjalanan mereka berdua dilakukan dengan perlahan-lahan karena tiada hendak mengejar waktu. Di hari ke-6, Yunfei dan Yanping sudah dekat dengan Yuzhou (Beijing sekarang).

Keduanya merasa agak aneh karena pintu kota Beiping ditutup, biasanya kejadian begini karena terjadi perang. Keduanya berjalan ke arah barat daya, menemukan banyak kuda yang masih berkeliaran tanpa penunggang dan ini adalah kuda milik pasukan. Lalu mengambil dua kuda baru, mereka bergerak terus ke barat daya dan tujuan mereka adalah Taiyuan. Ketika sudah melewati Kota Beiping sekitar 50 li, mereka sedikit terkejut karena menemukan kudanya Li Xuanba berlari mendekati mereka berdua.
"Itu kuda kakak ketiga!" teriak Yanping.
Yunfei mengiyakan.
"Sepertinya terjadi sesuatu..." tutur Yunfei.

Kuda Li Xuanba telah dekat dengan keduanya lantas meringkik beberapa kali. Yunfei merasa sesuatu hal yang tidak baik sudah terjadi.
"Kamu naik kudanya, aku menyusul dari belakang."
Yunfei merasa hal yang paling baik memang si nona bergerak cepat, dia merasa sanggup mengikuti pergerakan kudanya Xuanba.

Yanping segera berpindah kuda, dia naik ke atas kuda Li Xuanba dan siapkan kedua belatinya di pinggang. Lantas memacu kuda ke depan, Yunfei memintanya supaya hati-hati dan jika jumpa pasukan dan lawan kuat sebisanya menghindar menunggu dirinya.

Yanping mengiyakan dan kuda Li Xuanba segera bergerak dengan kencang. Kuda Li Xuanba adalah kuda sejati seperti pemiliknya. Kekuatan dan kecepatan sang kuda tidak ada tandingan. Baru 20 langkah, Yunfei merasa kudanya ini sudah tidak sanggup mengikuti kuda Xuanba, lalu dia meloncat dan mengikuti kuda Xuanba dengan kekuatan kakinya.

Setelah 100 langkah ke depan, Yunfei sudah sanggup mengejar si kuda, pemuda ini lari di samping kuda Xuanba. 4 jam mereka tempuh tetapi tidak mendapatkan apa-apa karena tiada nampak pasukan atau pendekar di wilayah tersebut. Kemudian Ia melihat banyak kuda-kuda di jalan, Yunfei yang merasa dengan memacu tenaga dalam seperti begini juga bukan solusi, dia naik ke salah satu kuda dan kemudian ikut kembali berkuda mengejar kuda Xuanba.

Sehari semalam, Yunfei sudah mengganti 3 ekor kuda sedangkan kuda Xuanba masih giat berlari kencang tanpa istirahat. Yunfei meminta kuda untuk beristirahat dahulu tetapi si kuda tetap tidak mau, dan memacu kencang ke barat daya.

Di pagi hari, Ia sudah sampai di Rao Zhou, sebuah perfektur dekat Hengshui sekarang. Sedangkan Yanping sudah tidak terlihat karena kencangnya kuda Xuanba meninggalkannya cukup jauh. Adalah di sebuah tanjakan, Yunfei merasakan adanya hawa pertempuran yang masih jauh sekitaran 10 Li dari tempatnya berada. Dia melihat pasukan tentara yang jumlahnya banyak sedang mengepung ke sepasukan yang jumlahnya lebih sedikit. Tanpa ingin melihat lebih jauh, Yunfei segera mainkan kakinya dan ditinggalkan kudanya di tanjakan tersebut.

