Pages

Jumat, 19 Maret 2021

Novel Riakan Awan Iblis Pedang Bab 21

 

Bab XXI - Kudeta Di Gerbang Xuanwu

Tahun 623 musim semi hampir berakhir, di sebuah bukit kecil sebelah selatan kota Hengshui.
Puteri Pingyang menghembuskan nafas terakhirnya, senyuman terhias di wajahnya yang cantik dan Ia kelihatan hanya seperti puteri yang sedang tertidur, keanggunan-nya sama sekali tidak berubah seperti sejak dia masih hidup. Puteri Pingyang tewas demi membela kejayaan Dinasti Tang.
Liu Heita yang kabur ke kota Hengshui, disambut oleh Zhuge Dewei yang merupakan gubernur dari perfektur Rao, di kota Hengshui dan merupakan bawahan Liu.
Dewei mengetahui bahwa pasukan Tang yang sedang berkabung, tentunya serangan dari Tang akan sangat dahsyat demi membalas dendam meski Li Shihmin sudah pasti mundur dari selatan kota Handan, namun tidak dengan Li Jiancheng yang akan menyerang dari barat. Dia mengajak Liu Heita untuk minum dan berpesta merayakan keberhasilan pasukan Tang yang telah diusir terutama pasukan utama yang sangat kuat itu.

Liu Heita bergembira karena ancaman dari selatan sudah tiada, sekarang dia hanya berkonsentrasi mengusir Li Jiancheng. Pada saat pesat meriah itu, Zhuge Dewei telah menyiapkan pasukan bersembunyi dan Liu Heita segera ditangkap. Dia segera dibawa Zhuge Dewei yang menyerah kepada Li Jiancheng di Mingzhou. Liu Heita dibawa ke pasar dengan saudaranya Liu Shishan, keduanya dibunuh disana. Sebelum eksekusi, Liu Heita menghadap langit dan berseru:
"Aku hanya seorang yang menjaga kebun bunga. Dan orang-orang yang dipimpin Gao Yaxian-lah yang membawaku sampai titik ini."

Li Shihmin beserta pasukan hendak membawa jasad puteri Pingyang beserta Li Xuanba dan bakal istrinya ke Ibukota untuk dimakamkan, dia dan semua jenderal mengawal jasad-jasad ini kembali ke ibukota.
Yunfei meminta izin kepada Li Shihmin untuk ke utara karena dia mengkhawatirkan keadaan Chen Chang dan Ashina Yuelin sejak tadi biksu Tianzhu membawa Jianmo ke utara, pemuda ini tahu dengan baik tujuan mereka kemana yaitu ke gunung Baekdu untuk memulihkan diri di sisa satu-satunya ruangan waktu.
Dengan menghancurkan semua pintu langit, Iblis pedang kena karma dan jika tidak mereka masih sanggup ke gunung Heng utara atau gunung Song yang lebih dekat dari posisi mereka sekarang.

Li Yanping melihat Yunfei dengan wajah yang muram, dia berkata.
"Berhati-hatilah kak Yunfei, aku tidak akan bersama-mu, setelah semuanya beres hendaknya pulang ke Chang-an, aku akan menunggumu selalu."
Yanping tentu tahu maksud Yunfei ke utara, dia juga mengkhawatirkan Ibunda-nya, dia berpikir sangat baik jika Yunfei yang kesana melihat-lihat keadaan. Li Shihmin memberikan izin kepada Yunfei untuk berpisah jalan.

Justru ketika jasad puteri Pingyang hendak di angkat ke kereta kuda, tiga larik sinar emas keperakan terlihat menyelimuti jasad puteri Pingyang dan sebelah kiri dan kanannya juga terlihat cahaya emas terang. Keanehan terjadi karena mereka melihat sebuah roh bangkit dari tubuhnya, Puteri Pingyang berdiri dengan cahaya emas dan perak yang berkilauan.

Sedangkan cahaya emas tadi di kiri kanan tubuh Puteri segera muncul 2 orang, yang 1 di sebelah kiri adalah seorang pendeta Taois tua yang memegang kebut di tangan kiri, sedangkan sebelah kanan seorang wanita berumur 50-an, memakai pakaian surgawi yang mewah. Ia berwajah sangat agung bagaikan dewi langit.

Yunfei dan Yanping yang melihat orang tua ini segera menyembah. Melihat keanehan dan turunnya dewa dewi dari langit, kesemua orang disini juga bersujud menyembah kedua dewa.
"Zhenren, mengapa engkau berada di sini?"

Orang tua itu tersenyum, dia berkata.
"Tidak perlu khawatir mengenai masalah utara karena ada diriku yang menjaga, siapapun dewa atau segala iblis tidak akan sanggup masuk ke Gunung Baekdu. Kamu kawal saja mereka semua ke Chang-an."
Sedangkan yang di sebelah kiri wanita ini terlihat mengangkat tangan ke arah pinggang jasad menarik cambuk yang masih terikat di pinggang puteri Pingyang. Cambuk sesaat sudah dipegangnya, dia selipkan ke pinggang-nya sendiri.

"Dia adalah dewi langit yang tertinggi, dialah Xiwang mu.” kata Taiyi Zhenren.

Semuanya menyembah ke arah dewi Xiwang Mu, Sang Dewi mempersilakan mereka semua untuk bangun.
Puteri Pingyang tersenyum bahagia melihat semua teman-temannya disini, dia berkata.
"Semuanya, diriku pamit terlebih dahulu. Semoga semua kedamaian meliputi kita semua..."

Sesaat, cahaya terang menyelimuti bukit kemudian semua orang melihat 3 arah cahaya emas terbang pesat ke barat. Yunfei yang melihat keajaiban ini, teringat akan perkataan leluhurnya, Feng Zhiyan.
Bahwa cambuk itu adalah milik dewi Xiwang Mu, dan sekarang cambuk sudah kembali ke pemiliknya dan bersamaan dengan roh puteri Pingyang melesat ke langit barat. Dia terharu karena Puteri Pingyang akan hidup bahagia di langit surga barat dan bersedih hati tidak sanggup melindungi puteri Pingyang sehingga kejadian hari ini bisa terjadi.

Yunfei dan Yanping ikut bersama ke Ibukota. Di tengah perjalanan sudah tiada gangguan hingga ke Chang-an. Sedangkan kakek Feng dan nenek Huo kembali ke Desa Misteri, tadinya kedua orang tua yang mengetahui bahaya segera ke Handan untuk memberi tahu bahwa Jianmo sudah memasang perangkap untuk pasukan Li Shihmin dan sekalian membantu jika diperlukan.

Perkabungan dilakukan besar-besaran dan seluruh ibukota yang mengetahui kisah kepahlawanan sang puteri juga ikut berduka. Kaisar Tang, Li Yuan membuat perkabungan sekelas militer, sedangkan pejabat negara berniat menghentikan rencana Li Yuan yang menyatakan bahwa seorang wanita tidak boleh sesuai adat dimakamkan secara militer. Tetapi Li Yuan menjawab,
"Dia bukan wanita biasa, tanpa dia maka dinasti Tang tidak akan ada. Ia mengumpulkan pasukan untuk berjuang ketika kita kesusahan di utara. Perjuangannya sebagai seorang wanita tidak kalah dari pria-pria yang sebidang dengan-nya." Lantas upacara perkabungan secara militer tetap di lakukan.

Pemakaman Li Xuanba juga sama dilakukan secara militer bersamaan dengan puteri Pingyang, dia dikubur bersama dengan Yunruo yang merupakan bakal istrinya.

Yunfei berada di Ibukota, dan menghadiri upacara pemakaman. Puteri Pingyang diberi gelar oleh Kaisar Tang dengan nama anumerta Puteri Zhao dari Pingyang. Sedangkan Li Xuanba diberikan gelar anumerta Pangeran Huai dari Wei. Mereka semua dimakamkan di utara Chang-an, menghadap ke sungai Wei.

**********

Kembali ke Desa misteri, Tahun 648 Masehi.

"Kaisar Tang Taizong sedang sakit-sakitan, penyerangan ke Gogreyo tidak berhasil dan membawa dampak yang sangat signifikan terhadap kesehatannya." Tutur Yuchi Gong.

"Engkau pernah menasehatinya namun dia tidak mendengarkan. Nanti selanjutnya di generasi yang akan datanglah, Tang baru sanggup mencaplok Gogreyo. Kemajuan dinasti Tang di bawah Taizong sangat makmur, jauh lebih baik dari Dinasti sebelumnya apalagi selain Tujue barat, Tujue Timur juga tunduk terhadap Tang. Sejauh ini suku utara yang selalu menganggu China daratan berhasil pertama kali bisa ditalukkan sepanjang sejarah dan oleh Dinasti Tang." tutur Yunfei.

Ketika itu, mereka melihat Kakek Feng sudah mendekati rumah bersama dengan nenek Huo. Yuchi Gong bergembira, dia keluar rumah dan memberi hormat ke 2 orang tua ini.
"Jenderal sangat banyak waktu bisa sampai kemari." tutur Kakek Feng dengan tertawa.

"Seperti Kakek lihat, diriku sudah pensiun mendengar angin ketika angin tiada berhembus adalah hal yang terbaik."

"Mari.. Mari.." Kakek Feng mempersilakan Jenderal ini masuk kembali ke dalam rumah.

"Kulihat tenaga dalam kakek sudah balik dan agak jauh lebih baik." sahut Yuchi Gong.

"Berkat cucuku Yunfei, meski tidak sekuat dahulu tetapi untuk menebang bambu sudah tiada halangan."

Mereka bersama-sama tertawa.
"Ada apa engkau mencariku, kakek?" Tanya Yunfei

"Kamu tahu aku mencarimu?"

"Iya jelas sekali.. Biasanya kakek teriak-teriak dari bawah memanggilku turun, jarang sudah kakek hendak naik kemari. Tidak mungkin kakek naik kemari hanya untuk melihat adik seperguruanku."sahut Yunfei sambil tertawa.

Kakek Feng dari wajah yang bergembira seketika merubah ke ekspresi serius.
"Di Selatan telah muncul seorang yang mengaku bernama Xue Yunfei, dia seorang pesilat memakai pedang yang hebat."

"Bisa jadi itu memang aku.." tutur Yunfei.

Yuchi Gong terkejut mendengar perkataan Yunfei. Tetapi sang kakek menyela.
"Kau anggap ini lelucon?"

Semua orang tertawa mendengar perkataan kakek Feng karena mereka tahu Yunfei bercanda.
"Orang itu sudah membunuh 79 orang sejauh ini dari mulai Wilayah Wuling, Jiangling dan sampai ke Xiangyang. Semua orang yang dibunuhnya kaum dunia persilatan."

"Nah kalau itu bukan aku." jawab Yunfei.

Yuchi Gong tadinya masih minum setengah teguk dari guci arak seketika menyemburkan araknya keluar dari mulut, sayangnya semburan arak ini mengenai ke sang kakek.
Semua orang tertawa sedangkan Yuchi Gong segera meminta maaf kepada sang kakek. Sang kakek marah ke Yunfei, dianggapnya anak ini selalu tidak pernah serius lagi selama 15 tahun belakangan hidup menyepi di Desa misteri.
"Mari, kita bicara serius sekarang." tutur Yunfei.

"Kamu sudah lupa bahwa kamu dan istrimu punya usaha di sana?" tanya sang kakek.

"Jelas masih ingat... Tiap bulan pendapatan kedua usaha itu lumayan dan murid kakek masih sering selama sebulan mengantar kepada kami uangnya. Tetapi sangat disayangkan disini tidak bisa digunakan, tidak ada pasar, penjual mie bahkan bakpao disini." tutur Yunfei.
Yanping tertawa mendengar kata-kata Yunfei. Tetapi Yunfei segera meminta istrinya untuk serius. Selama ini uang yang mereka terima, diberikan ke Kakek Feng untuk membantu usahanya mengumpulkan informasi.

"Saatnya kalian lihat kesana apa yang akan terjadi, rencananya itu orang hendak ke ibukota." tutur sang kakek.

Yunfei menggelengkan kepala, dan berkata.
"Urusan dunia persilatan sudah jauh hari diriku tidak ingin mengurusnya lagi."

"Kali ini tidak bisa tidak karena targetnya Tang Taizong. Dan ini orang sepertinya menguasai Ilmu pedang satu garis." sang kakek melihat ke arah Yanping.

Yanping berkerut dahi, seketika itu dia memandang Yunfei. Yunfei melihat istrinya yang sepertinya khawatir.
"Baiklah, mari kita ke Chang-an.." sahut Yunfei sambil bermuka sewot.

"Bukan Chang-an tetapi Xiangyang.." tutur kakek Feng.

"Baiklah... Baiklah... Kita ke Xiangyang." tutur Yunfei. Lantas dia berkata ke Yuchi Gong,
"Menurut adik keempat bagaimana? Bagusan adik keempat disini saja atau ikut kami?"

"Dahulu memang diriku sangat hobby membuat keramaian tetapi sekarang menonton keramaian adalah hobby baruku. Hahaha.." Yuchi Gong terlihat bersemangat meski rambut, kumis, jenggotnya terlihat memutih namun kegarangan di masa mudanya sama sekali tidak hilang.

Segera mereka mengumpulkan barang-barang perlengkapan seadanya, mereka keluar dari hutan misteri. Hanya sebentar saja mereka telah sampai di desa Wei yang sangat ramai, semua orang banyak terlihat di depan Wisma keluarga Wei. Mayat-mayat diangkut keluar dari rumah, Yunfei ikut melihat bersama Yuchigong dan istrinya. Dia melihat kepala kepolisian sedang menyelidik masalah tewasnya seluruh keluarga Wei sedangkan Yunfei berjalan ke arah mayat-mayat yang dibantai semalam oleh ketua Partai Hei-sha, Mo Qiu. Tetapi ketika mengecek 40-an orang disini, tidak terdapat mayat Wei Shu.
Yunfei tersenyum karena dia mengetahui Wei Shu sudah aman dan tidak akan begitu mudah terbunuh.

"Bagaimana kak?" tanya Yanping.
"Tidak ada mayat kakak seperguruanmu.." tutur Yunfei.
"Tadi malam ketika diriku sampai kemari, sudah terlambat karena Mo Qiu dan seluruh orang yang dibawanya sudah mulai masuk ke hutan. Jadi dari jauh mereka kuikuti untuk masuk ke desa." tutur Yuchi Gong.

"Mari, kita berangkat... " Yunfei mengajak keduanya untuk segera menuju ke Xiangyang.

Perjalanan dari Chenliu ke Xiangyang memakan waktu sekitar 2 hari lebih. Dari jauh, mereka sudah melihat tembok kota Xiang Yang. Yunfei memandang ke arah tembok kota yang megah, seketika ingatannya kembali ke masa lalu.

**********

Sekitar hampir 3 tahun kemudian setelah pemakaman puteri Pingyang dan Li Xuanba.
Pada tahun 626 sekitaran bulan 4.
Sejak Dinasti Tang berdiri, beberapa kota besar aman dari serangan pasukan karena bukan tempat peperangan seperti sebelah tengah menuju daerah selatan yaitu kota Wan Cheng, Xuchang, Xiangyang, Jiangxia, sebelah barat sampai ke Yong-an dan sebelah timur sampai ke Ru-nan lebih makmur.

Banyak partai-partai dunia persilatan menjamur dan 6 kota ini terdapat bahkan puluhan partai yang mengajarkan silat kepada penduduk sekitaran. Karena banyaknya terjadi perang dari utara, penduduk di utara banyak yang bermigrasi ke selatan.
Kota Xiangyang, sebuah kota besar dan termasuk kota sejarah sejak Dinasti Han barat berkuasa. Sekarang Kota ini sangat ramai sejak penduduk dari utara dan selatan yang acapkali mencari mata pencaharian disini.

Ketika suatu malam yang terasa sejuk, Hujan masih turun meskipun tidak sederas bulan lalu, pertanda sebentar lagi akan masuk ke musim panas.
Di sebuah Restoran yang terbesar di kota, terisi penuh berdesakan antara orang-orang, banyak terlihat kaum terpelajar yang hendak mengikuti ujian negara serta kaum persilatan juga tidak sedikit.
Restoran dengan tanah luas ini di belakangnya adalah penginapan besar yang berisi 80 kamar dan selalu ramai terisi oleh orang-orang yang lalu-lalang di Xiangyang. Sedangkan di tengah restoran terujung yang dekat sebuah taman dibuka sebuah agensi detektif yang dipimpin oleh seorang pemuda umur 20tahun-an. Pemimpin agensi ini sering menerima kasus-kasus pencurian, pembunuhan hingga misteri yang susah terungkap dan acapkali Ia selalu berhasil menyelesaikan kasus-kasus. Pejabat kepolisian wilayah dan hakim-hakim sekitaran sering meminta pendapat dan informasi darinya.

Di agensi detektif, seorang pemuda duduk di meja dengan kipas diletakkan di sebelah-nya, sedangkan di depannya duduk seorang wanita cantik berwajah putih berumur sekitar 18 tahunan. Mereka terlihat menikmati daharan makanan dan arak di penghujung musim semi yang sedang hujan.

"Usahamu lancar belakangan ini, memang kamu sangat baik mengelola restoran dan rumah makan." tutur pemuda sambil tersenyum.
"Agensi detektif-mu juga sangat baik kakak..
2 tahun lebih 33 kasus pencurian, 12 kasus pembunuhan, 8 kasus misteri, semuanya selesai diungkap olehmu." tutur si wanita sambil tersenyum kepadanya.