Mendekati area pertempuran, Yunfei melihat Yanping berada di sebuah tanjakan kecil sudah dalam posisi menunduk dan di sampingnya terlihat seorang wanita juga yang terluka di daerah lehernya, darah di sekeliling wanita ini nampak merembes ke tanah. Di samping ini, seorang wanita berambut putih dan pakaian putihnya sudah berwarna merah. Yunfei mengenal ketiga wanita ini, lalu segera dirinya sampai. Dia melihat Xiaoping sudah tergeletak dengan luka di leher, sedangkan orang yang berusaha menolongnya adalah nenek Huo.
Sang nenek yang melihat Yunfei, menggelengkan kepala beberapa kali dan menghela nafas panjang.
Yanping menangis melihat kakaknya yang sedang meregang nyawa. Ia juga terlihat tangannya tergores mengucurkan darah namun kedua belati masih dipegangnya dengan erat. Yunfei seakan tidak percaya melihat penglihatannya sendiri. Sang kakek kemudian masuk, dia berkata.
"Secepatnya kamu kesana, jika sanggup kamu lawan, jika tidak hendaknya jangan bertempur sampai nyawa sendiri pun hilang." Yunfei mengiyakan kakek Feng. Dia memberikan bungkusan yang di bawa kepada sang kakek, kipas yang diberikan oleh Zhenren juga dititip. Ia hanya membawa pedang beratnya dan maju ke bawah.

Ia melihat ke arah pertempuran, segera mendapati Iblis pedang bersama ketiga adik seperguruan, serta 2 jenderal kemarin yang diangkat Wang Shichong dan seorang yang berpakaian kasim sedang mengeroyok beberapa orang yang dia kenal.

Chai Shao, Qin Qiong, Yuchi Gong, Cheng Yaojin sedang bertahan sekuat-kuatnya sedangkan lawan kesemuanya memakai pedang dan golok sedang bergiliran untuk menerjang mereka semua. Kekalutan terjadi karena kedua pasukan sudah bertempur juga di daerah sana. Pasukan yang terlihat adalah pasukan dari Tang melawan pasukan Tujue timur.Yunfei yang melihat keadaan istimewa ini segera marah.

Segera dia maju dan melemparkan pedang beratnya ke arah tempat berdiri lawan, dia tidak berpikir siapa yang jadi korban, tenaga dorongannya penuh 100 persen tenaga murni Tianzhong dagong ke bawah bukit tempatnya berdiri. Lawan yang melihat sesuatu sedang terbang ke arah mereka segera terkejut, energi bagaikan badai ombak yang menggelora hendak memangsa mereka. Kesemua orang dari pihak Iblis pedang menghindar secepatnya dan pedang berat itu menancap ke tanah membuat tanah di sekeliling hancur berantakan. Kedua pasukan yang sedang bertempur segera menahan akibat suara kerasnya tanah tempat mereka bergetar seperti gempa.
Yunfei berjalan dengan langkah mantap ke arah mereka. Dilihatnya di belakang Chai Shao, Li Shihmin duduk kelelahan terlihat luka di beberapa tubuhnya sedangkan disampingnya adalah Li Xuanba sudah dalam posisi sebelah kaki berjongkok, ratusan anak panah menancap ke tubuhnya sedangkan dalam gendongannya seorang wanita berbaju ungu yang sepertinya mengalami nasib yang sama dengannya. Kedua kapak milik Li Xuanba berdiri di tanah sedangkan orangnya sudah tiada.

Yunfei menatap kesemua orang di samping kanan yaitu Jianmo beserta kawan-kawannya. Dia lihat Shenlang berada disana bersama 2 jenderal, sisanya 3 orang dia tidak kenal. Ke 3 orang di belakang ini semuanya menatap tajam ke Yunfei.

"Feng Shaoshi, sampai juga akhirnya dirimu." kata Jianmo menatapnya dengan tersenyum. Yunfei melihat dia memegang pedang warna emasnya melintang. Di sebelahnya tepat adalah Shenlang yang menatapnya dengan tatapan tajam, Kedua orang yang di samping sebelah kiri Jianmo adalah 2 orang yang diprediksinya Shenzang dan Shenyi tentunya. Kedua jenderal yang pernah dikalahkan olehnya berada di belakang mereka memakai golok besar. Dan disamping terujung adalah seorang yang berpakaian kasim, Yunfei berpikir ini orang tidak lain adalah kasim yang mengikut Iblis pedang yaitu Kasim Bai.

"Kalian pergi dahulu.." tutur Yunfei kepada kakak dan adik seperguruannya. Dia melihat keempat orang yaitu kakak adik seperguruannya dan Cheng Yaojin sudah terluka diseluruh tubuh akibat dari sayatan dan tusukan pedang tetapi masih bertahan sebisa mereka untuk melindungi Li Shihmin.

Tentu perkataan Yunfei tidak akan didengarkan mereka, mereka tetap pada tempatnya karena betapa hebat pun Yunfei tidak akan sanggup seorang diri melawan mereka semua.
Cheng Yaojin yang mendengar perkataan Yunfei, membawa Li Shihmin ke tanjakan tempat Xiaoping dan Yanping berada.
Jianmo yang melihat bahwa Li Shihmin hendak melarikan diri, mengangkat sebelah tangan-nya. Segera Kasim Bai maju ke arah Cheng Yaojin.
"Kau tanyakan dulu apakah boleh dirimu pergi dengan cara begini?" tutur Kasim Bai tertawa.
Cheng Yaojin mengangkat pedang, dia melayani kasim Bai.

Yunfei berjalan 2 langkah, dia mencabut pedang beratnya dari tanah. Dia ancungkan ke arah Jianmo,
"Tunggu apa lagi?"

Pasukan kedua belah pihak yang sedari tadi diam, menyingkir ke samping. Lalu karena belum ada perintah lebih lanjut mereka tidak berperang tetapi melihat ke Yunfei yang baru saja tiba tadi.
Jianmo dan teman-temannya hanya bersiap dan tidak berani bergerak duluan.

"Jika tidak maju, mau tunggu sampai kapan? Biar aku duluan!" tutur Yunfei. Segera dia membacok dengan pedang berat ke arah tengah, lawan yang dia incar adalah Jianmo. Jianmo melihat pedang yang seberat itu dihantam ke tengah, dia segera melompat ke belakang. Yunfei bergerak menebas, tujuan utamanya hanya pancingan kepadanya, yang dia incar adalah kedua jenderal karena Yunfei menganggap mereka berdua paling lemah. Sekali pedang belum menyentuh tanah, dia sudah ayunkan ke arah 2 jenderal yang sedari tadi memang berdiri dekat. Kedua jenderal terkejut melihat perubahan yang terlalu cepat, teman-temannya hendak membantu keduanya, tetapi Chai Shao bertiga juga sudah siap. Mereka bergerak untuk menahan Shenzang, Shenyi dan Shenlang. Masing-masing mereka mengambil satu lawan.

Tentu nasib kedua jenderal ini sangat berbahaya sekarang. Keduanya segera mengangkat golok untuk menahan sapuan pedang berat. Yunfei kembali menggunakan tenaga pancingan, dia hanya menggunakan sedikit tenaga, dan pedang berat menyentuh kedua golok lawan namun golok lawan sanggup menahan pedang berat, keduanya bergembira melihat hasilnya namun Yunfei segera dalam waktu sekejap ini menarik keluar pedang ringan / pedang kebajikan. Kedua jenderal hanya melihat sinar terang sesaat lantas keduanya sudah tergeletak di tanah dengan leher yang tergores oleh pedang. Jianmo yang mundur tadi, belum sempat menginjak tanah tetapi lawan sudah membunuh kedua temannya. Bersamaan dengan Yunfei mengangkat pedang berat dengan tangan kiri, Jianmo baru mendarat. Dia melihat lawan di depannya sangat kuat, segera marah.

Ia berlari cepat dengan mengarahkan pedang miliknya, tujuannya adalah leher Yunfei. Yunfei yang melihat tusukan lawan yang teramat kencang mengarah kepadanya, mengangkat pedang berat untuk menahan. Begitu pedang lawan menyentuh pedang berat, Jianmo segera mundur karena dia tahu bahwa Yunfei pasti akan mengangkat pedang ringannya untuk menebasnya. Yunfei melihat lawan sangat pintar dan keahlian berpedangnya setingkat dengan Li Jie, mau tidak mau Yunfei berwaspada. Ketiga saudara seperguruan Yunfei sudah bertarung hebat dan terlihat ketiganya berimbang satu sama lainnya. Meski sudah kelelahan ketiganya, tetapi mereka saling mendukung tidak pernah terlihat mereka 1 lawan 1 tetapi lebih banyak secara bersamaan, kolektif melawan ketiga Dewa ini. Sedangkan Cheng Yaojin juga memainkan pedang melawan kasim Bai, keduanya nampak seimbang dan Li Shihmin tidak dalam bahaya sebab Cheng selalu melindunginya.