Pemuda mengangkat cangkir dan bersulang dengan wanita cantik ini, dia berkata.
"Agensi detektif kurang menguntungkan, jauh sekali dengan pendapatan-mu. Hanya saja, diriku senang bisa memutar otak ketimbang terus-terusan berpikir mengenai silat."

Kedua orang, pria dan wanita ini tiada lain adalah Xue Yunfei dan Li Yanping. Setelah kejadian gugurnya Li Xuanba dan Li Xiaoping, mereka berdua pindah ke daerah agak selatan dan memulai usaha bersama. Li Yanping menjual sebagian perhiasan dan harta miliknya untuk membangun rumah dan yang dipilih adalah sekeliling rumah informasi kakek Feng yang dia beli adalah rumah sederetan kesemuanya. Dia memulai usaha untuk membuka restoran dan penginapan, sedangkan rumah informasi kakek Feng sekarang menjadi agensi detektif Feng.

Selama ini Yunfei lebih banyak bekerja untuk membaktikan diri kepada sesama, jika ada kehilangan sesuatu, orang-orang mencarinya dan membayar dengan lumayan sedangkan kasus pembunuhan jarang dia peroleh uang karena biasanya dia menerima pekerjaan dari pemerintah setempat yang sudah buntu terhadap kasus. Kepala polisi, penyidik, hakim sangat senang dengan kehadiran dirinya yang luas pengetahuan-nya. Kepintaran pikiran-nya, pengalaman serta informasi dari kakek Feng membuatnya gampang menyelesaikan masalah-masalah.

Kakek Feng masih tetap rajin di desa misteri untuk mengumpulkan informasi, meskipun tidak semua informasi dia punya hanya orang-orang berpengaruh di pemerintahan, orang terkenal selalu ada datanya. Tetapi rakyat biasa yang biasanya tidak ada informasi yang bisa digali, Yunfei menanyai orang-orang sekitaran untuk mengetahui sifat, pekerjaan dan kebiasaan orang-orang tersebut yang terkait dengan kasus. Setiap kota yang terdapat daerah rumah penyebaran informasi-nya kakek Feng, dibangun rumah makan kecil supaya tidak menimbulkan kecurigaan orang lain terutama anak muridnya yang seperti tiada pekerjaan, sekarang mereka dibiarkan untuk mengelola warung kecil yang menjual makanan ataupun arak.

Si nona tertawa mendengar perkataan pemuda.
"Yang penting dirimu senang, tidak masalah. Lagian 2 tahun belakangan semua tiada masalah, kedamaian cepat lambat akan terwujud."

"Meskipun ditukar dengan harga yang terlalu mahal.." tutur si pemuda sambil menghela nafas.

"Ada yang datang kak Yunfei.." tutur Yanping tiba-tiba, nona ini merasa agak heran sebab di depan hujan lumayan dan keadaan sekarang sudah agak malam.

"Seorang pesilat, dan lumayan baik gerakan kakinya tetapi dia tidak berniat menyerang hanya buru-buru kemari dan beberapa orang menemani-nya." jawab Yunfei.

Tidak lama, pintu diketuk dengan pelan. Yunfei meminta anggota-nya untuk membukakan pintu.
Seorang wanita masuk memakai jas hujan dan topi petani terlihat mendatanginya dengan pedang di pinggang. Dia membuka topi, dan wajahnya terlihat cantik dengan dandanan seadanya.

"Apakah anda tuan Feng?"

Yunfei mengiyakan.
"Ada masalah apa nona buru-buru kemari di saat hujan lebat begini?"

"Aku ingin meminta Tuan menyelesaikan sebuah kasus."

"Beritahukan nama nona terlebih dahulu." tutur Yunfei.

"Aku bernama Ma Jialie, berasal dari daerah timur, kota Hefei tepatnya dekat Jembatan Xiaoyao." tutur si nona.

"Nona Ma, bisa memberitahukan masalah apa yang hendak anda minta kepada diriku untuk menyelesaikannya?" tanya Yunfei.

"Awalnya sebuah kasus kehilangan, Tuan Feng. Terakhir adalah kasus pembunuhan..." tutur Nona Ma.

"Oh? Siapa yang terbunuh?" tanya Yunfei.

"Adalah ketua partai kami, He Xiaolan dari Partai Yingfeng. Kasusnya, ketua kami sempat hilang 5 hari sesudah itu ditemukan tergantung di jembatan Xiaoyao jelang subuh." tutur si nona, terakhir dia terlihat menangis tersedu-sedu.
Yanping kemudian menenangkan si nona, dia berikan arak anggur yang dia tuangkan untuk si nona untuk menenangkan diri sebentar.

Yunfei berpikir, dia tahu ketua partai Yingfeng, He Xiaolan merupakan pesilat yang cukup hebat, dia berada di kelas 1 dan sifat dermawan-nya sangat tinggi terhadap penduduk sekitar. Selain partai Yingfeng, dia juga memiliki usaha yang cukup sukses di bidang perikanan.

"Bisakah nona Ma menceritakan bagaimana kronologisnya?" tanya Yunfei.

"Sekitar 27 hari lalu, ketua kami masih berada di kamarnya di malam hari. Adik seperguruan masih melayaninya. Tetapi begitu pagi hari, mereka berdua menemukan bahwa ketua sudah menghilang tanpa jejak. Keadaan kamar saat itu terbuka lebar tetapi tidak ada tanda-tanda perkelahian sama sekali, tidak ada kehilangan barang-barang guru dan senjatanya pedang masih diletakkan di kamar.
Kami mencari ketua kemana-mana, setiap sudut kota kami jelajahi tetapi tidak ada tanda-tanda ketua kami. Hingga 5 hari kemudian, penduduk pagi-pagi digegerkan ada orang yang tergantung di paviliun jembatan Xiaoyao. Dan ketika kami melihatnya, guru sudah tewas tergantung." jelas nona Ma.

Yunfei menanyai si nona kembali.
"Apa yang dikatakan penyidik dari kepolisian?"

"Penyidik mengatakan bahwa guru baru wafat sekitaran beberapa jam, jadi ketika dirinya hilang Ia masih hidup. Tidak ada tanda-tanda siksaan di tubuh, tidak ada tanda dirinya mati keracunan. Dengan ilmu silat guru yang begitu tinggi tidak mungkin ada yang bisa membunuhnya dengan cara dicekik dan digantung ke atas paviliun jembatan." tutur si nona kembali.

"Ada yang bisa membunuh ketua partai juga seperti halnya demikian, bukan berarti tidak ada." sahut Li Yanping. Yunfei segera melototi dirinya dan Yanping tersenyum sambil menutup mulut.

"Kata Tuan seruling perak memang cocok seperti yang nona katakan. Di dunia ini setidaknya ada 3 atau 4 orang yang sanggup melakukannya." tutur nona Ma.

Yanping menyenter matanya ke Yunfei, tetapi Yunfei hanya menghela nafas. Dia lantas bertanya,
"Siapa tuan seruling perak?"

"Dia itu yang rekomendasi kita untuk mencari tuan Feng di Xiangyang."

Yunfei berpikir tetapi dia tidak mengenal tuan seruling perak itu, tetapi nona Ma melanjutkan.
"Tuan seruling perak orang yang sangat sakti, kemampuan ilmu pedangnya bisa dibilang tanpa tanding. Ia selalu kemana-mana biasanya dengan sang istri, umur kedua orang sekitaran 50-tahun. Kami tidak pernah berjumpa dengan kedua orang sampai ketika guru sudah tewas, kebetulan kedua pendekar itu berada di sana. Semasa hidup, guru sering mengatakan keduanya hidup di Jiangnan dan mereka adalah pahlawan kaum lemah."

Yunfei dan Yanping segera tahu siapa yang dimaksud oleh Nona Ma ini.
"Baiklah, hendaknya kamu pulang bersama saudara-saudari seperguruanmu dahulu. Besok diriku akan berangkat ke Hefei."

Si nona girang mendengar perkataan Yunfei, dia berulang kali mengucapkan terima-kasih kepadanya. Yunfei hanya tersenyum mengiyakan, lantas si nona memberikan sekitaran 20 tael emas untuk Yunfei.
Uang ini untuk dipakai sebagai biaya transportasi dan makan serta tempat tinggal si pemuda.
Yunfei tersenyum, dia menerima uang tersebut dan berjanji besok dia akan berangkat.

Sepeninggal si nona, Yanping berkata kepadanya dengan tertawa.
"Hebat pendapatanmu, dalam semalam saja mengalahkan pendapatan bersih restoran dan penginapanku selama 3 bulan. Dan partai itu sepertinya sangat royal."

Yunfei tertawa, lalu Ia berkata.
"Nanti kutraktir dirimu makan enak selama di Hefei..."

Si nona kelihatan sangat bersemangat, mereka berbincang hingga larut malam kemudian beristirahat.

Keesokan paginya Yunfei menulis surat untuk ditujukan ke desa misteri, ada beberapa pertanyaan Yunfei ditujukan untuk kakek Feng, dan dia mengharapkan balasannya ketika dia sampai Hefei nantinya. Ia dan Yanping segera bergerak ke arah timur.
Sudah lama keduanya tidak pernah mengambil perjalanan jauh, sekitar 3 tahun lalu sampai sekarang mereka paling jauh pun ke Xuchang yang sekitar 600 Li dari Xiangyang, kali ini mereka menempuh perjalanan lebih dari 1.200 li. Perjalanan mereka terlihat lancar dan aman, di hari ke 3 mereka berdua sudah sampai di kota Hefei.

Memasuki kota, mereka disambut oleh Ma Jialie dan saudara seperguruannya. Yunfei melihat 4 orang disini semuanya masih berpakaian berkabung.

"Apakah Tuan Feng hendak langsung menuju ke Wisma kami?" tanya nona Ma.

"Tunjukkan dimana Wisma, dalam 2 jam kemudian diriku akan mampir kesana, sementara ini aku hendak menemui seseorang terlebih dahulu." tutur Yunfei.

Nona Ma berempat memberikan informasi bahwa partai YingFeng terletak di daerah selatan dekat dengan danau Chao sebelah barat-nya. Yunfei mengiyakan, kemudian mereka berpisah jalan.
Yunfei dan Yanping mengambil arah timur, dia mencari lokasi rumah informasi kakek Feng di kota.
Karena sudah ada pesan titipan dari kakek Feng, orang yang berjaga sudah siap dan mendekati mereka berdua, mengaku bernama Han Min dan setelah bertukar kode, Han Min membawa Yunfei dan Yanping menuju ke rumah-nya. Di depan Ia melihat rumah kecil itu menjadi warung yang menjual bakso Ikan.
Kota Hefei termasuk kota pelabuhan kecil karena ada beberapa sungai yang menuju ke danau Chao dan pembagian aliran air danau Chao turun ke sungai besar Yangtze (Changjiang) meskipun Hefei tidak dilintasi oleh sungai Yangtze secara langsung. Mata pencaharian penduduk mayoritasnya adalah dari sungai yaitu menangkap ikan.

Yunfei ke rumah informasi, dia mendapat 3 buah surat yang dia baca keseluruhan yang berbunyi seperti demikian:
"Ketua partai mempunyai 2 orang musuh dan 1 orang yang berpotensi untuk membunuhnya.
Orang pertama adalah saingan usaha, Liu Zhong. Orang kedua bernama Yu Jing seorang pesilat ternama adalah ketua partai Jingshiquan, Yang ketiga adalah kekasih gelapnya, Bai Jun."

Yunfei membuka kertas ke 2 bertuliskan:
"Ketua partai tidak hilang tetapi dia keluar rumah 5 hari sebelum ditemukan. Dia terlihat di timur danau Chao sebelum betul-betul menghilang. Dia tidak membawa senjata apapun."

Sedangkan kertas ke 3 kemudian bertuliskan:
"Ada yang melihat orang menggantungkan sesuatu, orang ini mengaku mabuk tetapi ini orang tidak melapor ke pengadilan atau kepolisian."

Yunfei yang melihat kertas terbakar otomatis segera berpikir. Dia menyusun kembali puzzle-puzzle yang ditulis sang kakek. Sebentar saja dia mendapat sedikit ide, dan mengajak Yanping ke partai Yingfeng.
Yanping menanyai Yunfei kira-kira di antara 3 orang ini siapa yang memiliki potensi paling kuat sebagai pembunuh.

"Lihat motif dan tanda-tanda yang diberikan kemudian siapa yang paling beruntung setelah kematian ketua partai Yingfeng. Sejauh ini memang kita digiring ke dua orang, hanya saja bagaimana mungkin petugas kepolisian tidak menyadari hal demikian?" tutur Yunfei yang merasa sedikit aneh.
Tidak lama mereka sudah sampai ke dalam ruangan utama partai Yingfeng, mereka berdua disambut oleh nona Ma dan pengganti ketua Yinfeng sementara, seorang wanita berumur 45 tahun bernama Huo Xiu.
Huo Xiu mempersilakan keduanya untuk duduk, Yunfei menanyai perempuan ini.

"Sejauh ini bagaimana pekerjaan petugas kepolisian?"

"Nihil.. Mereka tidak sanggup memecahkan kasus ini." tutur Huo Xiu.

"Diriku ingin menanyai mengenai 3 orang yang merupakan penduduk kota Hefei."
tutur Yunfei sekalian dia menyebut nama ketiga orang tersebut.

Huo Xiu memberikan keterangan dan alamat tinggal ketiganya kepada Yunfei. Yunfei mengambil catatan tentang ketiganya.
"Apakah ketiga orang ini pernah dipanggil petugas?"

"Sudah, mereka membuat pernyataan di kepolisian namun kepolisian tidak menemukan sesuatu yang janggal dari pernyataan ketiganya..." jawab Huo Xiu.

"Baiklah, jika begitu kami mohon pamit." jawab Yunfei pendek.

Huo Xiu dan nona Ma terkejut, kemudian menanyai Yunfei hendak kemana.

"Kami tidak akan pulang sebelum kasus selesai, nantinya besok kita akan memulai penyelidikan dengan cara kami." tutur Yunfei sambil tersenyum.

Mereka tersenyum lega karena dipikirnya Yunfei dan nona yang dibawanya akan pulang ke Xiangyang.

Yunfei dan Yanping meninggalkan partai Yingfeng. Lantas dia menanyai si nona.
"Siapa pemimpin wilayah ini?"

"Dia bernama Xunde, yang merupakan pemimpin kota Hefei sekarang." jawab Yanping.

Yunfei berpikir sesaat, lalu dia berkata.
"Xunde adalah salah satu orang kepercayaan dari Dinasti Sui. Apakah orang yang sama?"

"Betul, setelah pasukan Tang berhasil merebut daerah ini, dia dipekerjakan karena kemampuannya mengurus pelabuhan. Beberapa tahun lalu, ayah pernah mengatakan bahwa orang ini berbakat mengurus kota. Karena Hefei bukan kota yang bisa mengumpulkan pasukan dengan mudah jadi ayah memintanya menjaga kota meskipun dia adalah orang kepercayaan Dinasti Sui." jawab Yanping.

Yunfei memutar otak dengan keras, dia berpikir dan menghubungkan kejadian terbunuhnya ketua partai Yinfeng dengan pejabat sekelas walikota ini.
"Sesuatu yang kurang beres terasa disini..."

"Ada apa Kakak Yunfei?"

"Perkiraanku saja..."

"Apakah walikota itu terlibat?" tanya si nona.

"Perkiraanku saja... Ada sesuatu yang tidak begitu beres.." tutur pemuda sambil tersenyum.

"Kamu jangan sepenggal-penggal begitu karena aku tidak mengerti.." tutur Yanping sambil sewot.

Yunfei hanya mengiyakannya tetapi berjanji besok hasil yang akan baik pasti ada. Ia merasa kasus kali ini tidak serumit yang dibayangkan, seperti ada sesuatu yang memang tidak begitu beres. Namun Yunfei tidak berniat memikirkan dulu sementara.
Sepanjang perjalanan, mereka menikmati pemandangan danau Chao dan keindahan kota Hefei yang sangat baik tertata.
Ketika malam tiba, Yunfei meminta Huo Xiu untuk menulis surat ke kepolisian untuk datang dan meminta-nya untuk memanggil 1 orang sekaligus hadir di partai Yingfeng besok hari tepat siang.

"Mari kita lihat-lihat.." tutur Yunfei kemudian ke Yanping.
"Ow, kita hendak kemana?"
"Ikut saja nona cantik.." tutur Yunfei dengan tersenyum sambil memegang dagu si nona. Si nona tersenyum manis.

Mereka berdua bergerak, tempat yang dituju adalah sebuah rumah yang termasuk besar. Di depan rumah terlihat 2 huruf, "Wisma Bai"
Yunfei dan Yanping bergerak ke atap rumah, mereka turun ke pekarangan dan bersembunyi di belakang sebuah pohon yang besar.
Cukup lama Yunfei dan Yanping menunggu di belakang pohon, suasana terlihat sepi dan justru waktu mendekati tengah malam, mereka berdua tahu bahwa ada orang yang berjalan menuju ke dalam ruangan rumah. Seorang pemuda berpakaian gelap masuk ke dalam rumah, Yunfei dan Yanping segera menguntitnya. Di dalam rumah terdapat seorang yang lain.
"Bagaimana? Apakah sudah selesai?" tanya seorang pria.