Yunfei yang melihat Jianmo sangat waspada, segera mundur 10 langkah, dengan pedang berat dia mainkan Beiji Shengong tingkat ke 9-nya dan sasarannya adalah Kapak milik Li Xuanba, dia ayunkan dengan pedang berat untuk dilemparkan ke Jianmo. Kapak besar segera berputar seperti kipas ke arahnya. Jianmo segera terkejut melihat kapak yang sebegitu besar dan berat berputar seperti dilemparkan oleh Li Xuanba menuju ke arahnya. Dia tidak berniat menahannya, tetapi mengengos ke samping jauh, kapak yang berputar kuat itu segera memakan korban yaitu pasukan-pasukan miliknya puluhan orang telah tertebas kutung badannya. Beberapa orang yang sedang bertarung otomatis menghentikan pertarungan dan melihat dalam 1 jurus pemuda telah membuat Jianmo kelabakan.
Putaran kapak yang memakan banyak korban dari pihaknya, segera membuat Iblis pedang marah.
Dia terlihat menarik nafas panjang, dia mengumpulkan seluruh energinya. Yunfei melihat sekilas di belakang tubuhnya terbit aura kehitaman yang besar. Ini adalah Ilmu yang dipelajari oleh Jianmo di Tianzhu, sebuah ilmu sesat yang sangat sakti.

Kemampuan asli Jianmo akan dikerahkan melawannya, Yunfei tersenyum dan meletakkan pedang beratnya.
Dia memegang pedang yang ringan di tangan kanan dan menarik nafas panjang, kemudian dia mengumpulkan energi murni Tianzhong Dagong ke tubuh dan pedangnya.
Jianmo yang sudah berang maju dan berteriak menyerang. Yunfei melihat energi lawan sangat padat dan kuat, dia mengambil posisi bertahan dan tidak menyerang duluan. Ilmu pedang Jianmo ini dilihatnya adalah tingkat ke 7, serangan dia terdiri dari banyak serangan tipuan. Yunfei masih tetap di posisi berdirinya, begitu serangan lawan yang terpusat di arahkan ke lehernya, Yunfei mengangkat pedangnya dan ditusukkan ke titik yang sama yaitu mengincar leher dari Jianmo. Arah serangan Jianmo memang adalah tipuan belaka, tujuannya tiada lain memang adalah ulu hatinya. Segera dia arahkan tusukan juga ke arah ulu hati lawan. Jianmo melihat orang ini sanggup menebak kemana arah tujuan pedangnya, segera mundur, dia main aman.
"Kenapa kau bisa ilmu pedangku?"

Yunfei tidak menjawab. Dia maju perlahan dan melompat untuk menusuk ke arah Jianmo, Jianmo seketika terkejut karena ini adalah tingkat ke 8 Ilmu pedangnya sendiri. Segera dia ancangkan kaki ke belakang, Yunfei memberhentikan serangan-nya karena lawan sudah bergerak 30 langkah ke belakang dengan sangat cepat. Gerakan Jianmo persis seperti hantu menyeret tanah, bergerak ke depan dan ke belakang sangat cepat.
"Kau masih bertarung atau tidak?" tanya Yunfei.

Iblis pedang melongo melihat Yunfei yang sepertinya sudah mengetahui ilmu pedangnya. Tetapi iblis pedang bukanlah anak kemarin sore, dia tidak percaya di dunia ini ada yang lebih hebat dari Ilmu pedangnya jika lawan di depannya bukan kakak seperguruan-nya, Li Jie.

"Kau anak kemarin yang kudorong jatuh ke sungai Huang?"

"Benar sekali dan aku adalah putera Gao Jiong." Yunfei menjawabnya.

Iblis pedang tertawa, dia maju perlahan dan merapalkan tingkat ke 8 ilmu pedangnya. Yunfei melihatnya maju, segera bertindak. Dia arahkan jari ke arah Iblis pedang, sasarannya adalah pedangnya. Iblis pedang terkejut bahwa ada orang yang bisa menggunakan ilmu pedang tanpa pedang dengan sedahsyat demikian, segera dia arahkan tusukan pedangnya ke hawa jari Yunfei. Suara blanggg terdengar, Jianmo terlihat mundur 2 langkah.
Tetapi Yunfei tidak ingin memberikan kesempatan kepadanya, dia maju berlari kencang ke arahnya. Dia gunakan telapak untuk menghantam, Jianmo melihat kesempatan sudah datang, dia arahkan pedang ke tangan lawan.
Ini adalah ilmu pedang tingkat tinggi yang berbayang tetapi tidak, kelihatan kuat tetapi tidak, berisi tapi kosong. Yunfei masi tetap posisi telapak tangannya, ketika pedang hendak menyentuh telapaknya, dia angkat kaki menendang ke atas. Tendangan Yunfei adalah ilmu serapan dari kedua dewa langit Li Guang dan Huo Qubing. Kehebatannya terletak di tapak tipuan dan serangan kaki yang sangat cepat dan kuat. Jianmo belum menyadari bahwa kaki lawan sudah bergerak tahu-tahu pergelangan tangannya sudah tertendang. Pedang miliknya sudah terbang jauh ke belakang.
Sekarang dia baru insyaf bahwa lawan di depannya terlalu kuat untuk dia, segera dia hantamkan kekuatan penuh ke dada Yunfei dengan telapak dan tenaga dalam Iblisnya. Yunfei tahu bahwa telapak jenis demikian sangatlah kuat, untuk menghadapinya Yunfei mainkan Beiji Shengong tingkat ke 9 dan menahan tapaknya, energi milik lawan di arahkan ke belakang yaitu ketiga orang temannya yang sedang bertarung. Tidak ayal ketiganya merasakan energi kuat segera menahan, pukulan seluruh tenaga Jianmo membuat ketiganya terbang pesat menabrak dinding. Meski hasilnya ketiganya tidak tewas tetapi terluka dalam parah.

Jianmo yang melihat hasil pukulan-nya tidak mendapat korban segera terkejut karena dengan sekali menghantam tapak, Yunfei membalas pukulan lawan, Ia mengarahkan telapaknya ke dada lawan, energi Tianzhong foguang tingkat ke dua sudah dihantam ke dada lawan.
Jianmo terlihat mundur hampir 100 langkah, dan setelah itu Ia muntah darah, dia sudah terluka parah.
Yunfei memukulnya dengan seluruh tenaga dalam yang dimiliki, menurut pemuda kekuatan seperti demikian pasti akan membuatnya pecah pembuluh darah dan seumur hidup tidak akan sanggup lagi berjaya karena untuk memupuk kekuatannya kembali sudah hampir tidak mungkin.

Yunfei kemudian maju dengan pedang mengarah ke depan, dia sepertinya akan berhasil membalaskan dendam atas kematian orang tuanya dan melenyapkan iblis ini untuk selama-lamanya. Tetapi ketika dia hanya jarak 10 tombak hendak menggapai Jianmo, dia merasakan dari arah samping sebelah barat terdapat 2 orang yang tiba-tiba sudah berada di depannya menghalangi Yunfei untuk bertindak lebih jauh.

Kedua orang yang menghalangi ini terlihat berpakaian biksu ala Tianzhu kira-kira berumur 50-an, wajah keduanya gelap dan pandangan keduanya sangat tajam serta berbau aura kekuatan gelap.

"Awas kakak kedua, kedua Biksu dari Tianzhu ini sangat sakti dan sepertinya sudah membunuh pasukan yang di pimpin oleh Li Zhu, tadinya mereka berdua dihalangi oleh pasukan Tang dari barat." tutur Yuchi Gong.

Kedua Biksu tertawa keras,
"Li Zhu sudah tewas, dan 5 ribu pasukan yang di bawanya tadi dibantai kita bertiga, sekarang sisa ratusan orang melarikan diri."
Yunfei mendengar logat orang tidak mirip orang daratan tengah, berarti ini biksu baru belajar bahasa Cina daratan.