"Sudah selesai tuan muda. Besok kepala polisi meminta tuan muda untuk ke partai Jingfeng, apakah tuan akan menghadiri pertemuan disana?"
"Tentu saja..."
“Kalung giok ini tertinggal, untung baru kusadari.”

Yunfei tersenyum, dia meminta si nona loncat ke atas atap, begitu sampai di atas, pemuda segera membuat sedikit suara di atas atap.
Segera dari dalam rumah, keluar 1 orang tetapi sebelum orang ini melihat ke atas atap.
Yunfei dan Yanping telah meninggalkan wisma Bai tanpa jejak.
Kemudian mereka menuju ke kantor kepolisian. Yunfei turun bersama Yanping dan masuk ke dalam dengan perlahan. Di malam hari kantor kepolisian sudah tutup. Dia segera ke ruang arsip, melihat dan membaca pernyataan Bai Jun. Begitu dipikirkan semuanya sudah cukup, dia segera beranjak menuju ke penginapan.

Keesokan harinya,
Yunfei dan Yanping sudah hadir di partai Yingfeng. Mereka dilayani oleh Huo Xiu. Tidak lama kepala kepolisian datang ke partai Yingfeng, Huo Xiu mengenalkan kedua tamunya. Kepala polisi tidak begitu senang atas kehadiran 2 detektif Xiangyang ke Hefei namun dia tidak begitu banyak bicara.
Tidak lama kemudian, orang yang mengaku bernama Bai Jun telah hadir di partai Yingfeng.
Yunfei dan Yanping melihat pembawaan orang yang terlihat sangat ganteng, wajahnya putih, matanya besar, tingginya hampir 6 kaki. Ia memakai pakaian pelajar dengan kipas di tangan mengipasi diri beberapa kali, Ia terlihat berwibawa dari sifat santainya.

"Ada apa ketua memanggilku?" tanya-nya kepada Huo Xiu.

"Adalah kedua Tuan dan Nona ini hendak menjumpaimu." tutur Huo Xiu.
Bai Jun melihat ke arah Yunfei dan Yanping, Ia tersenyum sinis melihat kedua orang ini.
"Kukira dipanggil kepala polisi yang sudah mendapatkan titik terang kasus ketua partai, ternyata hanya dua orang bocah kemari untuk membuat kekacauan."

"Anda bernama Bai Jun?" tanya Yunfei seakan tidak peduli terhadap hinaan Bai Jun.

"Betul sekali. Dan anda siapa?" tanya Baijun.

"Diriku dipanggil Feng Shaoshi." tutur Yunfei.

"Ada masalah apa anda memanggilku?"

"Mengenai tewasnya ketua partai Jinfeng tentunya, He Xiaolan." Jawab Yunfei.

Pemuda ini tertawa sambil menunjuk ke arah Yunfei. Ia berkata.
"Maksudmu aku pembunuhnya? Hilangkan kecurigaan-mu itu, aku hanya pelajar biasa sedangkan ketua partai Yingfeng adalah pesilat no.1. Bagaimana caraku membunuhnya?"

Yunfei tersenyum mendengar perkataan Bai Jun. Lantas dia berkata.
"Kamu mengatakan bahwa kamu bukan seorang pesilat?"

Baijun tertegun mendengar perkataan Yunfei. Dia membantah.
"Tidak.. Memang diriku bukan seorang pesilat."

"Lalu di kipasmu itu disembunyikan apa?" tanya Yunfei dengan mata tajam ke Bai Jun.

Bai Jun terkejut, dia memeriksa kipasnya sekali dan tidak melihat ada tanda apa-apa. Lantas dia terlihat marah dengan mata tajam Ia melihat ke Yunfei.

"Kau adalah pesilat yang hebat dan di kipasmu terdapat sesuatu. Memang orang-orang biasa tidak tahu bahwa kamu menyimpan sesuatu bubuk di pegangan kipasmu. Berkat dirimu mengipas beberapa kali, diriku merasa ada yang janggal." tutur Yunfei.

Kepala polisi terkejut mendengar perkataan Yunfei, dia ingat bahwa sesuai pernyataan Bai Jun bahwa dia bukan seorang pesilat otomatis pernyataannya telah gugur.
Ketua partai Huo Xiu segera meminta anggota partai untuk mengepung Bai Jun. Bai Jun terkejut karena dia tidak bisa mengelak perkataan Yunfei. Kepala polisi meminta kipas kepada Baijun dan tentu saja Baijun tidak akan memberikan kepadanya. Jikapun kipas diberikan dan diperiksa jelas terdapat sesuatu yang disimpan disana.

"Sesuatu di kipasmu harusnya bukan racun yang memiliki efek mematikan. Tetapi hanya efek tidak sadarkan diri maka ketua partai tidak tewas oleh racun melainkan karena digantungkan olehmu-lah Ia baru tewas.
Jadi kronologi kejadiannya seperti demikian,
Di malam saat ketua Yingfeng hilang, dia tidak membawa senjata padahal kemampuan ketua He Xiaolan terletak pada pedangnya maka daripada itu, orang yang memintanya keluar rumah tentu adalah orang yang dikenalnya dan bukan merupakan musuh.
2 orang lain yang dicurigai adalah musuhnya, jika salah satu saja diantara 2 orang yang mengajaknya keluar tidak mungkin dia meninggalkan pedang di kamar.
Ketika Ia berjumpa denganmu, kamu menyekapnya beberapa lama. Jika tidak salah maka kamu setelah membuatnya pingsan, kamu membentuk sebuah alibi bahwa dirimu tidak berada di kota Hefei. Pengakuanmu di kepolisian akan menyatakan bahwa dirimu itu tidak berada di kota kejadian, jadi di hari ke 5 subuh kamu melakukan pembunuhan dengan menggunakan kuda cepat kembali ke Hefei untuk menyempurnakan alibimu."
Bai Jun tertawa besar mendengar perkataan Yunfei.
"Lalu bagaimana kamu bisa tahu kalau diriku adalah pesilat?"

"Kamu memakai pakaian pelajar dan modelmu memang terlihat seperti seorang pelajar. Hanya saja, seorang pesilat ketika berdiri menghadap seseorang selalu terlihat pose yang sangat jelas. Kedua tanganmu posisinya adalah sedang bertahan, melindungi setiap titik mematikan tubuhmu. Karena dipanggil ketua partai Huo Xiu, kamu merasa bahwa sedikit banyak ada perangkap. Mungkin orang lain tidak bisa melihatnya tetapi diriku melihatnya dengan sangat-sangat jelas." jelas Yunfei.

Bai Jun tertawa keras, terlihat murid-murid partai sudah mengamuk hendak membacok orang ini. Dia berusaha lari namun baru bergerak 5 langkah ke depan dia sudah dikejar oleh ketua dan murid-murid partai Yinfeng.
Kepala kepolisian seketika gagap, dia harus menghentikan pembunuhan ini atau bisa-bisa dia terkena sanksi jika tersangka mati di depan matanya.
Meski langkah Bai Jun gesit tetapi sekitar 50-an orang mengejarnya bagaimanapun dia terlihat kelabakan. Yanping melihat Yunfei sebentar dengan tersenyum, dia bergerak dengan langkah ajaibnya, baru 10 langkah dia sudah berada di belakang punggung Bai Jun, menutuk aliran darah orang dan terakhir Ia rubuh jatuh ke lantai pekarangan, tetapi Baijun malah segera tertawa.

Ketua dan Murid-murid partai Yingfeng terkejut karena menyadari bahwa nona di samping detektif memiliki ilmu silat yang sangat tinggi bahkan jauh lebih hebat dari mereka semuanya. Mereka sama sekali tidak percaya bahwa seorang nona yang sangat cantik anggun begitu adalah seorang pesilat kelas 1. Yunfei segera menyusul ke depan pekarangan, Dia melihat ke arah Baijun yang masih tertawa. Sekilas didengarnya perkataan Bai Jun:
"Terlambat sudah..."
Pemuda ini tidak begitu mengerti perkataan Bai dan apa maksudnya. Tetapi Ia meminta Huo Xiu tidak membunuh Bai Jun namun menyerahkan ke polisi untuk diserahkan ke pengadilan dan diproses sesuai hukum.

Tidak berapa lama menunggu, Yunfei dihadiahi 100 tael emas oleh ketua sementara partai karena dengan gampang Ia berhasil memecahkan kasus kematian guru mereka yang sekaligus ketua partai Yingfeng, He Xiaolan.

Kasus ditutup dan Yunfei serta Yanping sudah hendak berangkat dari kota Hefei menuju pulang ke Xiangyang. Baru saja mereka hendak keluar kota, Han Min membawa surat dari kakek Feng untuk Yunfei. Dia membawa wadah yang berisi air dan Yunfei segera mengambil surat "basah" ini dan membaca.

"Ibukota kritis. Pertama sudah bertindak, tidak lama lagi terjadi perubahan besar.
Yang kedua diisolasi, semua pembantu disingkirkan. Lima adalah sumber masalah. Hendaknya kamu segera kesana."

Yunfei dan Yanping terkejut, semula mereka percaya bahwa suatu saat Li Jiancheng akan bertindak dan inilah saatnya. Yunfei merasa mereka harus cepat, namun begitu mereka meninggalkan pintu kota sebelah barat Hefei. Mereka berdua mendapati seorang pemuda terlihat memanggil nama keduanya.
Yunfei melihat ke arah orang, seorang pemuda berumur 16-17 tahun menyerahkan surat kepadanya.
"Ayah memintaku menyerahkan surat ini untukmu, tuan Feng."

Yunfei segera membuka surat, Ia membaca:
"Tidak pernah diriku memintamu kemari untuk menyelesaikan kasus.
Yang muncul di Hefei adalah palsu.

ttd.
Tuan Seruling perak."

Yunfei segera mengetahui penyebabnya, Ia dipancing jauh meninggalkan Xiangyang karena harusnya saat sekarang adalah saat yang paling kritis di Ibukota. Jika Ia ke Chang-an pasti akan merusak rencana Li Jiancheng dan Li Yuanji yang hendak membunuh Li Shihmin. Sesaat, keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia berkata kepada Yanping situasinya, Yanping juga sangat terkejut.
"Apakah kita masih sempat sampai Chang-an?"

"Kita hanya bisa berusaha.. Mari..." tutur Yunfei.
Segera mereka memacu kencang kuda, dan tujuannya adalah ke Ibukota. Entah bagaimanapun hasilnya mereka tidak berani memikirkannya. Hanya saja dengan berganti kuda terus menerus dan istirahat seadanya mereka yakin bisa sampai ke Chang-an secepatnya.

Peruncingan hubungan ketiga putera Li Yuan karena saat itu Li Yuan sudah meminta Li Jiancheng untuk menyerahkan Liu Heita ke ibukota untuk dieksekusi karena kematian Putera ketiganya Li Xuanba dan Puteri Pingyang. Tetapi Li Jiancheng, putera mahkota berinisiatif membunuhnya untuk memamerkan dirinya berhasil untuk menarik dukungan. Ini dianggap sudah melanggar Undang Undang yang dibuat oleh Kaisar Tang, Li Yuan bahwa pemimpin pemberontakan harus diserahkan ke Ibukota dan kaisar lah yang memutuskan nasibnya.
Selain itu Li Jiancheng hanya memberikan 3.000 pasukan untuk melindungi Li Shihmin dan dipimpin oleh Li Zhu adalah penyebab kematian Li Xuanba dan Li Xiaoping padahal tarikan pasukannya dari Yecheng masih berjumlah total 80ribu pasukan.

**********

Kasus 3 tahun lalu memang bermula dari Li Xuanba yang hendak menolong bakal istrinya, Yunruo. Li Xuanba dipancing untuk menuju ke Yecheng oleh Jianmo.
Li Xuanba berhasil bertemu dengan nona Yunruo, tetapi ketika hendak menuju selatan, pasukan Liu Heita yang bergabung dengan Tujue timur mencegat dan mengejar Li Xuanba. Dengan kekuatan Li Xuanba, dia berhasil menghalau segala rintangan. Ketika hendak sampai ke Handan, Li Xuanba membawa Yunruo ke penginapan dan mencari makanan. Kurang berhati-hati, makanan Li Xuanba dan Yunruo diracuni oleh orang lain.

Merasa keadaan sangat gawat, Li Xuanba menggendong Yunruo yang sudah hampir putus nafas, dengan kuda dia menuju ke Handan secepatnya karena dia tahu Li Shihmin sedang menyerang Liu Heita di Handan.
Di tengah perjalanan, Li Xuanba dicegat oleh Iblis pedang bersama kawan-kawannya.
Kuda Li Xuanba sejak tuan-nya kepayahan, melarikan diri ke utara dan tujuannya mencari Yunfei. Sang kuda memiliki indra yang sangat tajam, dia tahu bahwa hanya Yunfei-lah yang sanggup menolong Tuannya, Ia segera bergerak ke utara. Pasukan lawan tiada yang sanggup untuk mengejar sang kuda.

Karena Xuanba sudah keracunan, dia tidak berniat untuk bertarung namun hanya melarikan diri sebisanya sambil melindungi Yunruo. Panah musuh yang hebat disampuk tetapi tidak ayal beberapa batang panah mengenai dirinya. Li Shihmin yang mengetahui sang adik sedang dikejar musuh, segera membentuk pasukan penolong , membagi pasukan yang sebagian masih berupaya menyerang Handan, sisanya dia bawa bersama para Jenderal untuk memapak Li Xuanba. Ketika pertama Li Shihmin sampai, mereka sudah dipapak pasukan Liu Heita, niat untuk lanjut ke utara tertahan di kota Handan.

Begitu Li Shihmin mencapai wilayah yang merupakan selatan Hengshui, dia melihat sang adik sudah terpanah cukup banyak di seluruh bagian tubuh. Li Xuanba sudah berjuang mendekati titik akhir hidupnya begitu pasukan Li Shihmin tiba di medan pertempuran.

Chai Shao, Qin Qiong, Yuchi Gong dan Cheng Yaojin segera melakukan upaya pertolongan. Tetapi Li Shihmin dibokong oleh Iblis pedang/Jianmo dan tujuan utamanya memang adalah nyawa Li Shihmin, segera mengejarnya dan demi melindungi kakak keduanya, Li Xiaoping mati-matian bertarung dengan Jianmo dan hasilnya sebuah goresan pedang di leher yang sangat berbahaya di dapatnya dari pedang Jianmo. Darah membasahi semua pakaiannya, Li Shihmin sendiri meski termasuk pesilat jago namun dalam beberapa jurus juga terdesak habis oleh Jianmo.

Melihat bahwa Li Shihmin dalam keadaan bahaya, Jenderal-jenderalnya segera datang untuk melindunginya. Li Shihmin hendak membawa Li Xiaoping untuk menolongnya menghentikan darah yang terus mengucur. Di saat itu, Kakek Feng dan nenek Huo tiba, mereka yang membawa Puteri Pingyang untuk bertahan di atas bukit kecil. Nenek Huo melihat bahwa nadi leher Li Xiaoping sudah putus, hanya berusaha mempertahankan hidupnya. Untuk menolongnya dengan tanpa perlengkapan memadai sangat susah, salah satu caranya memang mengoperasi Li Xiaoping namun di keadaan yang begitu kacau, kemungkinan-nya hampir tiada.

Nenek Huo menghentikan darah mengucur dari leher Xiaoping untuk menunggu Yunfei dan Li Yanping datang menolong. Harapannya terbit ketika pagi menjelang dan terlihat Li Yanping sudah sampai bersama kuda Li Xuanba. Melihat kakaknya terbaring lemah menunggu ajal, Yanping segera marah. Dia cabut kedua belati untuk bertarung dengan Iblis pedang, kemampuan langkahnya dia manfaatin untuk mengacaukan musuh dengan tujuan menunggu Yunfei tiba.

Ia mainkan kedua langkah yang dipelajarinya untuk menghambat pergerakan musuh selama 3 jam, dia tidak melulu menghadapi Jianmo, tetapi mendukung para jenderal Li Shihmin yang bertarung ketat, para jenderal lebih lega karena si nona membuat kekacauan dan musuh juga tidak sanggup mengejar atau melukainya. Kadang si nona menusuk ke jenderal, kadang ke kasim Bai, kadang Ia menyelinap di antara Shenlang, Shenyi dan Shenzang. Sejak menguasai 2 jenis langkah ajaib, nona ini sangat berjaya dalam merepotkan mereka meski belum sanggup Ia melukai mereka semua.

Tetapi kemajuan ilmu kungfu Iblis pedang cukup signifikan, ketika berada di Tianzhu dia berlatih untuk menghentikan langkah ajaib Yanping. Menunggu nona sudah mulai kecapaian, Jianmo menyerang habis-habisan. Setiap serangan Jianmo ke Yanping memang sanggup dielakkan meskipun beberapa kali sangat berbahaya situasinya.

Terakhir meski tidak sanggup mengambil nyawa si nona, tebasan dan tusukan pedangnya sempat melukai tangan Yanping.
Melihat bahaya yang mendekati adik-nya, Li Shihmin meneriaki Yanping untuk menjaga Li Xiaoping saja.
Si adik menurut, dengan langkah cepat dia kembali ke bukit belakang namun melihat kakaknya sudah hampir putus nyawa dia menangis mengerung-ngerung dan selang sebentar Yunfei sudah tiba di bukit ini.