Keduanya yang berada di depan Yunfei, segera melayangkan tapak maju untuk menyerang, Yunfei melihat kekuatan gelap keduanya setingkat Jianmo. Dia rapalkan kekuatan penuh Tianzhong Dagong dan segera menusuk melalui pedang ke arah 2 orang biksu ini. Tipuan pedang Yunfei sangat baik karena dia terlihat mengambil 1 orang di kiri, tetapi ketika biksu kiri hendak menyingkirkan pedangnya, namun arah pedang segera berbelok ke arah biksu kanan. Biksu kanan sangat sensitif akan serangan, segera menyingkir 2 kaki ke belakang. Biksu sebelah kiri yang melihat lawan sudah mengincar temannya, menggunakan tinju untuk meninju lawan, Yunfei tentu tahu bahwa lawan sudah beraksi untuk menghantam punggungnya, dengan pose di dinding gua Sanqing Yunfei menusukkan pedang sambil setengah tidur.
Biksu kiri ini segera mencabut belati untuk menahan serang pedang Yunfei. Yunfei yang lolos dari tinju biksu, segera berbalik dan menusuk belati lawan. Begitu pedang bertemu belati, baik Yunfei dan biksu tergetar badan, keduanya mundur sekitar 5 langkah.

Yunfei melihat bahwa kedua biksu tidak gampang dilawan. Keduanya berjaga-jaga di depan Jianmo, hendak dia maju tetapi keduanya tidak menampakkan kelemahan sama sekali. Biksu sebelah kanan sudah membopong Jianmo, dia mainkan kekuatan kakinya dan sesaat kemudian dia menabrak pasukannya sendiri, tabrakan biksu ini sangat hebat karena sekali gerak, pasukan Tujue timur sudah terlempar muntah darah, puluhan pasukan ada yang tewas seketika, ada yang sudah tidak bisa bangun.

Arah yang di ambil biksu ini adalah utara. Sedangkan Biksu sebelah kiri tadinya beranjak mundur terus sambil bertahan. Yunfei tidak ingin memberikan jalan untuk lolos bagi biksu yang di depannya, melihat biksu tadi dengan gampang menolong Jianmo, dia seketika marah.
"Kalian bangsa biadab, biksu bukannya mengikuti Buddha tetapi mempelajari ajaran sesat!"

"Kami adalah murid keturunan dari Devadatta, tidak semua biksu itu ikut Buddha Gautama." tuturnya dengan mata sinis.

Yunfei tidak ingin banyak cakap dengannya maka dengan seluruh kemampuan ilmu pedangnya, dia tusuk ke depan untuk diarahkan ke biksu. Si biksu terlihat menggunakan energi hitam untuk melayaninya,

"Kau harus tinggalkan nyawa untuk digantikan dengan Jianmo."

"Itu kalau kau bisa." tutur si biksu sambil tertawa.

Pedang Yunfei segera menusuk dengan hebat, arah tusukan yang Ia buat adalah 7 titik dari kepala sampai ke kaki, serangan ini luar biasa ganas. Biksu terlihat tenang, dia kumpulkan energi untuk bertahan melalui belatinya. Seluruh tujuh titik yang diserang oleh Yunfei sanggup dipatahkan meskipun Ia mundur setiap mengeliminasi tusukan pedang lawan, begitu titik ketujuh yang mengarah ke perut kanan dipatahkan, dia hendak membalas menyerang dan justru di saat sekejap ini, Yunfei mengarahkan telapak ke dada lawan.

Lawan merasakan energi Yunfei berdesir tajam ke arahnya, serangan Yunfei tegak lurus ke perut biksu dan energi yang menyelimuti membuat dia seketika merasa sesak, hendak dia pakai belatinya untuk menusuk tangan Yunfei. Karena jarak cukup dekat, dia yakin tangan lawan akan tertusuk namun yang Yunfei mainkan adalah ilmu telapak yang diperolehnya di Danau surgawi. Telapak terlihat memukul lurus, justru saat belati hampir mengenai kulit tangan Yunfei, tangannya segera bergerak melebar keluar yang tadinya lurus membelok dan mengarah keluar lalu menampar muka si Biksu. Biksu yang terkena tamparan masih kuat berdiri tandanya pelatihan ini orang sangat mendalam dan sangat kuat.

Melihat adanya kesempatan, Biksu hendak menusuk belatinya ke depan, ulu hati Yunfei adalah incaran belatinya. Tetapi tangan Yunfei yang nganggur yang tadinya memegang pedang sudah bergerak sebelum belati biksu, sekarang pedang Yunfei sudah di arahkan menusuk ke lehernya. Si biksu memang bukan sembarang orang, dalam keadaan yang sangat berbahaya, dia angkat tangan kiri. Dia berpikir lebih bagus kehilangan tangan kirinya daripada nyawanya dan jika pedang menusuk ke tangan kiri lalu dengan tangan kanan Ia hendak mengarahkan belati menusuk ke Yunfei sehingga pemuda tewas sedangkan dia hanya kehilangan sebelah tangan kiri saja.

Namun Yunfei adalah pendekar pedang nomor 1 dan kali ini Ia sudah memantapkan hati, pedangnya bergerak sebelum berhenti harus mendapatkan korban. Pedang miliknya memang menusuk ke tangan kiri lawan, baru masuk sekitar 2 dim, dia kerahkan Beiji shengong tingkat sembilan dengan tangan kirinya. Belati di tangan biksu ini yang menusuk lurus sudah terpegang olehnya, luka darah keluar dari tangan Yunfei namun belati berhasil dihentikan lajunya, dengan cengkraman dan energi Beiji Shengong tingkat 9 belati berhasil dibalikkan dan dengan kekuatan penuh Tianzhong Dagong Ia mendorong ke depan. Belati berbalik arah menerjang dan menusuk ke arah ulu hati si biksu. Melihat arah belati panjang 1 kaki yang sangat berbahaya bagi dirinya, Biksu hendak mundur dan menahannya dengan telapak, tetapi kekuatan Tianzhong Dagong Yunfei sangat kuat tak terhingga, belati menembus telapak tangan dan terakhir menembus ulu hati biksu hingga tembus melalui punggungnya dan seketika nyawa biksu sudah melayang.

Pasukan-pasukan yang melihat kehebatan Yunfei bersorak bergembira. Yunfei yang masih semangat segera maju ke arah pasukan Tujue Timur. Pasukan Tujue timur yang sebenarnya berjumlah lebih banyak itu segera lari tunggang-langgang dan tidak berniat bertempur lagi.
Shenlang, Shenyi dan Shenzang melihat gelagat jelek, segera memacu kakinya untuk lari. Sedangkan kasim Bai sudah tergeletak tak bernyawa, tandanya Cheng Yaojin sudah menyelesaikan pemimpin kasim laknat yang tersisa dari Istana Yang Guang.

Yunfei melihat ke arah saudara seperguruannya, semuanya segera duduk di tanah kecapaian. Dia mendekati mereka dan mengajak mereka ke bukit sebelah sana tempat dia datang tadinya. Mendekati bukit, Yunfei merasakan alamat yang jelek. Dia lihat Yanping masih setia menemani Xiaoping, dia pegang tangan tangan Puteri Pingyang dan masih terus menangis.
Yanping yang melihat tangan Yunfei masih mengeluarkan darah, dia mengeluarkan kain untuk membungkus tangan pemuda.
Li Shihmin terlihat duduk di samping puteri Pingyang dan terlihat berlinang air mata. Puteri Pingyang masih terbaring lemah dan meregang nyawa yang hampir putus, Chai Shao segera mendekatinya.

"Bagai...mana? Pasu..kan lawan bagai...mana?" tanyanya ke Chai Shao dengan nada terputus, Chai Shao sambil berlinang air mata menjawabnya bahwa pasukan lawan sudah mundur semua. Mereka semua sudah aman.
Melihat Yunfei, Xiaoping memintanya datang dekat kepadanya.
"Yunfei.. Jaga...lah adik..ku baik-baik... Kita sua..tu saat a..kan ber..temu dalam keaba..dian"
Ucapnya dengan terbata-bata dan semakin lemah. Yunfei bersedih hati, dia berlinang air mata. Diingatnya pertemuan dahulu dengan sang puteri dan hari ini adalah hari perpisahan yang perjumpaan selanjutnya mungkin sudah tidak tahu kapan dan dalam dunia yang lain tentunya.
Puteri Pingyang memegang tangan sang adik dan diangkat ke tangan Yunfei. Tidak lama nafas Puteri Pingyang sudah putus. Segera di bukit ini terdengar teriakan tangisan semua orang. Yunfei sendiri berurai air mata, dia memandu Yanping untuk berdiri, si nona memeluknya dan menangis sejadi-jadinya.

Tamat Bagian II...

0 komentar:

Posting Komentar