**********

Tujuan utama putera mahkota Li Jiancheng dan Li Yuanji diketahui oleh Li Shihmin yaitu Ia hendak meminjam tangan Iblis pedang untuk melenyapkan nyawa-nya. Setelah semua adat perkabungan selesai dilakukan, Li Shihmin segera melaporkan kepada Li Yuan bahwa kakak pertamanya tidak berniat membantu, jika saja dia turun tangan maka tidak nantinya ada kejadian demikian. Li Yuan yang mendengar penuturan Li Shihmin dan jalan pertempuran dari awal segera bersikap antipati terhadap Li Jiancheng dan Li Yuanji yang keduanya gara-gara perselisihan keluarga membuatnya harus kehilangan putera dan puteri terbaiknya.

Setahun setelah perkabungan Li Xuanba dan Li Xiaoping adalah puncaknya keadaan yang paling runcing antara persaingan Li Jiancheng dengan Li Shihmin, Li Yuanji mengundang Li Shihmin ke rumahnya untuk berpesta yang bertujuan untuk membunuh Li Shihmin tetapi Li Shihmin siap siaga dan dikawal jenderal terbaiknya sehingga selamat. Sempat terjadi pertarungan antara Jenderal-jenderal keduanya di jalan pulang Li Shihmin dari istana pangeran Qi (Rumah tinggal Li Yuanji).

Li Yuan yang melihat ketiga puteranya hendak saling membunuh, marah besar. Ia memerintahkan Li Jiancheng dipindahkan ke Sichuan dan hendak menarik status putera mahkotanya. Tetapi Li Yuanji dan beberapa selir kesayangannya berbicara baik untuk Li Jiancheng. Gubernur Xu yang ditempatkan di Sichuan mengetahui bahwa Li Jiancheng hendak ke Sichuan menggantikan posisinya segera memberontak. Pemberontakan Sichuan hanya berlangsung sekitar sebulan, Gubernur Xu dibunuh oleh anak buahnya sendiri dan kemudian menyerahkan diri kepada Dinasti Tang.

Semua masalah nampaknya membaik kembali tetapi sekarang Li Jiancheng yang sudah mendapat posisi aman, segera mencari urusan dengan Li Shihmin yaitu mengisolasi semua pembantunya dan ini adalah semuanya ulah Li Yuanji yang memanasi kakak pertamanya.
Di saat yang sama, Li Yuanji mengajak Li Jiancheng untuk merekrut Yuchi Gong dengan memberikannya banyak emas permata dan memuji Yuchi Gong setinggi langit. Namun, Jingde menolak dengan halus dan menyatakan kesetiaannya hanya untuk Qin Wang, Li Shihmin.

Li Jiancheng dan Li Yuanji marah besar, Li Yuanji segera mengirimkan pembunuh bayaran untuk membunuhnya sebanyak 2 kali, tetapi 2x ini tidak sanggup untuk mencabut nyawa Yuchi Gong karena Ia terlalu kuat malah semua pembunuh bayaran yang dikirim tidak ada 1 pun yang pulang mengabari situasi.

Kemudian mereka menfitnah Yuchi Gong hendak memberontak sampai-sampai Yuchi Gong sudah ditangkap dan hendak dihukum mati di Chang-an, tetapi Li Shihmin berdebat mati-matian dengan sang ayah, terakhir Yuchi Gong lolos dari hukuman mati tetapi pangkat dan gelarnya sebagai jenderal dicabut, dia menjadi rakyat biasa.

Fang Xuanling, Zhangsun Wuji dan Duru Hui membujuk Li Shihmin untuk membunuh Li Jiancheng dan Li Yuanji. Tetapi Li Shihmin mengabaikannya dan belum hendak bertindak.

Tetapi pada Tahun 626, Musim panas.
Li Jiancheng atas hasutan adiknya Li Yuanji, mereka sudah melakukan sesuatu. Mereka membuat fitnah bahwa Li Shimin sedang mengumpulkan pasukan untuk memberontak, Li Shihmin memberikan alasan bahwa pengumpulan pasukan untuk menahan pasukan Tujue timur. Salah satu staff Li Shimin, Man Gui adalah orang yang sengaja diposisikan Li Yuanji untuk mendengar informasi dari keadaan Li Shihmin dan pasukannya. Alasan Li Shihmin sesungguhnya memang adalah menyiapkan pasukan jika Li Jiancheng dan Li Yuanji bertindak duluan.

Li Yuan yang mengetahui Li Shihmin mengumpulkan pasukan sendiri sebanyak 30.000 jiwa, setuju untuk mencabut mandat anak keduanya ini, menurunkan pangkatnya dari Qin Wang(raja) menjadi Pangeran Qin kemudian menarik semua jenderal dan penasehat dari pihak pangeran Qi ke istana kota-raja untuk selanjutnya barulah dia tempatkan ke tempat lain.

Sekarang Li Shihmin tidak ubahnya sudah diisolasi dan meskipun gelar hanya turun peringkat dan kuasanya tidak dicabutpun, Ia sekarang mirip elang yang telah kehilangan sayapnya.

Qin Qiong di malam hari mengunjungi kediaman Yuchi Gong yang telah dipecat dan sekarang menjadi rakyat biasa. Tepat ini hari juga adalah hari dimana Yuchi Gong diperintah pulang ke kampung halaman, dia sudah bersiap-siap untuk mengepak barang-barangnya. Melihat Kakak ketiganya datang, Ia mempersilakannya masuk. Terlihat putera puteri Yuchi Gong bersama istri juga sedang merapikan barang-barang mereka.

"Jingde, hendak pulang kemana kamu?" tanya Qin Qiong.

"Mungkin ke Tianmen, atau mencari kakak kedua belum kuketahui." jawab Jingde.

Terlihat lelah dirinya yang sudah bertarung lama, biasanya Jingde selalu bersemangat meski lawan yang dihadapi sangat berat seperti halnya 3 tahun lalu ketika hidup matinya dipertaruhkan di Chengsui.
Jingde mempersilakan Qin Qiong untuk menikmati daharan, mereka duduk di taman wisma Yi Gong yang diberikan pemerintah kepadanya.

"Majikan kita sekarang posisinya sangat jelek. Entah siang malam dia bisa kehilangan nyawanya, rencana Jingde bagaimana?" tanya Qin Qiong.

Jingde tiba-tiba teringat satu hal ketika Shubao baru saja berbicara.
"Ehh... Bukannya guru???"

Qin Qiong segera terkejut, dia mengingat perkataan guru mereka sebelum meninggalkan Tianmenshan.
"Jika majikan berada saat kesusahan.. 3 tahun lalu memang kita bertarung habis-habisan mana ada waktu kita membuka surat? Jadi berarti sekarang..."

Yuchi Jingde segera bertepuk tangan, dia meminta kakak ketiganya segera membuka surat peninggalan gurunya. Baik Qin dan Yuchi selalu menjahit kantong untuk meletakkan kantongan di dalam baju mereka kemanapun mereka berada. Ketika Qin menyebut kata "majikan" segera mengingatkan Jingde.
Lantas Qin Qiong membuka surat yang terjahit rapi, dia koyak kantongan-nya dan baca.
"Carilah Zhang Gongjin, dia memiliki kemampuan untuk menghindari bencana..."

Qin Qiong dan Yuchi terkejut ketika membaca tulisan berikut. Mereka tahu Zhang Gongjin adalah seorang perwira kecil yang dahulu bekerja bersama mereka dengan Li Mi, kemudian ketika itu dia beralih haluan ke Wang Shichong. Wang Shichong lebih menghinanya dengan memberikan jabatan 100 kepala pasukan.

"Guru tidak mungkin salah, kita sama-sama mengenal Zhang Gongjin dan Zhang Gongjin hanya 1 orang saja, dia kebetulan adalah wakil panglima 3.000 pasukan milikku." tutur Qin Qiong.

"Betul.. Guru tidak akan salah.. Sebaiknya kakak segera mencarinya sekarang juga." sahut Yuchi Gong.

Qin Qiong mengiyakan dan segera mereka berdua kembali ke selatan Chang-an tempat Zhang Gongjin berada.
Zhang Gongjin yang mengetahui kedua jenderal mencarinya, segera keluar kemah dan menyambut.

"Tuan berdua, ada masalah apa mencari-ku di malam-malam begini?"

Qin dan Yuchi tidak berani berbicara banyak, dan melihat keadaan kedua jenderal, Zhang segera berkata.
"Hamba tahu maksud kedua jenderal... Silakan masuk ke dalam terlebih dahulu."

Qin dan Yuchi saling memandang, mereka berjalan ke dalam kemah.
"Tuan berdua tentu hendak menolong majikan. Hamba ada cara terbaik."
Qin dan Yuchi senang mendengar perkataan Zhang Gongjin tetapi langsung bertanya.
"Bagaimana sebaiknya?"

"Putera mahkota dan pangeran Qi keduanya sudah hampir bertindak, jika tebakan hamba tidak salah maka kemungkinan dalam 3 hari ini mereka akan beraksi." jelas Zhang.

Qin dan Yuchi terkejut. Qin menanyai Zhang bagaimana dia bisa begitu yakin.

"Tepat semalam diriku mendengar pembicaraan Li Yuanji dengan seorang biksu dari Tianzhu, mereka mengatakan di awal bulan ini mereka akan melaksanakan pekerjaan besar. Sekarang sudah akhir bulan dan 3 hari lagi sudah awal bulan ke 7. Ini adalah kesempatan mereka." jawab Zhang.

Yuchi Gong merasa heran akan kemampuan Zhang, dia lantas bertanya.
"Bagaimana bisa berada di samping Biksu Tianzhu itu tanpa ketahuan olehnya?"

Zhang tertawa, dia menjawab.
"Dunia ini hanya beberapa orang yang sanggup menguntitnya tanpa ketahuan, orang pertama mungkin Feng Shaoshi. Dan orang lainnya adalah diriku."

Qin Qiong dan Yuchi tentu tidak percaya, tetapi lantas Zhang mengatakan.
"Malam ini juga aku akan mengundang majikan kita dan tentunya tanpa ketahuan pasukan. Tuan-tuan hendaknya mengundang Fang Xuanling, Duru Hui, Chai Shao dan Zhangsun Wuji. Kita ketemu 1 jam lagi disini, bagaimana?"

Karena mendesak, mereka berpikir strategi terbaik adalah jika bertemu majikan mereka untuk mendiskusikan keadaan. Mereka berdua mengiyakan, baik Shubao dan Jingde berpisah jalan untuk mengundang keempat orang yang disebut diatas. Zhang Gongjin memakai kain hitam di wajah, begitu keluar kemah dia langsung melesat ke arah kota Chang-an. Baik Qin dan Yuchi Gong bengong mendapati orang ini rupanya begitu hebat.

Selang sejam kemudian, Qin Qiong berhasil mengundang Zhangsun Wuji dan Chai Shao (kakak pertama-nya) sedangkan Yuchi Gong mengundang Fang Xuanling dan Duru Hui. Begitu mereka masuk ke kemah pasukan Zhang, mereka berdua terkejut karena mendapati Li Shihmin sudah di dalam kemah duduk di tengah, sedangkan Zhang Gongjin berdiri di samping.

"Mari, para jenderal dan ahli strategi." tutur Li Shihmin tersenyum.

Malam itu mereka mendiskusikan untuk melaksanakan taktik dan strategi untuk menyelesaikan Li Jiancheng dan Li Yuanji.

*************

Kembali ke Yunfei dan Yanping. Sekarang bulan 6, mereka berdua masih memacu kuda mereka untuk mencapai kota-raja. Sudah hampir 20 hari, mereka sudah mendekati Chang-an di tanggal 2 bulan 7. Keduanya sangat was-was dan merasakan sesuatu perubahan sepertinya telah terjadi. Penduduk kota Chang-an semuanya diminta tidak keluar dari rumah dan bersembunyi, keadaan kota sepi ketika mereka hendak masuk. Pasukan penjaga segera menanyai kedua orang ini, Yunfei dan Yanping mengenalkan diri.

"Dimana semua penduduk?" tanya Yanping.
Mengetahui bahwa Yanping adalah seorang tuan puteri, pasukan penjaga tidak berani berbohong dan berkata bahwa pengumpulan pasukan terjadi di gerbang Xuanwu utara dari Kota-raja.
Mereka berdua segera memacukan kuda ke kota-raja.

Gerbang Xuanwu adalah gerbang sebelah utara untuk memasuki Istana kota-raja. Mendekati daerah gerbang, Yunfei dan Li Yanping terkejut karena pengumpulan pasukan sudah terlihat sangat banyak dan saling bertempur. Pintu satu-satunya untuk keluar masuk dijaga seorang berpakaian perang yang sangat hebat, setiap orang hendak masuk pasti di tusuk mati. Sampai-sampai biksu dari Tianzhu tidak bisa berbuat apa-apa karena setiap serangan yang dilakukannya tidak pernah mengenai lawan. Orang ini adalah Zhang Gongjin, dia adalah seorang petarung yang sangat kuat yang selama ini "bersembunyi" di pasukan Li Yuan dan hanya menjadi kepala 3.000 pasukan, sifat rendah hati selama ini dan tidak pernah mempertontonkan kemampuan, membuat orang lain tidak mengetahui bahwa dirinya adalah salah satu pesilat terbaik yang dimiliki Dinasti Tang.

Keduanya segera berinisiatif meninggalkan kuda, dan menggunakan kedua kaki untuk melihat kejadian di sini karena keramaian demikian menjadi tidak jelas siapa bertempur dengan siapa.

Begitu sampai di tengah pertempuran, Mereka mendapati Li Shihmin sedang berdiri di tengah dan dikelilingi pasukan lawan. Yunfei dan Yanping mendarat di samping dan terkejut mendapati bahwa Li Jiancheng sudah tewas terpanah. Sedangkan Li Yuanji sedang memacu kuda cepat untuk membunuh Li Shihmin yang dalam posisi terdesak. Yunfei melihat hawa aura Li Yuanji kehitaman, mirip dengan Jianmo dan biksu dari Tianzhu yang 3 tahun lalu dia lawan.
Ketika Li Yuanji hendak menusukkan tombak ke arah Li Shihmin, Yuchi Gong tiba-tiba muncul dari sampingnya dan melemparkan pedang kilat namun pedang itu bisa ditepis oleh Li Yuanji. Kemudian Yuchi Gong terlihat menarik panah dan segera ditembak ke arah dahi Li Yuanji. Li Yuanji hendak mengelak namun dari samping Ia melihat Qin Qiong sedang memacu kuda ke arahnya sambil mengangkat tombak untuk menusuknya.

Kejadian ini sekejap dan sangat cepat, sebelum tombak Qin menusuk Li Yuanji, anak panah Yuchi Gong sudah mengambil nyawanya karena tembakan anak panah Jingde tembus ke dahinya.
Yanping berteriak ketakutan melihat bahwa saudara-saudaranya saling membunuh, seketika dia lari ke arah Li Yuanji. Li Yuanji sudah putus nafas dan Ia melihat ke arah Li Jiancheng, putera mahkota ini juga sudah tewas. Ia memandang kakak keduanya, Li Shihmin menghela nafas tetapi tangannya memegang busur panah yang panjang, tandanya anak panah yang menembus dada Li Jiancheng adalah anak panah milik Li Shihmin.
"Kakak Kedua... Kenapa??" Tanya Yanping dengan menangis.

Li Shihmin berjalan ke arahnya, membimbingnya berdiri.
"Jika kita terlambat sedikit saja, jelas hari ini yang berbaring disini adalah diriku."

"Hubungan kakak adik meski meruncing apakah harus sampai begini?" tanya Yanping dengan nada mengamuk kepadanya.

"Adik keempat bersekongkol dengan biksu dari Tianzhu, tujuannya selain diriku adalah ayahanda. Semua keluarga adik ke 4 terlibat persekongkolan. Tujuan utamanya menaikkan kakak pertama jadi kaisar dengan membunuh ayahanda kemudian dia akan membunuh kakak pertama dan karena keluarga kita hanya nantinya tinggal dia seorang putera maka dirinya-lah naik menjadi kaisar pada akhirnya." tutur Li Shihmin.

Yanping terguncang, dia tidak percaya kata-kata kakak keduanya, lantas tiada lama dia kehilangan kesadaran. Pukulan mental yang dialami Yanping sangat hebat, sepanjang perjalanan beberapa hari ini dia merasa sangat was-was, dia mengkhawatirkan kakak keduanya akan dibunuh oleh kakak pertama dan kakak keempatnya. Sedangkan hasil sesungguhnya juga diluar dugaan-nya, melainkan Li Shihmin yang malah membunuh keduanya.
Mendapati hasil bahwa Li Jiancheng dan Li Yuanji sudah tewas, Biksu Tianzhu segera lari dan menghilang dari pertempuran. Sedangkan Li Shihmin segera menenangkan kedua belah pihak pasukan, Yuchi Gong masih berpakaian lengkap bersama 70 pasukan pengawal kaisar segera masuk ke Istana karena Ia diperintah oleh Li Shihmin.

Li Yuan sangat terkejut karena Yuchi Jingde yang sudah dipecat itu datang membawa senjata lengkap beserta 70 pasukan pengawal kaisar. Dia membentak Yuchi Gong.
"Kau hendak memberontak?"

Yuchi Jingde bersujud dan menjawab,
"Putera mahkota dan pangeran Qi yang hendak memberontak, mereka membawa 10.000 pasukan untuk menyerang istana. Pasukan sudah berhasil diredam oleh Pangeran Qin dan putera mahkota juga pangeran Qi sudah tewas dibunuh. Hamba membawa pasukan kemari untuk melindungi Baginda kaisar."

Li Yuan terkejut ada masalah seperti demikian. Lantas dia bertanya kepada penasehat kekaisaran dan menteri-menteri yang memang kebetulan sedang hadir membahas penuduhan Li Shihmin kepada saudara-saudaranya. Li Shihmin membuat berita bohong bahwa kedua saudaranya sudah melakukan hal-hal yang amoral terhadap selir kaisar, bahkan beberapa sempat dipermainkan oleh mereka berdua. Ini adalah tuduhan palsu Li Shihmin membalas tuduhan palsu kedua saudaranya terhadap dia, dan tujuannya adalah untuk memancing keduanya dipanggil ke Istana. Disini terlihat ada Menteri Pei Ji, Xiao Yu, dan Chen Shuda dan ketiganya ditanya oleh Li Yuan.

"Untuk masalah keluarga, kami dilarang untuk ikut campur. Dan jika memang putera mahkota telah tewas dan demikiannya dengan pangeran Qi. Maka sudah pasti Pangeran Qin berhak menjadi ahli waris kerajaan satu-satunya." jawab Xiao Yu. Baik Pei Ji dan Chen Shuda setuju akan usulan Xiao Yu. Li Yuan, Kaisar Tang segera meminta Li Shihmin untuk masuk ke istana dan mengangkatnya sebagai putera mahkota menggantikan Li Jiancheng.

Bersambung...

Novel Riakan Awan Iblis Pedang Bab 20

 

Bab XX - Akhir Hidup Zhao Pingyang

Akhir tahun 621 Masehi, Yunfei mulai melakukan pelatihan di Danau Surgawi, Ketika malam tiba disini selalu hujan salju, angin dingin menderu-deru menghempaskan danau. Air danau sudah hampir beku ke-semuanya.

Yunfei memulai latihan di hari pertamanya dengan seharian bermeditasi melakukan kontemplasi terhadap Beiji Shengong, Ilmu tinju 365 gerakan dan Ilmu pedang serta Tenaga dalam Tianzhong Dagong. Seperti dahulu saat dia berlatih di Desa misteri, dia bangun pagi-pagi menyiapkan diri kemudian bermeditasi menghadap danau, ketika sore menjelang malam dia sudah balik ke rumah. Ashina Yuelin, atau Ibunda Li Yanping melayaninya memasak makanan tadi pagi dan malam ini. Sewaktu malam, Ibunda Yanping menanyainya tentang kabar puterinya itu.

"Dia sehat-sehat seharusnya bibi. Bibi ingin menjumpainya?" tanya Yunfei.

Tetapi dia hanya diam saja, segaris rasa rindu kesepian terhadap sang puteri terlihat di kedua matanya.
"Apakah Zhenren memperbolehkan kalian bertemu?"

"Zhenren tidak pernah melarang, tetapi dia berada di dunianya sendiri, sedangkan aku..." tutur bibi Ashina ini, tidak lama kemudian terlihat dia menangis.

Yunfei menghiburnya dan berkata jika Zhenren tidak menolak dia datang, maka Yunfei hendak membawanya kemari.
"Dia itu anak belum sanggup kemari... Bagaimana bahayanya air terjun itu nak Yunfei juga tahu."

Yunfei menimbang-nimbang, memang sangat bahaya jika harus menerjang masuk dari pintu air terjun yang deras itu tetapi Yunfei berjanji akan membawa nona untuk kemari.
"Setidaknya kita bisa datang lewat utara."

Ashina Yuelin yang mendengar perkataan Yunfei seketika wajahnya bersemangat, dia berkata.
"Tubuhku sudah rusak belasan tahun yang lalu, sekarang hanya tersisa roh meskipun kasar tetapi aku tidak bisa memeluknya. Berbeda dengan kakak seperguruan, Ia yang masih hidup dan dia bisa keluar dari tempat ini ke Yunnan karena sekarang dia sudah termasuk ke manusia abadi yang berlatih untuk mencapai tingkat dewa, air terjun itu tidak berefek sama sekali kepadanya sedangkan diriku tidak bisa meninggalkan wilayah ini."

Yunfei tersenyum, dia berkata.
"Bibi tidak usah khawatir, jika saja Yanping tahu bahwa dia bisa melihat Ibunya tentu dia akan sangat senang. Dan aku akan mengusahakan yang terbaik untuk dirinya dan bibi juga."

Ashina Yuelin berterima-kasih kepada Yunfei. Dia meminta pemuda untuk bercerita mengenai sang puterinya. Yunfei tidak tahu bagaimana diri si nona dulu, setahunya dia melakukan pelatihan di gunung Song dalam jangka 2 tahun waktu dunia keabadian, dan ketika pertama kali bertemu dengan si nona di Desa Wang. Yunfei menceritakan semua hal-hal antara dia dan si nona sampai terakhir dia dikurung di Chang-an dan dalam waktu 3 bulan kemudian dia baru boleh keluar dari kota-raja untuk hanya di Chang-an dan 3 bulan kemudian dia barulah diperbolehkan keluar dari ibukota.

Ashina Yuelin terlihat tidak senang, dia berkata.
"Dahulu suamiku tidak begitu, kenapa dia bisa-bisanya memaksa kehendak puteriku dan memisahkan kalian?"

"Ini semacam pernikahan politik, sebenarnya tujuannya tidak buruk, hanya saja sekarang orang yang merusak peradaban itu berada di Tujue timur. Dan tujuannya entah apa kita juga tidak tahu dan jangan-jangan malah pernikahan ini merupakan idenya." tutur Yunfei.

"Tidak bisa jadi...
Klan Ashina adalah klan yang dianggap suci di utara. Jadi sebenarnya diriku juga termasuk sepupu dari Kaisar sekarang. Jadi kita semua masih berkeluarga, marahnya diriku karena kenapa Li Yuan tidak menyebut bahwa diriku berasal dari klan Ashina? Malah hendak menikahkan puterinya yang masih 1/2 darah keluarga suci utara dengan orang yang termasuk abang sepupunya."

Yunfei berpikir benar juga perkataan Nyonya ini. Di daratan tengah pernikahan antara sepupu mungkin masih ada dalam batasan tetapi masih termasuk wajar sedangkan di utara, sangat ditentang hal demikian.

"Bibi jangan terlalu bersedih dan marah, nantinya akan kuatur pertemuan dengan puteri sehingga sama-sama baik bibi dan Yanping juga berbahagia." tutur Yunfei kembali dengan tersenyum.

Bibi Ashina segera memberi hormat dan berterima kasih kepada Yunfei.
Hari ke 7, Yunfei tetap melakukan kontemplasi terhadap ilmu silat yang sudah diyakininya semua. Dia merasa kemajuannya lumayan baik, dengan mencari celah ilmu silat nya sendiri maka dia bisa membendung, menahan dan merancang kembali jurus-jurus yang tidak perlu tetapi menajamkan jurus yang ada terlebih dahulu.
Selang 10 hari, dia menulis surat kembali ke Chang Zi dan Xia Yi. Kali ini dia menulis bahwa mungkin dia akan lama berada di sini. Jadi jika Chang Zi hendak balik ke utara, bisa dia meminta bantuan orang desa misteri untuk membawanya kembali ke Hancheng. Dia juga selipkan suratnya untuk Yanping meski dia masih yakin si nona belum bisa keluar istana untuk ke rumah kecil di Chang-an.

Tanpa terasa sebulan sudah terlewati, hari-hari Yunfei selalu melakukan meditasi saja dan tidak sekalipun dia bergerak melatih jurus. Dia masih tetap merangkai kembali ilmu silatnya dan mencari gerakan baru yang lebih sempurna. Berbeda dengan pada saat dia datang, jika pada awal dia masih bingung seperti menyusun puzzle, sekarang dia sudah lebih terkonsen akan semua jurus yang perlu dan yang tidak perlu. Dia merasa bahwa telapak adalah solusinya untuk pertarugan jarak dekat, dan setiap telapak bisa berubah sesuai kondisinya menjadi tinju, cakar, tutukan jari, tamparan, sentilan, sampai mencengkram. Sekarang memang saat yang paling susah untuk Yunfei yaitu mencari cara untuk mengganti jurus dan menerapkan setiap jurus hingga mengandung tipuan.

Yunfei teringat ilmu pedang tanpa suara dan suara menderu, dia jadikan dasar ilmu pedang ini untuk melatih tapaknya. Di bulan keduanya, dia baru mencoba berlatih semua jurus-jurus yang sudah dipikirkannya sedemikian rupa. Tetapi Ia merasa masih ada sedikit-banyak kekurangan namun Ia kadang tidak tahu dimana kekurangannya. Hari-hari dilewati oleh pemuda untuk berkonsentrasi melatih silatnya, sekarang dia merasa tinjunya yang 365 gerakan sudah hampir dilupakan semua terutama ilmu silat yang berpola, dia pangkas menjadi 72 gerakan yang lebih efisien tetapi tidak melulu tinju terkandung di dalamnya, banyak malah adalah tenaga luar dari silat tangan kosong.

Pada suatu malam, dia duduk di sebelah danau yang hampir mencair itu dan minum arak yang di bawa oleh Chen Chang. Chen Chang telaten keluar dari gua dan kembali membawa arak titipan dan kali ini dia membawa surat untuk Yunfei.
Yunfei tahu bahwa surat ini dari Li Yanping, dia buka dan baca.

"Teruntuk Kakak Yunfei yang kucintai,
Betapa senangnya diriku membaca setiap 10 hari kamu mengirimkan surat untukku. Namun aku hanya sanggup membalas suratmu ketika sudah sebulan. Aku baik-baik saja dan selama ini kakak-ku selalu menjagaku dengan sangat baik. 3 bulan kemudian aku akan mencarimu di Yunnan, di saat itu kuharapkan bisa bertemu denganmu.
Dari,

Li Yanping yang selalu menunggumu."

Setelah membaca surat dari Yanping, Yunfei bergembira hati. Dia tidak dalam keadaan gundah lagi karena tidak menemukan pemecahan ilmu silatnya sendiri dalam 2 bulan lebih ini. Lantas dia masuk ke dalam rumah dan membalas surat menyatakan bahwa dia akan menunggunya di Yunnan.

Kembali Yunfei duduk di danau, mengambil posisi 1/2 tidur bersandar. Dia melihat ke arah bintang di langit yang terang benderang, dia tahu ini adalah musim semi dan cuaca di sini sudah agak membaik meski udara masih terasa dingin. Bintang bersinar dengan terang dan membentuk rasi bintang yang cantik menerangi semesta yang gelap.

Dan tanpa terasa, dia telah tertidur.
Di dalam mimpi-nya, dia melihat pertarungan 2 orang, sama-sama keduanya memakai baju perang indah berwarna keemasan dan kondisi di sekitaran sangat terang.
Kedua orang tidak dikenalinya, diperkirakan umurnya sekitaran 30-an tetapi ilmu silat keduanya yang sedang bertarung memainkan gerakan tangan menggunakan telapak keras.

Dia melihat dengan jelas bahwa ilmu silat kedua orang menggunakan tenaga dalam yang merapat terus menerus, ratusan jenis serangan ilmu tangan kosong dan pergerakan setiap tipuan telapak mereka tunjukkan untuk saling bertarung tetapi hasilnya tetap berimbang. Kemampuan silat tangan kosong kedua orang ini bisa dibilang sudah sangat lihai, semua ilmu yang keluar dari tangan dan kaki mereka tidak terbendung seharusnya namun baik menyerang dan bertahan keduanya tetap sama kuat.

Kemudian keduanya memainkan tinju dan tendangan yang lembut, berbeda dengan tadinya mereka kedua bertarung dengan keras, Ilmu tangan kosong meliputi kaki juga, tendangannya terlihat lambat dan terlihat tidak berenergi namun nyata tenaga dalam keduanya sangat hebat karena sapuan tenaga lambat ini malah lebih kuat energi dalamnya daripada serangan keras tadinya. Ratusan jurus sudah dikeluarkan mereka berdua dengan pertandingan lambat namun tetap sama hasilnya keduanya tidak sanggup saling mengalahkan.

Yunfei terkagum dan menyadari di dunia ini masih ada ilmu silat tangan kosong yang begitu lihai dan Ia berpikir jika salah satu saja merupakan lawannya, dia tidak akan sanggup bertahan 3 hingga 4 jurus saja. Sesaat kemudian dia melihat kedua orang datang kepadanya, dan orang pertama terlihat bergerak hendak memukulnya. Yunfei segera bertahan di kiri dan kanan, dengan gerakan tangan kiri mencengkram dan tangan kanan memukul dengan telapak, Yunfei melayani panglima perang ini. Dia mainkan 72 jurus yang sudah dipangkasnya dari 365 gerakan, dengan luwes melayani panglima perang.

Pukulan Yunfei tepat menghantam ke dada orang di depan, tetapi kedua pukulannya sebelum sampai sudah dibendung lawan dengan menyingkirkan telapak dan cengkraman-nya hanya dengan menepis menggunakan tangan. Segera Yunfei tahu kedua serangannya tidak mendapatkan mangsa. Dia ubah jurusnya menjadi satu tinju dan satu lagi ilmu jari. Tangan kiri dia arahkan dengan tinju ke ulu hati lawan, sedangkan tangan kanan di arahkan energi jari ke muka. Panglima perang ini hanya mengangkat sebelah tangan menyapu ke bawah, energi jari lantas sudah dimusnahkan dan tinju Yunfei ditahan dengan sebelah tangan. Suara plokk keras terdengar, sebelum Yunfei hendak mainkan tinju diubah ke telapak.
Orang ini sudah memukul lurus dengan telapak ke dada Yunfei. Yunfei yang sudah siap segera melayani dengan telapak menahan ke depan. Kedua telapak terdengar menimbulkan suara keras, terlihat bahwa kedua telapak sama kuat, tetapi Yunfei segera menyadari bahwa energi telapak yang terlihat menghantam 1 arah ternyata menyimpan energi melingkar yang kuat dan energi lingkaran ini membuat Yunfei terlempar sangat jauh, jatuh ke lantai dan sesaat itu dia tiba-tiba tersentak bangun. Dia merasa berkeringat dingin di cuaca yang dingin seperti demikian dan melihat di sampingnya sudah berdiri Zhenren.

"Bagaimana?" tanya Zhenren.
Yunfei bangun dan bersujud kepadanya. Dia berkata.
"Pukulan kedua orang dalam mimpi ini sangatlah bagus. Bahkan dalam 3 jurus aku sudah kalah dan terjatuh."

Zhenren tertawa, lalu Ia menjelaskan.
"Kedua orang itu adalah Dewa perang dari langit ke tujuh. Yang memukulmu tadi adalah Li Guang, sedangkan 1 lagi adalah Huo Qubing."

Yunfei terkejut mendengar perkataan Zhenren, dia tahu dalam sejarah Han bahwa kedua jenderal perang  adalah jenderal yang tak tertandingi yang mengusir bangsa Xiongnu dari utara. Keduanya adalah pahlawan zaman dinasti Han barat yang berhasil mengusir bangsa Xiongnu sampai ke Danau Baikal (sekarang Russia).

"Melihatmu begitu konsentrasi melatih ilmu tangan kosong, keduanya memberikan petunjuk untukmu. Tadi mereka meminta izin kepada diriku untuk menunjukkan beberapa gerakan yang sangat sakti untuk pertarungan tangan kosong."

"Pukulan mereka sangat luar biasa, tidak ada celah penyerangan karena semua arah serangan sudah tertutup oleh serangan. Jadi bisa dibilang bahwa energi menyerang mereka melingkup dengan bertahan, kedua jenderal yang saling menyerang juga sekalian bertahan. Jika tadi diriku memakai pedang pun tidak tahu harus menyerang darimana dan kemana." tutur Yunfei.

Zhenren tertawa, dia mengatakan.
"Ilmu silat mereka berdua sudah tiada bandingan sekarang di langit, keduanya menjadi penjaga langit karena kemampuan mereka. Hari ini mereka turun ke dunia untuk mempertunjukkan keahlian kepadamu, ini termasuk adalah rezeki yang sangat besar." Begitu dia selesai mengatakan hal ini, Zhenren terlihat jalan ke arah danau dan dirinya sekejap sudah hilang.

Yunfei bersujud kepadanya kemudian menghadap langit dia bersujud menyembah dan berterima kasih kepada kedua Jenderal langit yang membantunya untuk memecah kebuntuan pikiran. Lalu dia masuk ke dalam rumah bambu dan mencari kertas dan alat tulis. Ia masih terbayang-bayang pukulan ilmu tangan kosong keduanya, dia segera menggambarkan beberapa pose silat dari kedua dewa. Dan meskipun jurus mereka tadi ditunjukkan sebanyak ribuan gerakan ilmu tangan kosong, Yunfei hanya sanggup menyerap dan mengingat sekitar 1/4 saja dari semua gerakan yang dipraktekkan Jenderal Li Guang dan Huo Qubing. Sisa pergerakan jurus kedua jenderal langit itu, nantinya akan dipikirkan kembali pada saat senggang.

Yunfei masuk ke rumah bambu dan beristirahat. Keesokan harinya dia bangun dengan bersemangat, melihat kembali isi buku yang tadi malam digambarnya. Kemudian keluar rumah untuk mempraktekkan jurus telapak, hasilnya sangat baik sebab pukulan dia yang didukung tenaga dalam Tianzhong Dagong sangat memadai, dia ingat langkah kedua panglima langit itu dan meniru beberapa gerakan. Kemudian menciptakan jurus yang menyerang tetapi juga bertahan dan setiap serangan mengandung 1/2 tipuan dan tidak ada serangan yang betul-betul keras jika belum mengenai lawan. Sore harinya, dia sudah menyerap semua gambar silat itu dan memainkan pukulan telapak yang dahsyat.

Setiap dia mengeluarkan jurus, dia berpikir gerakan tipuan yang dibuat jenderal, dia ingat-ingat kembali setiap pose mereka berdua lalu dicatat jika dia merasa bisa lupa. Dalam waktu 4 bulan lebih  kemudian, dia sudah menguasai semua 1/4 dari total jurus yang dipraktekkan oleh kedua Jenderal.
Dia menghitung-hitung hari sudah dekat bahwa Yanping pasti akan mencarinya di air terjun Yunnan ini.
Selama ini balas membalas surat keduanya tetap lancar, lalu dia mencari bibi Yuelin.
"Bibi... Menurut perkiraanku, Yanping pasti akan ke Yunnan. Dalam beberapa hari ini, aku akan membawanya kemari. Hendak diriku meminta izin dari Zhenren."

"Tetapi... Apakah bisa dirimu nak?" tanya Ashina Yuelin.

"Akan kami usahakan, dan diriku punya keyakinan pasti bisa.." tutur Yunfei sambil tersenyum.

Zhenren sudah di depan pintu rumah bambu, dia berkata.
"Tentu sangat boleh, kenapa tidak?"

Yunfei berbalik dan bersujud, dia menyatakan terima kasih, Ashina Yuelin juga melakukan hal yang sama.

"Itu air terjun memang sangat deras, kemampuanmu sudah cukup untuk membawa puteri Changsha masuk kemari. Nanti kuminta Chen Chang untuk memblokir air terjun itu sebentar." tutur Zhenren dengan tersenyum.

"Ashina Yuelin... Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuanmu juga cukup baik. Aku tidak akan menghalangi pertemuan kalian hanya saja kamu harus ingat bahwa kalian di dunia yang berbeda. Suatu saat memang akan berkumpul balik, untuk sementara kamu boleh bertemu dengannya. Tetapi setelah itu, rajin-rajinlah mencapai kesempurnaan. Begitu dirimu sempurna maka tiada halangan bagimu untuk bertemu selanjutnya." tutur Zhenren.

Ashina Yuelin bersujud menyembah Zhenren dan menyatakan terima kasih sambil berurai air mata. Dia selalu berpikir bahwa sang guru sangat serius dan tidak pernah berani menyatakan permintaan seperti demikian, tetapi dilihatnya sang guru juga sangat menyayangi dirinya dan sangat fokus membimbing pelatihannya.

Perkiraan Yunfei tidak salah, beberapa hari kemudian sudah ada informasi bahwa Li Yanping sudah sampai di rumah bambu di depan air terjun Huangguoshu, Yunnan. Dia menuliskan surat untuk Yunfei yang mengatakan dia sudah berada di sana. Malamnya, Yunfei bersama Chen Chang keluar dari air terjun. Yunfei mencoba ilmu telapak yang baru dilatihnya, dia tidak akan menggunakan cara yang sama ketika dia datang kemari. Dia kumpulkan energi Tianzhong Dagong, di depan air terjun deras itu segera dia majukan kedua tangan mengarah ke atas. Air terjun yang harusnya turun ke bawah itu, terdorong oleh ilmu telapak saktinya ke atas, dan memanfaatkan momentum ini Yunfei mainkan kakinya dan bergerak meloncat. Dalam 10 langkah, dia sudah tercebur ke sungai dan air terjun yang bergerak ke atas itu kemudian turun ke bawah dengan lebih deras. Yunfei pernah melatih fisiknya pada saat di desa Misteri, meski terjangan air terjun ke bawah sangat deras namun tidak sampai membuatnya terseret tenggelam, dia berenang santai ke tepian.

Chen Chang berdiri di samping air terjun, tidak ikut masuk ke rumah bambu melainkan menunggunya di depan air terjun. Yunfei segera bergerak ke darat dan menemukan Li Yanping sudah menunggunya di dalam rumah.

Dengan bersemangat, dia menghampiri rumah bambu. Melihat bahwa Yunfei sudah sampai, Yanping maju ke depan dengan segera berurai air mata, Ia memeluk pemuda dan berulang kali meminta maaf bahwa dia baru saja bisa sampai kemari setelah 6 bulan tidak diperbolehkan keluar dari Chang-an. Yunfei memintanya untuk ikut dirinya, tetapi melihat sekitaran rumah bambu kosong, dia bertanya.
"Dimana Xia Yi dan Chang Zi?"

"Xia Yi membangun rumah kecil di ujung sana, tadi dia memanduku kemari. Sedangkan Chang Zi kabarnya sudah berangkat ke Hancheng 3 bulan lalu untuk kembali ke rumah keluarga Feng."

Yunfei mengangguk-angguk. Lalu dia tulis surat segera dan diletakkan ke meja bambu, surat ini ditujukan untuk Xia Yi dan memberitahukan bahwa Ia membawa Yanping ke dalam gua air terjun.

Yunfei segera menggandeng tangan si nona keluar rumah menuju ke arah air terjun.
"Aku hendak membawamu ke suatu tempat."

"Air terjun itu?" tanya Yanping menunjuk.

Yunfei tersenyum mengiyakan.

"Tetapi tidak mungkin diriku bisa sanggup masuk kedalam." Dilihatnya si nona berkerut kening.

"Bisa... Tenang saja, ada seorang manusia abadi yang akan memblokir air terjun. Kita akan kesana.." tutur Yunfei.

Begitu sampai di bawah air terjun, Yunfei melihat air melalui sinar bulan tiba-tiba seperti menyingkir dari samping. Memang jauh lebih hebat kemampuan Chen Chang karena kemampuan manusia abadi memang lain daripada yang lain. Terlihat Chen Chang memakai sebuah kipas mengipasi air terjun dan gua di belakang segera nampak.
Yunfei menggandeng nona dan sama-sama mereka menggunakan ilmu ringan tubuh, belasan langkah mereka sudah mencapai gua yang dimaksud.

"Ini adalah Tuan Chen Chang, dia adalah murid dari orang tua sepanjang masa." tutur Yunfei mengenalkan dan mengenalkan Li Yanping kepada Chen Chang. Chen Chang baik sikap dan pembawaannya dingin, dia tidak berbicara banyak tetapi memberi hormat mendalam dan Yanping juga membalasnya dengan merangkapkan tangan memberi hormat dalam.

"Jadi selama ini kakak Yunfei dilatih oleh orang tua sepanjang masa?" tanya Nona.

"Betul sekali, beliau memberiku banyak petunjuk." tutur Yunfei. Kemudian karena di depannya gua yang gelap, Yunfei menggendong si nona dan berjalan sampai ke ujung jalan, membuka pintu dan muncul ke danau Changbai. Yanping terheran-heran, jika di dalam gua tadi suara air terjun masih terdengar deras sekarang daerah ini sangat damai tenteram tidak ada suara.

"Ini....." Yanping agak bingung.
Yunfei tertawa melihat reaksinya.

"Disini dingin..."

"Ini adalah danau surgawi, dan gunung di depan itu adalah gunung Changbai."

Si nona terkejut, dia tentu tidak percaya.
"Bagaimana bisa?"

"Pintu gua tadi menghubungkan jauh ke utara, ini adalah keajaiban surgawi. Tetapi tentunya aku membawamu kemari bukan untuk ini." tutur Yunfei.

"Karena apa?" si nona masih terbingung.

Mereka berjalan dan sudah sampai di bawah lembah yang terdapat sebuah rumah bambu. Si nona melihat di depan ada seorang wanita berdiri. Dia sedikit bercuriga namun begitu sampai disana, dia melihat wajah wanita ini, putih dengan rambut tersanggul rapi sepertinya berwarna coklat mirip dengan orang utara dan dia berpikir malah sedikit mirip dengan dirinya sendiri. Sedangkan si wanita sudah berurai air mata melihatnya, Li Yanping tentu heran melihat sikap wanita ini terhadapnya. Yunfei mengenalkan ke Yanping,
"Bibi ini adalah Ashina Yuelin, dia dari klan Ashina dari utara."

Yanping tidak percaya, dia melihat ke Yunfei dan melihat ke arah wanita.
"Dia.... Ibu..ku ber-nama sama dengan..nya..." tutur nona terbata-bata.

"Benar.. Dia adalah ibumu.." tutur Yunfei.

Yanping melihat ibunya, tanpa terasa airmatanya menetes. Dia berteriak memanggilnya Ibu dengan keras. Tetapi Yunfei menahan Yanping,
"Ibumu sebenarnya sudah meninggal, ini adalah roh kasar miliknya. Kamu tidak sanggup menyentuhnya."

Ashina Yuelin maju beberapa langkah, sambil menangis dia melihat puterinya, tetapi tangisannya adalah tangisan kebahagiaan.
"Puteriku... Kamu sudah dewasa..."

"Ibu... Jika kamu disini kenapa dari jauh hari tidak memberitahuku?"

Ashina Yuelin menjelaskan perlu waktu 10 tahun lebih baginya untuk mendapatkan kembali tubuh yang berupa roh kasar ini, karena masih dalam pelatihan dia tidak bisa meninggalkan tempat. Tiada jalan lain dan kebetulan Yunfei sampai kemari dan dia adalah kekasih si nona barulah pertemuan hari ini bisa terlaksana. Yanping masih berurai air mata, dia diantar Yunfei ke rumah bambu. Dan bersama Ashina Yuelin mereka berbicara banyak sedangkan Yunfei tidak enak mengganggu keduanya dan dia berjalan ke depan duduk di danau untuk minum arak dan menikmati malam.

Sampai saban tengah malam, Yanping menemuinya. Wajahnya terlihat sangat berbahagia, dia duduk di samping Yunfei.
"Ini hari yang paling bahagia selama diriku hidup."

"Syukurlah... Sungguh senang hatiku bisa membantumu mewujudkannya." tutur Yunfei sambil tersenyum terharu melihat si nona.

Si nona hendak bergelayut di bahu Yunfei, tetapi Yunfei mencegahnya sambil tertawa.
"Ini adalah tempat suci."
Si nona terkejut, dia merasa tidak enak hati karena orang-orang disini adalah orang dalam pelatihan mencapai tingkatan manusia abadi.

"Sungguh minta maaf...
Bagaimana hari-harimu kakak Yunfei?"

Yunfei menceritakan sepanjang dirinya yang sudah 6 bulan berada disini. Pelatihan dirinya sudah cukup baik dan kemampuan silat untuk tangan kosongnya mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Tentu si nona sangat senang mendengarnya. Yunfei juga menanyai kabarnya bagaimana keadaannya sejak dikurung. Si nona menjawab bahwa dia latihan ilmu silat dan tenaga dalam selama dirinya tidak bisa diperbolehkan keluar dan sekarang dirinya sudah mencapai masing-masing 7 tingkatan Nanji dan Beiji Shengong, sedangkan Yi Wu shengong juga mencapai kemajuan hingga tingkat ke 5. Yunfei memujinya setidaknya meski dikurung, ilmu silat si nona juga mencapai banyak kemajuan.

"Ibukota kurang kondusif sekarang. Tajamnya persaingan antara kakak pertama dan kedua sudah mencapai tahap tindakan. Kakak kedua hampir tewas diracuni oleh kakak pertama, untung saja Chai Shao, Qin Qiong, Yuchi Gong dan Chen Yaojin menolong-nya."

Yunfei terkejut mendengar adanya informasi begitu. Lalu dia berkata.
"Pada saat ayahmu naik tahta memang kabarnya dia hendak memberikan status putera mahkota kepada kakak keduamu, Li Shihmin karena jasa dan kemampuannya memimpin. Yang ku-khawatirkan sudah terjadi karena kakak keduamu sangat populer melebihi kakak pertamamu yang adalah putera mahkota."

Yanping mengiyakan.
"Keadaan keluarga kami sudah tidak harmonis lagi. Kakak keempat, Li Yuanji mendukung kakak pertama sedangkan kakak ketiga netral tidak ingin mengurus masalah keluarga. Kakak Xiaoping lebih condong ke kakak kedua bersama diriku karena dari dulu kakak kedua bertindak seperti seorang ayah menjaga kami berdua. Sedangkan ayahanda kaisar sepertinya pura-pura tidak tahu, dia hanya berkonsentrasi ke politik dan bermain strategi untuk menahan serangan dari utara."

Yunfei menghela nafas membayangkan terjadi perebutan kekuasaan begituan, disini tidak ada yang salah dan benar. Li Jiancheng terlalu takut bahwa jenderal-jenderal dan ahli strategis lebih mendukung adik keduanya daripada dirinya, hanya saja dia memiliki seorang Wei Zheng yang sangat pintar. Memang secara logis misalkan Li Jiancheng naik tahta pun, dia dalam kondisi yang berbahaya karena sekitar 3/4 kekuasaan militer berada di tangan adik keduanya.

"Lalu bagaimana rencanamu?" tanya Yunfei kepada nona ini.

"Tidak ada rencana-rencanaan. Aku akan mengikutimu seumur hidupku..." tutur si nona sambil tersenyum mesra kepadanya.

Yunfei yang melihat pembawaan si nona, hatinya terasa sangat sejuk. Dia tersenyum dan berkata.
"Ikut diriku yang hanya tahu hidup bersilat, minum arak apa tidak rugi bagimu? Haha.."

Yanping tertawa, dia tidak menjawabnya lama. Kemudian Ia berkata.
"Menikmati hari ini dan hari per hari jauh lebih baik daripada harus memikirkan ke depannya seperti bagaimana..."

Keduanya duduk lama sekali di depan danau sampai hampir subuh, Yunfei mengajak si nona beristirahat. Dia mengambil rumah samping yang kecil dan memberikan rumah bambunya kepada Yanping dan ibundanya untuk beristirahat.

Keesokan hari, Yunfei tetap masih berlatih dan karena tiada kerjaan Yanping juga melakukan hal yang sama, berlatih terus di pagi hari dan sore hari kembali ke rumah. Ketiga orang berbicara satu sama lainnya dan Ibunda Yanping melayani makan mereka.

Hari-hari baik demikian berlanjut hampir setahun. Yunfei merasakan kemampuannya sudah jauh lebih baik, kemampuan pukulan telapak miliknya sudah 3/4 dari Ilmu telapak kedua jenderal dewa dan berpikir bahwa sekarang dia sudah jarang ada tandingan untuk urusan tangan kosong. Dia hendak pamitan untuk kembali ke dunia persilatan tentunya tujuan utamanya adalah mencari Iblis pedang, Jianmo.

********************
Tahun 623 M, ketika musim semi sudah hendak berganti ke musim panas.
Di Zhengzhou sebelah timur Luoyang, pasukan Li Shihmin sudah bersiap untuk menyeberangi sungai Huang untuk mengejar Liu Heita. Liu Heita adalah jenderal di bawah Dou Jiande yang sudah dieksekusi di tahun 621, dia memberontak terhadap Tang atas bujukan Gao Yaxian yang percaya bahwa Kaisar dinasti selanjutnya harusnya bermarga Liu. Liu berhasil dibujuk oleh Gao untuk memberontak, dia mengambil wilayah kekuasaan sebelah utara dari Sungai kuning sebelah timur hingga ke utara. Liu dibantu oleh Tujue timur dari utara arah barat. Li Jiancheng bergerak dari Taiyuan ke utara untuk mempertahankan Ma Yi, sedangkan Li Shihmin membawa jenderal-jenderal terbaiknya untuk menyelesaikan kepemimpinan Liu Heita dan secara habis-habisan. Qin Wang membawa 30.000 pasukan untuk berperang kali ini. Dan jenderal yang mengikutinya adalah Cheng Yaojin, Chai Shao, Qin Shubao, Yuchi Gong dan adik perempuannya Puteri Pingyang.
Peperangan Qin Wang menampakkan hasil yang baik, Liu Heita kalah karena stok makanan pasukan dan kuda menipis, Ia sepanjang jalan terus melarikan diri ke utara dengan tujuan ke Perfektur Rao.

Justu waktu ini, Li Xuanba terlihat memacukan kudanya ke arah Yecheng yaitu ke arah pasukan Liu Heita berada. Li Shihmin yang mendapat informasi adik ketiganya sendirian menuju ke kamp musuh, menanyai informan apa yang terjadi. Informan mengatakan bahwa kota Yecheng sudah tidak dijaga oleh Li Jiancheng, dia menarik pasukan untuk segera ke arah Ma Yi hendak menyelesaikan sisa pasukan Liu Heita dan Tujue timur disana. Li Shihmin terkejut tidak kepalang, dia berkata ke Puteri Pingyang.
"Adik ketiga memiliki emosi yang tidak baik meski dia sangat kuat, jika musuh memasang perangkap maka akan sangat berbahaya untuknya. Yunruo adalah bakal istrinya tetapi dia adalah putri Jianmo, jika Jianmo hadir disana maka niscaya nyawa adik ketiga sangat berbahaya."

Puteri Pingyang menyetujui perkataan kakak keduanya, mereka harusnya ke arah utara tetapi pasukan Li Shihmin segera di arahkan ke barat laut terlebih dahulu untuk menjamin adik ketiganya selamat dan tidak ada sesuatu kekurangan barulah dia hendak menyerang ke perfektur Rao.

*****

Di Pegunungan Changbai, Danau surgawi.
Yunfei merasa pelatihannya di tempat ini sudah cukup dan sejauh ini kemajuan dirinya sudah terlalu signifikan  dan untuk maju lebih jauh, dia belum menemukan ide baru.
Lalu Ia nyatakan keinginannya untuk kembali ke daratan tengah. Yanping tentu setuju karena bagaimanapun keputusan pemuda ini, dia ikuti dan dukung sepenuhnya.
Ketika mereka sudah mengucapkan perpisahan kepada Ashina Yuelin dan Chen Chang. Taiyi Zhenren juga muncul. Yunfei dan Yanping yang melihatnya, segera bersujud menyembah.

"Ilmu silatmu sekarang sudah jarang bandingannya, mencapai ke tahap ini sebenarnya membuatmu kesepian nantinya. Apakah tidak menyesal?" tanya Zhenren.

Dia dan Yanping menyembah beberapa kali kepada Zhenren, dan pemuda ini berkata.
"Balas dendam tiada berakhir juga tidak baik, hanya saja musuh peradaban Jianmo tidak akan berhenti sebelum diselesaikan."

Zhenren mengiyakan, dan berkata.
"Suatu saat kalian tentu akan menjadi manusia abadi juga. Jika sudah mencapai taraf keabadian, sudah dilarang mengurus masalah duniawi apalagi membunuh manusia biasa. Contohnya adalah Chen Chang ini, seumur hidup dia sangat mempercayai kakak angkatnya, Hou Andou. Tetapi tanpa disangka Hou Andou hendak membunuhnya untuk sebuah pangkat dan nama baik di ketentaraan. 2 tahun disini, dia masih hendak membalas dendam, ketika tahu di tahun ke 3 Hou sudah tewas, dia baru sanggup mencapai tingkat manusia abadi. Lepaskanlah dendam, dan semua hal akan menjadi baik namun jika tiada pilihan baru boleh melenyapkan orang-orang yang berbahaya untuk manusia lainnya."
Chen Chang yang bersujud, terlihat agak malu dan berkata.
"Dahulu jika tanpa pengajaran dari guru, hamba hanya tetap menjadi orang yang hidup dalam dendam."

Yunfei bersujud menyembah Zhenren dan berjanji akan mengingat dan melaksanakan perintah Zhenren. Zhenren memberikan sebuah hadiah kipas untuknya, kipas ini adalah yang pertama dipegang oleh Ibunda Yuelin ketika dirinya baru sampai disini. Dia menerima dan merasakan kipas terasa lebih berat dan sepertinya tulang dari kipas terbuat dari logam. Kemudian Ia berterima kasih kepada Zhenren.

"Ini bukan kipas yang sakti milik para dewa tetapi kipas ini dibuat dari bahan tembaga dari aliran sungai dewa. Jadi kipas ini juga termasuk sebagai barang yang sangat langka dan diharapkan setiap kamu melihat kipas ini, maka akan teringat supaya tidak sembarang membunuh jika tidak terpaksa. Hanya kepada orang yang jahat dan sudah keterlaluan barulah boleh bertindak, selalu mengendalikan amarah. Dipikirkan selalu jika orang ini sudah sembarangan membunuh, barulah dia boleh dihabisi untuk mencegah nyawa lain yang tidak berdosa dikorbankan."
jelas Taiyi Zhenren kepadanya.

"Untuk puteri Changsha, Ibumu memberikan sebuah tanda mata kepadamu juga." Dia meminta Ashina Yuelin untuk menyerahkannya.

Nona menerima di tangan dan melihat bahwa barang ini adalah kain berwarna merah, yang tiada lain adalah sepasang baju pengantin. Si nona segera malu dan wajahnya memerah namun ibundanya berkata.
"Jika suatu hari ayahmu masih melarangmu untuk menikahi nak Yunfei, kamu tidak usah menghiraukannya, tetapi menikah dan menyembah langit, untuk orang tua kamu hanya perlu menyembah ke arah danau Changbai, ribuan li pun aku akan merestuimu."

Si nona terharu dan menyembah ibundanya, air matanya menetes deras. Dia berterima kasih baik kepada Zhenren dan Ibundanya, sedangkan Ibundanya tersenyum bangga terhadap sang puteri.

"Untuk daerah keabadian banyak yang salah persepsi, pelatihan di daerah abadi tidak akan membawa banyak kemajuan. Misalnya diriku membawamu ke Gunung Baekdu disana, 10 tahun pun belum tentu dirimu bisa semaju sekitaran 1.5 tahun disini. Wilayah keabadian hanya cocok untuk penyembuhan penyakit atau semisal cedera parah sedangkan pelatihan ilmu silat tidak begitu maju dibandingkan seperti dunia biasa. Leluhurmu Feng Zhiyan sangat menyadarinya dan tidak pernah hendak menginjak lagi ke dunia keabadian sejak dirinya keluar dari gunung Baekdu."
(Gunung Baekdu adalah puncak gunung tertinggi dari rentetan pegunungan Changbai, lembahnya adalah danau surgawi. Sekarang danau surgawi terletak di daerah China sedangkan Baekdu adalah sekarang wilayah Korea Utara.)

"Kita akan melalui jalur utara ini saja." tutur Yunfei. Yanping mengiyakan, kemudian keduanya mohon pamit, mereka memakai jalur darat memutar danau untuk keluar dari pegunungan Changbai.

Mereka berjalan sepanjang jalan bergandengan tangan selama seharian, sampai ke propinsi Heilongjiang. Dan masuk ke kota untuk beristirahat. Propinsi Heilongjiang sangat sepi karena daerah peperangan, hanya tersedia beberapa tempat kecil untuk beristirahat, masyarakat disini rata-rata adalah campuran berbagai suku tetapi mereka hidup rukun karena sejak dahulu sudah bersama-sama. Sebagian penduduk berasal dari bangsa Han, sebagian dari Tujue timur dan sebagiannya dari Gogreyo.

Keesokan harinya, mereka berangkat dengan mengambil arah barat daya, di tengah jalan mereka menemukan banyak kuda karena daerah utara ini populasi kuda sangat-lah banyak bahkan bisa-bisa tiada yang memiliki kuda-kuda tersebut, segera mereka memilih 2 ekor kuda meski tanpa sadel mereka naik dan kuda berlari dengan kecepatan biasa, kemudian di sorenya mereka telah mencapai Xiangping. Perjalanan mereka berdua dilakukan dengan perlahan-lahan karena tiada hendak mengejar waktu. Di hari ke-6, Yunfei dan Yanping sudah dekat dengan Yuzhou (Beijing sekarang).

Keduanya merasa agak aneh karena pintu kota Beiping ditutup, biasanya kejadian begini karena terjadi perang. Keduanya berjalan ke arah barat daya, menemukan banyak kuda yang masih berkeliaran tanpa penunggang dan ini adalah kuda milik pasukan. Lalu mengambil dua kuda baru, mereka bergerak terus ke barat daya dan tujuan mereka adalah Taiyuan. Ketika sudah melewati Kota Beiping sekitar 50 li, mereka sedikit terkejut karena menemukan kudanya Li Xuanba berlari mendekati mereka berdua.
"Itu kuda kakak ketiga!" teriak Yanping.
Yunfei mengiyakan.
"Sepertinya terjadi sesuatu..." tutur Yunfei.

Kuda Li Xuanba telah dekat dengan keduanya lantas meringkik beberapa kali. Yunfei merasa sesuatu hal yang tidak baik sudah terjadi.
"Kamu naik kudanya, aku menyusul dari belakang."
Yunfei merasa hal yang paling baik memang si nona bergerak cepat, dia merasa sanggup mengikuti pergerakan kudanya Xuanba.

Yanping segera berpindah kuda, dia naik ke atas kuda Li Xuanba dan siapkan kedua belatinya di pinggang. Lantas memacu kuda ke depan, Yunfei memintanya supaya hati-hati dan jika jumpa pasukan dan lawan kuat sebisanya menghindar menunggu dirinya.

Yanping mengiyakan dan kuda Li Xuanba segera bergerak dengan kencang. Kuda Li Xuanba adalah kuda sejati seperti pemiliknya. Kekuatan dan kecepatan sang kuda tidak ada tandingan. Baru 20 langkah, Yunfei merasa kudanya ini sudah tidak sanggup mengikuti kuda Xuanba, lalu dia meloncat dan mengikuti kuda Xuanba dengan kekuatan kakinya.

Setelah 100 langkah ke depan, Yunfei sudah sanggup mengejar si kuda, pemuda ini lari di samping kuda Xuanba. 4 jam mereka tempuh tetapi tidak mendapatkan apa-apa karena tiada nampak pasukan atau pendekar di wilayah tersebut. Kemudian Ia melihat banyak kuda-kuda di jalan, Yunfei yang merasa dengan memacu tenaga dalam seperti begini juga bukan solusi, dia naik ke salah satu kuda dan kemudian ikut kembali berkuda mengejar kuda Xuanba.

Sehari semalam, Yunfei sudah mengganti 3 ekor kuda sedangkan kuda Xuanba masih giat berlari kencang tanpa istirahat. Yunfei meminta kuda untuk beristirahat dahulu tetapi si kuda tetap tidak mau, dan memacu kencang ke barat daya.

Di pagi hari, Ia sudah sampai di Rao Zhou, sebuah perfektur dekat Hengshui sekarang. Sedangkan Yanping sudah tidak terlihat karena kencangnya kuda Xuanba meninggalkannya cukup jauh. Adalah di sebuah tanjakan, Yunfei merasakan adanya hawa pertempuran yang masih jauh sekitaran 10 Li dari tempatnya berada. Dia melihat pasukan tentara yang jumlahnya banyak sedang mengepung ke sepasukan yang jumlahnya lebih sedikit. Tanpa ingin melihat lebih jauh, Yunfei segera mainkan kakinya dan ditinggalkan kudanya di tanjakan tersebut.

Mendekati area pertempuran, Yunfei melihat Yanping berada di sebuah tanjakan kecil sudah dalam posisi menunduk dan di sampingnya terlihat seorang wanita juga yang terluka di daerah lehernya, darah di sekeliling wanita ini nampak merembes ke tanah. Di samping ini, seorang wanita berambut putih dan pakaian putihnya sudah berwarna merah. Yunfei mengenal ketiga wanita ini, lalu segera dirinya sampai. Dia melihat Xiaoping sudah tergeletak dengan luka di leher, sedangkan orang yang berusaha menolongnya adalah nenek Huo.
Sang nenek yang melihat Yunfei, menggelengkan kepala beberapa kali dan menghela nafas panjang.
Yanping menangis melihat kakaknya yang sedang meregang nyawa. Ia juga terlihat tangannya tergores mengucurkan darah namun kedua belati masih dipegangnya dengan erat. Yunfei seakan tidak percaya melihat penglihatannya sendiri. Sang kakek kemudian masuk, dia berkata.
"Secepatnya kamu kesana, jika sanggup kamu lawan, jika tidak hendaknya jangan bertempur sampai nyawa sendiri pun hilang." Yunfei mengiyakan kakek Feng. Dia memberikan bungkusan yang di bawa kepada sang kakek, kipas yang diberikan oleh Zhenren juga dititip. Ia hanya membawa pedang beratnya dan maju ke bawah.

Ia melihat ke arah pertempuran, segera mendapati Iblis pedang bersama ketiga adik seperguruan, serta 2 jenderal kemarin yang diangkat Wang Shichong dan seorang yang berpakaian kasim sedang mengeroyok beberapa orang yang dia kenal.

Chai Shao, Qin Qiong, Yuchi Gong, Cheng Yaojin sedang bertahan sekuat-kuatnya sedangkan lawan kesemuanya memakai pedang dan golok sedang bergiliran untuk menerjang mereka semua. Kekalutan terjadi karena kedua pasukan sudah bertempur juga di daerah sana. Pasukan yang terlihat adalah pasukan dari Tang melawan pasukan Tujue timur.Yunfei yang melihat keadaan istimewa ini segera marah.

Segera dia maju dan melemparkan pedang beratnya ke arah tempat berdiri lawan, dia tidak berpikir siapa yang jadi korban, tenaga dorongannya penuh 100 persen tenaga murni Tianzhong dagong ke bawah bukit tempatnya berdiri. Lawan yang melihat sesuatu sedang terbang ke arah mereka segera terkejut, energi bagaikan badai ombak yang menggelora hendak memangsa mereka. Kesemua orang dari pihak Iblis pedang menghindar secepatnya dan pedang berat itu menancap ke tanah membuat tanah di sekeliling hancur berantakan. Kedua pasukan yang sedang bertempur segera menahan akibat suara kerasnya tanah tempat mereka bergetar seperti gempa.
Yunfei berjalan dengan langkah mantap ke arah mereka. Dilihatnya di belakang Chai Shao, Li Shihmin duduk kelelahan terlihat luka di beberapa tubuhnya sedangkan disampingnya adalah Li Xuanba sudah dalam posisi sebelah kaki berjongkok, ratusan anak panah menancap ke tubuhnya sedangkan dalam gendongannya seorang wanita berbaju ungu yang sepertinya mengalami nasib yang sama dengannya. Kedua kapak milik Li Xuanba berdiri di tanah sedangkan orangnya sudah tiada.

Yunfei menatap kesemua orang di samping kanan yaitu Jianmo beserta kawan-kawannya. Dia lihat Shenlang berada disana bersama 2 jenderal, sisanya 3 orang dia tidak kenal. Ke 3 orang di belakang ini semuanya menatap tajam ke Yunfei.

"Feng Shaoshi, sampai juga akhirnya dirimu." kata Jianmo menatapnya dengan tersenyum. Yunfei melihat dia memegang pedang warna emasnya melintang. Di sebelahnya tepat adalah Shenlang yang menatapnya dengan tatapan tajam, Kedua orang yang di samping sebelah kiri Jianmo adalah 2 orang yang diprediksinya Shenzang dan Shenyi tentunya. Kedua jenderal yang pernah dikalahkan olehnya berada di belakang mereka memakai golok besar. Dan disamping terujung adalah seorang yang berpakaian kasim, Yunfei berpikir ini orang tidak lain adalah kasim yang mengikut Iblis pedang yaitu Kasim Bai.

"Kalian pergi dahulu.." tutur Yunfei kepada kakak dan adik seperguruannya. Dia melihat keempat orang yaitu kakak adik seperguruannya dan Cheng Yaojin sudah terluka diseluruh tubuh akibat dari sayatan dan tusukan pedang tetapi masih bertahan sebisa mereka untuk melindungi Li Shihmin.

Tentu perkataan Yunfei tidak akan didengarkan mereka, mereka tetap pada tempatnya karena betapa hebat pun Yunfei tidak akan sanggup seorang diri melawan mereka semua.
Cheng Yaojin yang mendengar perkataan Yunfei, membawa Li Shihmin ke tanjakan tempat Xiaoping dan Yanping berada.
Jianmo yang melihat bahwa Li Shihmin hendak melarikan diri, mengangkat sebelah tangan-nya. Segera Kasim Bai maju ke arah Cheng Yaojin.
"Kau tanyakan dulu apakah boleh dirimu pergi dengan cara begini?" tutur Kasim Bai tertawa.
Cheng Yaojin mengangkat pedang, dia melayani kasim Bai.

Yunfei berjalan 2 langkah, dia mencabut pedang beratnya dari tanah. Dia ancungkan ke arah Jianmo,
"Tunggu apa lagi?"

Pasukan kedua belah pihak yang sedari tadi diam, menyingkir ke samping. Lalu karena belum ada perintah lebih lanjut mereka tidak berperang tetapi melihat ke Yunfei yang baru saja tiba tadi.
Jianmo dan teman-temannya hanya bersiap dan tidak berani bergerak duluan.

"Jika tidak maju, mau tunggu sampai kapan? Biar aku duluan!" tutur Yunfei. Segera dia membacok dengan pedang berat ke arah tengah, lawan yang dia incar adalah Jianmo. Jianmo melihat pedang yang seberat itu dihantam ke tengah, dia segera melompat ke belakang. Yunfei bergerak menebas, tujuan utamanya hanya pancingan kepadanya, yang dia incar adalah kedua jenderal karena Yunfei menganggap mereka berdua paling lemah. Sekali pedang belum menyentuh tanah, dia sudah ayunkan ke arah 2 jenderal yang sedari tadi memang berdiri dekat. Kedua jenderal terkejut melihat perubahan yang terlalu cepat, teman-temannya hendak membantu keduanya, tetapi Chai Shao bertiga juga sudah siap. Mereka bergerak untuk menahan Shenzang, Shenyi dan Shenlang. Masing-masing mereka mengambil satu lawan.

Tentu nasib kedua jenderal ini sangat berbahaya sekarang. Keduanya segera mengangkat golok untuk menahan sapuan pedang berat. Yunfei kembali menggunakan tenaga pancingan, dia hanya menggunakan sedikit tenaga, dan pedang berat menyentuh kedua golok lawan namun golok lawan sanggup menahan pedang berat, keduanya bergembira melihat hasilnya namun Yunfei segera dalam waktu sekejap ini menarik keluar pedang ringan / pedang kebajikan. Kedua jenderal hanya melihat sinar terang sesaat lantas keduanya sudah tergeletak di tanah dengan leher yang tergores oleh pedang. Jianmo yang mundur tadi, belum sempat menginjak tanah tetapi lawan sudah membunuh kedua temannya. Bersamaan dengan Yunfei mengangkat pedang berat dengan tangan kiri, Jianmo baru mendarat. Dia melihat lawan di depannya sangat kuat, segera marah.

Ia berlari cepat dengan mengarahkan pedang miliknya, tujuannya adalah leher Yunfei. Yunfei yang melihat tusukan lawan yang teramat kencang mengarah kepadanya, mengangkat pedang berat untuk menahan. Begitu pedang lawan menyentuh pedang berat, Jianmo segera mundur karena dia tahu bahwa Yunfei pasti akan mengangkat pedang ringannya untuk menebasnya. Yunfei melihat lawan sangat pintar dan keahlian berpedangnya setingkat dengan Li Jie, mau tidak mau Yunfei berwaspada. Ketiga saudara seperguruan Yunfei sudah bertarung hebat dan terlihat ketiganya berimbang satu sama lainnya. Meski sudah kelelahan ketiganya, tetapi mereka saling mendukung tidak pernah terlihat mereka 1 lawan 1 tetapi lebih banyak secara bersamaan, kolektif melawan ketiga Dewa ini. Sedangkan Cheng Yaojin juga memainkan pedang melawan kasim Bai, keduanya nampak seimbang dan Li Shihmin tidak dalam bahaya sebab Cheng selalu melindunginya.

Yunfei yang melihat Jianmo sangat waspada, segera mundur 10 langkah, dengan pedang berat dia mainkan Beiji Shengong tingkat ke 9-nya dan sasarannya adalah Kapak milik Li Xuanba, dia ayunkan dengan pedang berat untuk dilemparkan ke Jianmo. Kapak besar segera berputar seperti kipas ke arahnya. Jianmo segera terkejut melihat kapak yang sebegitu besar dan berat berputar seperti dilemparkan oleh Li Xuanba menuju ke arahnya. Dia tidak berniat menahannya, tetapi mengengos ke samping jauh, kapak yang berputar kuat itu segera memakan korban yaitu pasukan-pasukan miliknya puluhan orang telah tertebas kutung badannya. Beberapa orang yang sedang bertarung otomatis menghentikan pertarungan dan melihat dalam 1 jurus pemuda telah membuat Jianmo kelabakan.
Putaran kapak yang memakan banyak korban dari pihaknya, segera membuat Iblis pedang marah.
Dia terlihat menarik nafas panjang, dia mengumpulkan seluruh energinya. Yunfei melihat sekilas di belakang tubuhnya terbit aura kehitaman yang besar. Ini adalah Ilmu yang dipelajari oleh Jianmo di Tianzhu, sebuah ilmu sesat yang sangat sakti.

Kemampuan asli Jianmo akan dikerahkan melawannya, Yunfei tersenyum dan meletakkan pedang beratnya.
Dia memegang pedang yang ringan di tangan kanan dan menarik nafas panjang, kemudian dia mengumpulkan energi murni Tianzhong Dagong ke tubuh dan pedangnya.
Jianmo yang sudah berang maju dan berteriak menyerang. Yunfei melihat energi lawan sangat padat dan kuat, dia mengambil posisi bertahan dan tidak menyerang duluan. Ilmu pedang Jianmo ini dilihatnya adalah tingkat ke 7, serangan dia terdiri dari banyak serangan tipuan. Yunfei masih tetap di posisi berdirinya, begitu serangan lawan yang terpusat di arahkan ke lehernya, Yunfei mengangkat pedangnya dan ditusukkan ke titik yang sama yaitu mengincar leher dari Jianmo. Arah serangan Jianmo memang adalah tipuan belaka, tujuannya tiada lain memang adalah ulu hatinya. Segera dia arahkan tusukan juga ke arah ulu hati lawan. Jianmo melihat orang ini sanggup menebak kemana arah tujuan pedangnya, segera mundur, dia main aman.
"Kenapa kau bisa ilmu pedangku?"

Yunfei tidak menjawab. Dia maju perlahan dan melompat untuk menusuk ke arah Jianmo, Jianmo seketika terkejut karena ini adalah tingkat ke 8 Ilmu pedangnya sendiri. Segera dia ancangkan kaki ke belakang, Yunfei memberhentikan serangan-nya karena lawan sudah bergerak 30 langkah ke belakang dengan sangat cepat. Gerakan Jianmo persis seperti hantu menyeret tanah, bergerak ke depan dan ke belakang sangat cepat.
"Kau masih bertarung atau tidak?" tanya Yunfei.

Iblis pedang melongo melihat Yunfei yang sepertinya sudah mengetahui ilmu pedangnya. Tetapi iblis pedang bukanlah anak kemarin sore, dia tidak percaya di dunia ini ada yang lebih hebat dari Ilmu pedangnya jika lawan di depannya bukan kakak seperguruan-nya, Li Jie.

"Kau anak kemarin yang kudorong jatuh ke sungai Huang?"

"Benar sekali dan aku adalah putera Gao Jiong." Yunfei menjawabnya.

Iblis pedang tertawa, dia maju perlahan dan merapalkan tingkat ke 8 ilmu pedangnya. Yunfei melihatnya maju, segera bertindak. Dia arahkan jari ke arah Iblis pedang, sasarannya adalah pedangnya. Iblis pedang terkejut bahwa ada orang yang bisa menggunakan ilmu pedang tanpa pedang dengan sedahsyat demikian, segera dia arahkan tusukan pedangnya ke hawa jari Yunfei. Suara blanggg terdengar, Jianmo terlihat mundur 2 langkah.
Tetapi Yunfei tidak ingin memberikan kesempatan kepadanya, dia maju berlari kencang ke arahnya. Dia gunakan telapak untuk menghantam, Jianmo melihat kesempatan sudah datang, dia arahkan pedang ke tangan lawan.
Ini adalah ilmu pedang tingkat tinggi yang berbayang tetapi tidak, kelihatan kuat tetapi tidak, berisi tapi kosong. Yunfei masi tetap posisi telapak tangannya, ketika pedang hendak menyentuh telapaknya, dia angkat kaki menendang ke atas. Tendangan Yunfei adalah ilmu serapan dari kedua dewa langit Li Guang dan Huo Qubing. Kehebatannya terletak di tapak tipuan dan serangan kaki yang sangat cepat dan kuat. Jianmo belum menyadari bahwa kaki lawan sudah bergerak tahu-tahu pergelangan tangannya sudah tertendang. Pedang miliknya sudah terbang jauh ke belakang.
Sekarang dia baru insyaf bahwa lawan di depannya terlalu kuat untuk dia, segera dia hantamkan kekuatan penuh ke dada Yunfei dengan telapak dan tenaga dalam Iblisnya. Yunfei tahu bahwa telapak jenis demikian sangatlah kuat, untuk menghadapinya Yunfei mainkan Beiji Shengong tingkat ke 9 dan menahan tapaknya, energi milik lawan di arahkan ke belakang yaitu ketiga orang temannya yang sedang bertarung. Tidak ayal ketiganya merasakan energi kuat segera menahan, pukulan seluruh tenaga Jianmo membuat ketiganya terbang pesat menabrak dinding. Meski hasilnya ketiganya tidak tewas tetapi terluka dalam parah.

Jianmo yang melihat hasil pukulan-nya tidak mendapat korban segera terkejut karena dengan sekali menghantam tapak, Yunfei membalas pukulan lawan, Ia mengarahkan telapaknya ke dada lawan, energi Tianzhong foguang tingkat ke dua sudah dihantam ke dada lawan.
Jianmo terlihat mundur hampir 100 langkah, dan setelah itu Ia muntah darah, dia sudah terluka parah.
Yunfei memukulnya dengan seluruh tenaga dalam yang dimiliki, menurut pemuda kekuatan seperti demikian pasti akan membuatnya pecah pembuluh darah dan seumur hidup tidak akan sanggup lagi berjaya karena untuk memupuk kekuatannya kembali sudah hampir tidak mungkin.

Yunfei kemudian maju dengan pedang mengarah ke depan, dia sepertinya akan berhasil membalaskan dendam atas kematian orang tuanya dan melenyapkan iblis ini untuk selama-lamanya. Tetapi ketika dia hanya jarak 10 tombak hendak menggapai Jianmo, dia merasakan dari arah samping sebelah barat terdapat 2 orang yang tiba-tiba sudah berada di depannya menghalangi Yunfei untuk bertindak lebih jauh.

Kedua orang yang menghalangi ini terlihat berpakaian biksu ala Tianzhu kira-kira berumur 50-an, wajah keduanya gelap dan pandangan keduanya sangat tajam serta berbau aura kekuatan gelap.

"Awas kakak kedua, kedua Biksu dari Tianzhu ini sangat sakti dan sepertinya sudah membunuh pasukan yang di pimpin oleh Li Zhu, tadinya mereka berdua dihalangi oleh pasukan Tang dari barat." tutur Yuchi Gong.

Kedua Biksu tertawa keras,
"Li Zhu sudah tewas, dan 5 ribu pasukan yang di bawanya tadi dibantai kita bertiga, sekarang sisa ratusan orang melarikan diri."
Yunfei mendengar logat orang tidak mirip orang daratan tengah, berarti ini biksu baru belajar bahasa Cina daratan.

Keduanya yang berada di depan Yunfei, segera melayangkan tapak maju untuk menyerang, Yunfei melihat kekuatan gelap keduanya setingkat Jianmo. Dia rapalkan kekuatan penuh Tianzhong Dagong dan segera menusuk melalui pedang ke arah 2 orang biksu ini. Tipuan pedang Yunfei sangat baik karena dia terlihat mengambil 1 orang di kiri, tetapi ketika biksu kiri hendak menyingkirkan pedangnya, namun arah pedang segera berbelok ke arah biksu kanan. Biksu kanan sangat sensitif akan serangan, segera menyingkir 2 kaki ke belakang. Biksu sebelah kiri yang melihat lawan sudah mengincar temannya, menggunakan tinju untuk meninju lawan, Yunfei tentu tahu bahwa lawan sudah beraksi untuk menghantam punggungnya, dengan pose di dinding gua Sanqing Yunfei menusukkan pedang sambil setengah tidur.
Biksu kiri ini segera mencabut belati untuk menahan serang pedang Yunfei. Yunfei yang lolos dari tinju biksu, segera berbalik dan menusuk belati lawan. Begitu pedang bertemu belati, baik Yunfei dan biksu tergetar badan, keduanya mundur sekitar 5 langkah.

Yunfei melihat bahwa kedua biksu tidak gampang dilawan. Keduanya berjaga-jaga di depan Jianmo, hendak dia maju tetapi keduanya tidak menampakkan kelemahan sama sekali. Biksu sebelah kanan sudah membopong Jianmo, dia mainkan kekuatan kakinya dan sesaat kemudian dia menabrak pasukannya sendiri, tabrakan biksu ini sangat hebat karena sekali gerak, pasukan Tujue timur sudah terlempar muntah darah, puluhan pasukan ada yang tewas seketika, ada yang sudah tidak bisa bangun.

Arah yang di ambil biksu ini adalah utara. Sedangkan Biksu sebelah kiri tadinya beranjak mundur terus sambil bertahan. Yunfei tidak ingin memberikan jalan untuk lolos bagi biksu yang di depannya, melihat biksu tadi dengan gampang menolong Jianmo, dia seketika marah.
"Kalian bangsa biadab, biksu bukannya mengikuti Buddha tetapi mempelajari ajaran sesat!"

"Kami adalah murid keturunan dari Devadatta, tidak semua biksu itu ikut Buddha Gautama." tuturnya dengan mata sinis.

Yunfei tidak ingin banyak cakap dengannya maka dengan seluruh kemampuan ilmu pedangnya, dia tusuk ke depan untuk diarahkan ke biksu. Si biksu terlihat menggunakan energi hitam untuk melayaninya,

"Kau harus tinggalkan nyawa untuk digantikan dengan Jianmo."

"Itu kalau kau bisa." tutur si biksu sambil tertawa.

Pedang Yunfei segera menusuk dengan hebat, arah tusukan yang Ia buat adalah 7 titik dari kepala sampai ke kaki, serangan ini luar biasa ganas. Biksu terlihat tenang, dia kumpulkan energi untuk bertahan melalui belatinya. Seluruh tujuh titik yang diserang oleh Yunfei sanggup dipatahkan meskipun Ia mundur setiap mengeliminasi tusukan pedang lawan, begitu titik ketujuh yang mengarah ke perut kanan dipatahkan, dia hendak membalas menyerang dan justru di saat sekejap ini, Yunfei mengarahkan telapak ke dada lawan.

Lawan merasakan energi Yunfei berdesir tajam ke arahnya, serangan Yunfei tegak lurus ke perut biksu dan energi yang menyelimuti membuat dia seketika merasa sesak, hendak dia pakai belatinya untuk menusuk tangan Yunfei. Karena jarak cukup dekat, dia yakin tangan lawan akan tertusuk namun yang Yunfei mainkan adalah ilmu telapak yang diperolehnya di Danau surgawi. Telapak terlihat memukul lurus, justru saat belati hampir mengenai kulit tangan Yunfei, tangannya segera bergerak melebar keluar yang tadinya lurus membelok dan mengarah keluar lalu menampar muka si Biksu. Biksu yang terkena tamparan masih kuat berdiri tandanya pelatihan ini orang sangat mendalam dan sangat kuat.

Melihat adanya kesempatan, Biksu hendak menusuk belatinya ke depan, ulu hati Yunfei adalah incaran belatinya. Tetapi tangan Yunfei yang nganggur yang tadinya memegang pedang sudah bergerak sebelum belati biksu, sekarang pedang Yunfei sudah di arahkan menusuk ke lehernya. Si biksu memang bukan sembarang orang, dalam keadaan yang sangat berbahaya, dia angkat tangan kiri. Dia berpikir lebih bagus kehilangan tangan kirinya daripada nyawanya dan jika pedang menusuk ke tangan kiri lalu dengan tangan kanan Ia hendak mengarahkan belati menusuk ke Yunfei sehingga pemuda tewas sedangkan dia hanya kehilangan sebelah tangan kiri saja.

Namun Yunfei adalah pendekar pedang nomor 1 dan kali ini Ia sudah memantapkan hati, pedangnya bergerak sebelum berhenti harus mendapatkan korban. Pedang miliknya memang menusuk ke tangan kiri lawan, baru masuk sekitar 2 dim, dia kerahkan Beiji shengong tingkat sembilan dengan tangan kirinya. Belati di tangan biksu ini yang menusuk lurus sudah terpegang olehnya, luka darah keluar dari tangan Yunfei namun belati berhasil dihentikan lajunya, dengan cengkraman dan energi Beiji Shengong tingkat 9 belati berhasil dibalikkan dan dengan kekuatan penuh Tianzhong Dagong Ia mendorong ke depan. Belati berbalik arah menerjang dan menusuk ke arah ulu hati si biksu. Melihat arah belati panjang 1 kaki yang sangat berbahaya bagi dirinya, Biksu hendak mundur dan menahannya dengan telapak, tetapi kekuatan Tianzhong Dagong Yunfei sangat kuat tak terhingga, belati menembus telapak tangan dan terakhir menembus ulu hati biksu hingga tembus melalui punggungnya dan seketika nyawa biksu sudah melayang.

Pasukan-pasukan yang melihat kehebatan Yunfei bersorak bergembira. Yunfei yang masih semangat segera maju ke arah pasukan Tujue Timur. Pasukan Tujue timur yang sebenarnya berjumlah lebih banyak itu segera lari tunggang-langgang dan tidak berniat bertempur lagi.
Shenlang, Shenyi dan Shenzang melihat gelagat jelek, segera memacu kakinya untuk lari. Sedangkan kasim Bai sudah tergeletak tak bernyawa, tandanya Cheng Yaojin sudah menyelesaikan pemimpin kasim laknat yang tersisa dari Istana Yang Guang.

Yunfei melihat ke arah saudara seperguruannya, semuanya segera duduk di tanah kecapaian. Dia mendekati mereka dan mengajak mereka ke bukit sebelah sana tempat dia datang tadinya. Mendekati bukit, Yunfei merasakan alamat yang jelek. Dia lihat Yanping masih setia menemani Xiaoping, dia pegang tangan tangan Puteri Pingyang dan masih terus menangis.
Yanping yang melihat tangan Yunfei masih mengeluarkan darah, dia mengeluarkan kain untuk membungkus tangan pemuda.
Li Shihmin terlihat duduk di samping puteri Pingyang dan terlihat berlinang air mata. Puteri Pingyang masih terbaring lemah dan meregang nyawa yang hampir putus, Chai Shao segera mendekatinya.

"Bagai...mana? Pasu..kan lawan bagai...mana?" tanyanya ke Chai Shao dengan nada terputus, Chai Shao sambil berlinang air mata menjawabnya bahwa pasukan lawan sudah mundur semua. Mereka semua sudah aman.
Melihat Yunfei, Xiaoping memintanya datang dekat kepadanya.
"Yunfei.. Jaga...lah adik..ku baik-baik... Kita sua..tu saat a..kan ber..temu dalam keaba..dian"
Ucapnya dengan terbata-bata dan semakin lemah. Yunfei bersedih hati, dia berlinang air mata. Diingatnya pertemuan dahulu dengan sang puteri dan hari ini adalah hari perpisahan yang perjumpaan selanjutnya mungkin sudah tidak tahu kapan dan dalam dunia yang lain tentunya.
Puteri Pingyang memegang tangan sang adik dan diangkat ke tangan Yunfei. Tidak lama nafas Puteri Pingyang sudah putus. Segera di bukit ini terdengar teriakan tangisan semua orang. Yunfei sendiri berurai air mata, dia memandu Yanping untuk berdiri, si nona memeluknya dan menangis sejadi-jadinya.

Tamat Bagian II...